Palangka Raya (ANTARA) - Angka estimasi kasus tuberkulosis di Provinsi Kalimantan Tengah pada 2023 menurun signifikan dengan perkiraan jumlah penderita sebanyak 7.637 orang menurut pejabat Dinas Kesehatan.
"Pada 2023 estimasi kasus TBC menurun cukup signifikan, dari 10.689 pasien menjadi 7.637 pasien," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul dalam keterangan persnya di Kota Palangka Raya, Selasa.
Namun demikian, ia mengatakan, upaya penemuan kasus tuberkulosis atau TBC belum membuahkan hasil optimal.
Menurut dia, hingga Oktober 2023 angka temuan kasus tuberkulosis baru sekitar 43 persen, masih di bawah angka rata-rata nasional sebanyak 59 persen.
"Capaian pemeriksaan suspek TBC masih sekitar 62 persen, juga di bawah rata-rata nasional, yakni 80 persen," katanya.
Baca juga: Pemprov Kalteng dorong pemerintah kabupaten sediakan gerai khusus penyediaan beras murah
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah terus meningkatkan upaya penemuan kasus dan pemeriksaan tuberkulosis.
Suyuti menyampaikan bahwa dinas juga melaksanakan pertemuan guna melakukan validasi data serta memperbaiki pelaporan dan pencatatan kasus tuberkulosis.
Dia menjelaskan pula bahwa fasilitas tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi serangan tuberkulosis sudah tersedia di seluruh kabupaten di Kalimantan Tengah.
Layanan pengobatan tuberkulosis juga telah tersedia di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah.
Namun, menurut Suyuti, fasilitas pelayanan pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Provinsi Kalimantan Tengah masih terkonsentrasi di Kota Palangka Raya, Pangkalan Bun, dan Sampit.
Baca juga: Pemprov Kalteng pastikan kesiapan seluruh Desk Pemilu hadapi "pesta demokrasi"
Baca juga: Disperpusip Kalteng-Fisip UPR selenggarakan Festival Literasi
Baca juga: Pemprov Kalteng lakukan transformasi ASN wujudkan reformasi birokrasi
"Pada 2023 estimasi kasus TBC menurun cukup signifikan, dari 10.689 pasien menjadi 7.637 pasien," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul dalam keterangan persnya di Kota Palangka Raya, Selasa.
Namun demikian, ia mengatakan, upaya penemuan kasus tuberkulosis atau TBC belum membuahkan hasil optimal.
Menurut dia, hingga Oktober 2023 angka temuan kasus tuberkulosis baru sekitar 43 persen, masih di bawah angka rata-rata nasional sebanyak 59 persen.
"Capaian pemeriksaan suspek TBC masih sekitar 62 persen, juga di bawah rata-rata nasional, yakni 80 persen," katanya.
Baca juga: Pemprov Kalteng dorong pemerintah kabupaten sediakan gerai khusus penyediaan beras murah
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah terus meningkatkan upaya penemuan kasus dan pemeriksaan tuberkulosis.
Suyuti menyampaikan bahwa dinas juga melaksanakan pertemuan guna melakukan validasi data serta memperbaiki pelaporan dan pencatatan kasus tuberkulosis.
Dia menjelaskan pula bahwa fasilitas tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi serangan tuberkulosis sudah tersedia di seluruh kabupaten di Kalimantan Tengah.
Layanan pengobatan tuberkulosis juga telah tersedia di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah.
Namun, menurut Suyuti, fasilitas pelayanan pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Provinsi Kalimantan Tengah masih terkonsentrasi di Kota Palangka Raya, Pangkalan Bun, dan Sampit.
Baca juga: Pemprov Kalteng pastikan kesiapan seluruh Desk Pemilu hadapi "pesta demokrasi"
Baca juga: Disperpusip Kalteng-Fisip UPR selenggarakan Festival Literasi
Baca juga: Pemprov Kalteng lakukan transformasi ASN wujudkan reformasi birokrasi