Sampit (ANTARA) - Petani di Jalan Jenderal Sudirman kilometer 15 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah waswas karena sudah dua hari orang utan berkeliaran masuk ke areal kebun warga.
"Kami sudah sampaikan dan berharap BKSDA segera menindaklanjuti masalah ini," kata Shindu, salah seorang petani setempat, Rabu.
Saat ini di kawasan itu terdapat sekitar 108 hektare lahan pertanian yang dikelola kelompok tani. Mereka menanam kelapa sawit dan padi.
Penanaman dilakukan dengan sistem bandep atau bergotong royong. Saat ini sudah ada sekitar 30 hektare yang sudah siap dan ditanami.
Langkah para petani ini untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, upaya tersebut perlu didukung pemerintah karena turut membantu upaya ketahanan pangan.
Baca juga: Pemkab Kotim minta Bawaslu perhitungkan rencana penertiban APS
Munculnya orang utan berukuran besar kini membuat waswas petani setempat. Apalagi satwa langka dengan nama lain "pongo pygmaeus" itu pernah merusak tanaman milik petani dengan mencabut dan memakannya.
Petani berharap pemerintah, khusus Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menindaklanjuti dengan menangkap dan mengevakuasi orang utan itu. Tujuannya agar orang utan tidak lagi merusak tanaman petani dan orang utan itu bisa direlokasi ke habitatnya yang lebih aman dan banyak cadangan makanan.
Untuk membantu petugas, petani sudah mendokumentasikan dengan video saat kemunculan orang utan. Petani juga sudah mendata titik-titik di mana orang utan tersebut sering terlihat muncul.
"Mungkin di sekitar itu dulunya habitatnya, tapi karena mulai berkurang, akhirnya orang utan masuk ke kebun warga untuk mencari makan. Ini harus disikapi. Mudah-mudahan BKSDA segera turun tangan," harap Shindu.
Sementara itu BKSDA Pos Sampit belum bisa dimintai komentar terkait masalah ini. Namun biasanya, penyelamatan orang utan akan dilakukan oleh tim rescue dari kantor BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Baca juga: Harga bumbu dapur di Kotim naik jelang Nataru
Baca juga: BKSDA Sampit telusuri video kemunculan buaya besar
Baca juga: Bawaslu Kotim beri batas waktu pembersihan APS sebelum 14 November
"Kami sudah sampaikan dan berharap BKSDA segera menindaklanjuti masalah ini," kata Shindu, salah seorang petani setempat, Rabu.
Saat ini di kawasan itu terdapat sekitar 108 hektare lahan pertanian yang dikelola kelompok tani. Mereka menanam kelapa sawit dan padi.
Penanaman dilakukan dengan sistem bandep atau bergotong royong. Saat ini sudah ada sekitar 30 hektare yang sudah siap dan ditanami.
Langkah para petani ini untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, upaya tersebut perlu didukung pemerintah karena turut membantu upaya ketahanan pangan.
Baca juga: Pemkab Kotim minta Bawaslu perhitungkan rencana penertiban APS
Munculnya orang utan berukuran besar kini membuat waswas petani setempat. Apalagi satwa langka dengan nama lain "pongo pygmaeus" itu pernah merusak tanaman milik petani dengan mencabut dan memakannya.
Petani berharap pemerintah, khusus Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menindaklanjuti dengan menangkap dan mengevakuasi orang utan itu. Tujuannya agar orang utan tidak lagi merusak tanaman petani dan orang utan itu bisa direlokasi ke habitatnya yang lebih aman dan banyak cadangan makanan.
Untuk membantu petugas, petani sudah mendokumentasikan dengan video saat kemunculan orang utan. Petani juga sudah mendata titik-titik di mana orang utan tersebut sering terlihat muncul.
"Mungkin di sekitar itu dulunya habitatnya, tapi karena mulai berkurang, akhirnya orang utan masuk ke kebun warga untuk mencari makan. Ini harus disikapi. Mudah-mudahan BKSDA segera turun tangan," harap Shindu.
Sementara itu BKSDA Pos Sampit belum bisa dimintai komentar terkait masalah ini. Namun biasanya, penyelamatan orang utan akan dilakukan oleh tim rescue dari kantor BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Baca juga: Harga bumbu dapur di Kotim naik jelang Nataru
Baca juga: BKSDA Sampit telusuri video kemunculan buaya besar
Baca juga: Bawaslu Kotim beri batas waktu pembersihan APS sebelum 14 November