Kuala Kurun (ANTARA) - Legislator Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Iceu Purnamasari menyambut baik kedatangan United Evangelical Mission (UEM) ke kabupaten setempat untuk mempelajari berbagai hal terkait hak masyarakat adat, masyarakat hukum adat (MHA), dan hutan adat.
Kedatangan UEM diharap akan berdampak positif bagi dunia pariwisata di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau, ucapnya saat dihubungi awak media dari Kuala Kurun, Sabtu.
“Saya harap kedatangan UEM nantinya juga akan memacu wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Mas, baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan internasional,” sambung politisi Partai Golkar ini.
UEM merupakan lembaga gereja internasional yang bekerja di tiga benua yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Di Gunung Mas, mereka dijadwalkan berkunjung ke Desa Tumbang Anoi Kecamatan Damang Batu dan Desa Tumbang Malahoi Kecamatan Rungan.
Pada saatnya nanti, saat rombongan UEM kembali ke negara masing-masing, mereka akan menceritakan pengalaman saat berkunjung ke Gunung Mas, khususnya Kuala Kurun, Tumbang Anoi, dan Tumbang Malahoi.
Dari situ, sambung perempuan kelahiran Kuala Kurun ini, diharap nama Gunung Mas akan semakin dikenal oleh masyarakat internasional dan memacu wisatawan untuk berkunjung ke daerah setempat.
“Di Tumbang Malahoi ada Betang Toyoi dan di Tumbang Anoi ada Betang Damang Batu. Saya yakin mereka akan mendapat pengalaman yang tidak terlupakan saat berkunjung ke dua desa tersebut,” kata Iceu.
Baca juga: Kepemilikan akta kelahiran anak di Gumas capai 98 persen lebih
Sebelumnya, Kepala Kantor UEM wilayah Asia, Pdt Petrus Sugito di Kuala Kurun, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya berkunjung ke Gunung Mas untuk mempelajari berbagai hal terkait MHA dan hutan adat.
“Gunung Mas adalah salah satu kabupaten terbaik di Indonesia, yang berhasil memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Kami ingin belajar dari kisah sukses ini,” bebernya.
Kisah sukses yang dimaksud yakni keberhasilan dalam hal pengakuan dan perlindungan MHA, yang menjadi dasar bagi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk menetapkan status hutan adat di Gunung Mas.
Rencananya UEM akan berdiskusi terkait hukum adat dengan tokoh adat di Gunung Mas, yakni damang dan mantir. Lalu rombongan UEM akan dibagi menjadi dua kelompok, untuk berkunjung ke Tumbang Anoi dan Tumbang Malahoi.
“Selanjutnya kami akan berdiskusi untuk menindaklanjuti lokakarya ini, kemudian kembali ke rumah masing-masing,” demikian Pdt Petrus Sugito.
Baca juga: Gumas dapat Rp5,9 miliar insentif fiskal kinerja penurunan stunting
Baca juga: Warga negara asing kagumi produk UMKM Gunung Mas
Baca juga: UEM kunjungi Gumas untuk pelajari masyarakat hukum adat dan hutan adat
Kedatangan UEM diharap akan berdampak positif bagi dunia pariwisata di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau, ucapnya saat dihubungi awak media dari Kuala Kurun, Sabtu.
“Saya harap kedatangan UEM nantinya juga akan memacu wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Mas, baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan internasional,” sambung politisi Partai Golkar ini.
UEM merupakan lembaga gereja internasional yang bekerja di tiga benua yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Di Gunung Mas, mereka dijadwalkan berkunjung ke Desa Tumbang Anoi Kecamatan Damang Batu dan Desa Tumbang Malahoi Kecamatan Rungan.
Pada saatnya nanti, saat rombongan UEM kembali ke negara masing-masing, mereka akan menceritakan pengalaman saat berkunjung ke Gunung Mas, khususnya Kuala Kurun, Tumbang Anoi, dan Tumbang Malahoi.
Dari situ, sambung perempuan kelahiran Kuala Kurun ini, diharap nama Gunung Mas akan semakin dikenal oleh masyarakat internasional dan memacu wisatawan untuk berkunjung ke daerah setempat.
“Di Tumbang Malahoi ada Betang Toyoi dan di Tumbang Anoi ada Betang Damang Batu. Saya yakin mereka akan mendapat pengalaman yang tidak terlupakan saat berkunjung ke dua desa tersebut,” kata Iceu.
Baca juga: Kepemilikan akta kelahiran anak di Gumas capai 98 persen lebih
Sebelumnya, Kepala Kantor UEM wilayah Asia, Pdt Petrus Sugito di Kuala Kurun, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya berkunjung ke Gunung Mas untuk mempelajari berbagai hal terkait MHA dan hutan adat.
“Gunung Mas adalah salah satu kabupaten terbaik di Indonesia, yang berhasil memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Kami ingin belajar dari kisah sukses ini,” bebernya.
Kisah sukses yang dimaksud yakni keberhasilan dalam hal pengakuan dan perlindungan MHA, yang menjadi dasar bagi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk menetapkan status hutan adat di Gunung Mas.
Rencananya UEM akan berdiskusi terkait hukum adat dengan tokoh adat di Gunung Mas, yakni damang dan mantir. Lalu rombongan UEM akan dibagi menjadi dua kelompok, untuk berkunjung ke Tumbang Anoi dan Tumbang Malahoi.
“Selanjutnya kami akan berdiskusi untuk menindaklanjuti lokakarya ini, kemudian kembali ke rumah masing-masing,” demikian Pdt Petrus Sugito.
Baca juga: Gumas dapat Rp5,9 miliar insentif fiskal kinerja penurunan stunting
Baca juga: Warga negara asing kagumi produk UMKM Gunung Mas
Baca juga: UEM kunjungi Gumas untuk pelajari masyarakat hukum adat dan hutan adat