Sampit (ANTARA) - Sudah sekitar dua bulan masyarakat di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dilanda kesulitan air bersih akibat kekeringan yang masih terjadi.
"Yang dibantu dipasok oleh pemerintah daerah ini adalah air bersih untuk konsumsi, misalnya minum dan memasak. Ini dulu yang diprioritaskan. Kalau untuk mandi dan mencuci itu masih bisa pakai air sungai meski airnya berasa asin," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Senin.
Kekeringan melanda wilayah selatan sejak Agustus lalu. Kondisi ini membuat krisis air bersih di banyak desa di wilayah yang meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan sebagian Kecamatan Pulau Hanaut.
Awal September lalu, Bupati Halikinnor bahkan sempat turun langsung ikut mendistribusikan air bersih ke sejumlah desa yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih.
Multazam membenarkan bahwa situasinya memang masih sulit. Saat memadamkan kebakaran lahan di wilayah selatan, mereka merasakan sendiri kondisi bagaimana sumur dan danau menjadi kering, sedangkan air sungai berasa asin akibat intrusi air laut sehingga dinilai tidak layak untuk konsumsi.
Saat ini pasokan air bersih secara rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup yang setiap hari mendistribusikan satu atau dua unit armada dengan kapasitas 5000 liter. Selain itu juga ada dari pihak ketiga yang membantu.
Baca juga: Potensi karhutla masih tinggi, Kotim perlu hujan buatan
Untuk sumber airnya cukup tersedia dari instalasi di Sungai Lepeh yang juga berada dalam wilayah selatan. Tinggal masalah armada untuk mendistribusikan air bersih ke desa-desa sesuai permintaan masyarakat.
Permintaan dipenuhi secara bertahap sesuai ketersediaan sarana angkut untuk pendistribusiannya. Semua disesuaikan agar semua mendapat kesempatan yang sama.
"Kita berharap, kalau masa transisi (penurunan potensi karhutla) masuk, nanti di antara salah satu mungkin yang kami ajukan kepada pimpinan kita untuk kita berbagi unit armada untuk bisa membantu keterbatasan air di selatan," demikian Multazam.
Sebelumnya, Bupati Halikinnor menegaskan, pasokan air bersih akan terus dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah selatan. Langkah ini akan dilakukan hingga kesulitan air bersih berakhir.
Untuk jangka panjang, pemerintah daerah terus melakukan percepatan jaringan air bersih PDAM setempat. Jika pipa PDAM sudah menjangkau hingga ke ujung wilayah selatan maka krisis air bersih diharapkan tidak sampai terjadi lagi.
Baca juga: Bupati Kotim bawa bantuan untuk korban kebakaran di Basirih Hilir
Baca juga: Bupati Kotim bangga kemajuan RSUD Murjani Sampit
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi Disbudpar gencar promosikan Museum Kayu
"Yang dibantu dipasok oleh pemerintah daerah ini adalah air bersih untuk konsumsi, misalnya minum dan memasak. Ini dulu yang diprioritaskan. Kalau untuk mandi dan mencuci itu masih bisa pakai air sungai meski airnya berasa asin," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Senin.
Kekeringan melanda wilayah selatan sejak Agustus lalu. Kondisi ini membuat krisis air bersih di banyak desa di wilayah yang meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan sebagian Kecamatan Pulau Hanaut.
Awal September lalu, Bupati Halikinnor bahkan sempat turun langsung ikut mendistribusikan air bersih ke sejumlah desa yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih.
Multazam membenarkan bahwa situasinya memang masih sulit. Saat memadamkan kebakaran lahan di wilayah selatan, mereka merasakan sendiri kondisi bagaimana sumur dan danau menjadi kering, sedangkan air sungai berasa asin akibat intrusi air laut sehingga dinilai tidak layak untuk konsumsi.
Saat ini pasokan air bersih secara rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup yang setiap hari mendistribusikan satu atau dua unit armada dengan kapasitas 5000 liter. Selain itu juga ada dari pihak ketiga yang membantu.
Baca juga: Potensi karhutla masih tinggi, Kotim perlu hujan buatan
Untuk sumber airnya cukup tersedia dari instalasi di Sungai Lepeh yang juga berada dalam wilayah selatan. Tinggal masalah armada untuk mendistribusikan air bersih ke desa-desa sesuai permintaan masyarakat.
Permintaan dipenuhi secara bertahap sesuai ketersediaan sarana angkut untuk pendistribusiannya. Semua disesuaikan agar semua mendapat kesempatan yang sama.
"Kita berharap, kalau masa transisi (penurunan potensi karhutla) masuk, nanti di antara salah satu mungkin yang kami ajukan kepada pimpinan kita untuk kita berbagi unit armada untuk bisa membantu keterbatasan air di selatan," demikian Multazam.
Sebelumnya, Bupati Halikinnor menegaskan, pasokan air bersih akan terus dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah selatan. Langkah ini akan dilakukan hingga kesulitan air bersih berakhir.
Untuk jangka panjang, pemerintah daerah terus melakukan percepatan jaringan air bersih PDAM setempat. Jika pipa PDAM sudah menjangkau hingga ke ujung wilayah selatan maka krisis air bersih diharapkan tidak sampai terjadi lagi.
Baca juga: Bupati Kotim bawa bantuan untuk korban kebakaran di Basirih Hilir
Baca juga: Bupati Kotim bangga kemajuan RSUD Murjani Sampit
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi Disbudpar gencar promosikan Museum Kayu