Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta Satuan Tugas (Satgas) Anti-Mafia Bola memberantas habis praktik mafia bola hingga ke akar-akarnya.
"Jadi, harus ditindak tegas sampai akar-akarnya. Jangan ada toleransi, baik itu pemain, pengurus, wasit, bahkan bandar-bandarnya harus dibersihkan. Jangan sampai mafia tidak habis-habis karena akan menghambat kemajuan dan prestasi sepak bola kita," kata Wapres usai menerima Satgas Independen dan Satgas Anti-Mafia Bola di kediaman resmi Wapres di Jakarta, Selasa.
Wapres Ma'ruf mendukung tindakan tegas yang dilakukan satgas, baik dalam lingkup organisasi persepakbolaan nasional maupun hukum negara.
"Insyaallah sepak bola kita ke depan bisa berprestasi dengan terlebih dulu dilakukan bersih-bersih," kata Wapres dalam keterangannya.
Pada kesempatan itu, Wapres Ma'ruf Amin menyampaikan apresiasi atas keberadaan Satgas Anti-Mafia Bola.
Wapres Ma'ruf merupakan penggemar sepak bola dan pada saat menjadi santri kerap dijuluki "Striker Tebu Ireng".
Ia menjelaskan bahwa sudah lama masyarakat menginginkan sepak bola nasional memiliki prestasi yang luar biasa.
"Dulu, kita dijuluki sebagai Brazil-nya Asia. Pada era Ramang, Andjas Asmara, Junaidi Abdillah, Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Risdianto. Kita bisa tahan Korea Selatan, bahkan menang. Sekarang prestasi Korea Selatan sudah mendunia, kita masih berkubang masalah. Karena ada masalah nonteknis yang dibiarkan, pengaturan skor, suap, dan perjudian," kata Wapres.
Pada kesempatan itu, Satgas Independen diwakili Najwa Shihab, Ardan Pradana dan Akmal Marhali. Sedangkan Satgas Anti-Mafia Bola Polri dipimpin Kasatgas yang juga Wakil Kepala Bareskrim Polri Irjen Polisi Asep Edi Suheri, didampingi Sakasatgas Brigjen Polisi Himawan Bayu Aji dan Divisi Siber Polri Kombes Polisi Rizki Agung Prakoso.
Kasatgas Asep Edi Suheri menyampaikan laporan bahwa sejauh ini sudah ditetapkan delapan orang tersangka dalam kasus suap yang berkaitan dengan pertandingan Liga 1, yakni inisial K selaku LO wasit dan A selaku kurir pengantar uang.
Lalu, M selaku wasit tengah, E selaku asisten wasit satu, R selaku asisten wasit dua, dan A selaku wasit cadangan. Dua lagi adalah VW yang merupakan mantan pemilik salah satu klub sepak bola dan DR, salah satu pengurus klub Y.
DR melakukan penyuapan untuk memenangkan klub Y agar dapat masuk atau promosi ke kompatisi Liga 1, sementara VW berperan aktif sebagai pelobi wasit.
Asep Edi mengatakan pihaknya akan mengembangkan kasus melalui penyidikan dan penyelidikan.
Ia mengucapkan terima kasih Wapres atas kepedulian besarnya terhadap sepak bola Indonesia.
"Kami akan terus bekerja cepat, tepat, dan akurat untuk melakukan bersih-bersih dari praktik kotor di sepakbola Indonesia," katanya.
"Jadi, harus ditindak tegas sampai akar-akarnya. Jangan ada toleransi, baik itu pemain, pengurus, wasit, bahkan bandar-bandarnya harus dibersihkan. Jangan sampai mafia tidak habis-habis karena akan menghambat kemajuan dan prestasi sepak bola kita," kata Wapres usai menerima Satgas Independen dan Satgas Anti-Mafia Bola di kediaman resmi Wapres di Jakarta, Selasa.
Wapres Ma'ruf mendukung tindakan tegas yang dilakukan satgas, baik dalam lingkup organisasi persepakbolaan nasional maupun hukum negara.
"Insyaallah sepak bola kita ke depan bisa berprestasi dengan terlebih dulu dilakukan bersih-bersih," kata Wapres dalam keterangannya.
Pada kesempatan itu, Wapres Ma'ruf Amin menyampaikan apresiasi atas keberadaan Satgas Anti-Mafia Bola.
Wapres Ma'ruf merupakan penggemar sepak bola dan pada saat menjadi santri kerap dijuluki "Striker Tebu Ireng".
Ia menjelaskan bahwa sudah lama masyarakat menginginkan sepak bola nasional memiliki prestasi yang luar biasa.
"Dulu, kita dijuluki sebagai Brazil-nya Asia. Pada era Ramang, Andjas Asmara, Junaidi Abdillah, Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Risdianto. Kita bisa tahan Korea Selatan, bahkan menang. Sekarang prestasi Korea Selatan sudah mendunia, kita masih berkubang masalah. Karena ada masalah nonteknis yang dibiarkan, pengaturan skor, suap, dan perjudian," kata Wapres.
Pada kesempatan itu, Satgas Independen diwakili Najwa Shihab, Ardan Pradana dan Akmal Marhali. Sedangkan Satgas Anti-Mafia Bola Polri dipimpin Kasatgas yang juga Wakil Kepala Bareskrim Polri Irjen Polisi Asep Edi Suheri, didampingi Sakasatgas Brigjen Polisi Himawan Bayu Aji dan Divisi Siber Polri Kombes Polisi Rizki Agung Prakoso.
Kasatgas Asep Edi Suheri menyampaikan laporan bahwa sejauh ini sudah ditetapkan delapan orang tersangka dalam kasus suap yang berkaitan dengan pertandingan Liga 1, yakni inisial K selaku LO wasit dan A selaku kurir pengantar uang.
Lalu, M selaku wasit tengah, E selaku asisten wasit satu, R selaku asisten wasit dua, dan A selaku wasit cadangan. Dua lagi adalah VW yang merupakan mantan pemilik salah satu klub sepak bola dan DR, salah satu pengurus klub Y.
DR melakukan penyuapan untuk memenangkan klub Y agar dapat masuk atau promosi ke kompatisi Liga 1, sementara VW berperan aktif sebagai pelobi wasit.
Asep Edi mengatakan pihaknya akan mengembangkan kasus melalui penyidikan dan penyelidikan.
Ia mengucapkan terima kasih Wapres atas kepedulian besarnya terhadap sepak bola Indonesia.
"Kami akan terus bekerja cepat, tepat, dan akurat untuk melakukan bersih-bersih dari praktik kotor di sepakbola Indonesia," katanya.