Palangka Raya (ANTARA) - Bau dari kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terasa menyengat saat di pagi hari sekitar pukul 05.59 Wib di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
"iya, saat menghirup udara di pagi hari pernapasan saya sempat terganggu dan sesak, mata pun terasa pedih ketika mengendarai sepeda motor," kata salah satu warga Kecamatan Sebangau, Kelurahan Sabaru Kota Palangka Raya, Winda Sari di Palangka Raya, Selasa.
Ia mengatakan, kabut asap akibat karhutla memang sudah cukup menganggu aktivitas warga setempat saat di pagi hari.
Pihaknya berharap peran pemerintah bisa segara menanggulangi kabut asap akibat karhutla yang hingga kini masih terjadi di "Kota Cantik" Palangka Raya.
"Saya berharap dari instasi terkait bisa segera membagikan masker kesehatan, sebagai salah satu upaya mencegah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)," kata anak bungsu dari lima bersaudara itu.
Warga lainnya,Lailatul Janah mengatakan, untuk saat ini peran pemerintah setempat dalam menanggulangi kabut asap akibat karhutla sudah cukup intensif dan masif,hanya saja pemerintah harus bisa lebih giat dan tegas lagi dalam penanganan kabut asap yang saat ini dinilai kurang sehat bagi kesehatan masyarakat setempat.
"Butuh peran strategis dalam mengupayakan dan antisipasi penanggulangan kabut asap akibat karhutla. Salah satunya yakni membagikan masker kesehatan ke masyarakat yang memang terdampak kabut asap dan posko kesehatan," katanya.
Selanjutnya, warga Jalan karanggan, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Tanjung Pinang, Ayu Mega Putri mengatakan saat menghirup udara di pagi hari terasa sangat tidak nyaman dan membuat gangguan saluran pernapasan.
"saat saya bangun di pagi hari sekitar pukul 07.05 Wib, saya merasakan aroma kabut asap dari karhutla sangat menyengat, membuat napas saya terasa sesak dan aktivitas terganggu. saya juga berharap warga untuk tidak membakar lahannya saat musim kemarau," katanya.
Dan kalau bisa untuk alat indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang tidak berfungsi bisa di aktifkan kembali yang berada di kawasan bundaran besar, karena dinilai sudah cukup membantu masyarakat luas terkait informasi kualitas pencemaran udara.
Selain itu, Syarifudin warga Jalan Antang Kalang, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Langkai, mengatakan saat pada sore hari sekitar pukul 16.30 Wib, kabut asap akibat karhutla cukup mengganggu, terutama pada pernapasan.
"Napas terasa sesak, mata perih disertai batuk, sehingga membuat ragu untuk keluar dan beraktivitas di luar rumah," katanya.
Ia meminta untuk warga Kota Palangka Raya, saat ingin berpergian ke luar rumah, hendaklah selalu menggunakan masker untuk antisipasi kesehatan dan apabila tidak penting tidak perlu keluar rumah.
"iya, saat menghirup udara di pagi hari pernapasan saya sempat terganggu dan sesak, mata pun terasa pedih ketika mengendarai sepeda motor," kata salah satu warga Kecamatan Sebangau, Kelurahan Sabaru Kota Palangka Raya, Winda Sari di Palangka Raya, Selasa.
Ia mengatakan, kabut asap akibat karhutla memang sudah cukup menganggu aktivitas warga setempat saat di pagi hari.
Pihaknya berharap peran pemerintah bisa segara menanggulangi kabut asap akibat karhutla yang hingga kini masih terjadi di "Kota Cantik" Palangka Raya.
"Saya berharap dari instasi terkait bisa segera membagikan masker kesehatan, sebagai salah satu upaya mencegah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)," kata anak bungsu dari lima bersaudara itu.
Warga lainnya,Lailatul Janah mengatakan, untuk saat ini peran pemerintah setempat dalam menanggulangi kabut asap akibat karhutla sudah cukup intensif dan masif,hanya saja pemerintah harus bisa lebih giat dan tegas lagi dalam penanganan kabut asap yang saat ini dinilai kurang sehat bagi kesehatan masyarakat setempat.
"Butuh peran strategis dalam mengupayakan dan antisipasi penanggulangan kabut asap akibat karhutla. Salah satunya yakni membagikan masker kesehatan ke masyarakat yang memang terdampak kabut asap dan posko kesehatan," katanya.
Selanjutnya, warga Jalan karanggan, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Tanjung Pinang, Ayu Mega Putri mengatakan saat menghirup udara di pagi hari terasa sangat tidak nyaman dan membuat gangguan saluran pernapasan.
"saat saya bangun di pagi hari sekitar pukul 07.05 Wib, saya merasakan aroma kabut asap dari karhutla sangat menyengat, membuat napas saya terasa sesak dan aktivitas terganggu. saya juga berharap warga untuk tidak membakar lahannya saat musim kemarau," katanya.
Dan kalau bisa untuk alat indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang tidak berfungsi bisa di aktifkan kembali yang berada di kawasan bundaran besar, karena dinilai sudah cukup membantu masyarakat luas terkait informasi kualitas pencemaran udara.
Selain itu, Syarifudin warga Jalan Antang Kalang, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Langkai, mengatakan saat pada sore hari sekitar pukul 16.30 Wib, kabut asap akibat karhutla cukup mengganggu, terutama pada pernapasan.
"Napas terasa sesak, mata perih disertai batuk, sehingga membuat ragu untuk keluar dan beraktivitas di luar rumah," katanya.
Ia meminta untuk warga Kota Palangka Raya, saat ingin berpergian ke luar rumah, hendaklah selalu menggunakan masker untuk antisipasi kesehatan dan apabila tidak penting tidak perlu keluar rumah.