Sampit (ANTARA) - Rencana Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengeruk alur Sungai Mentaya melalui program tol sungai, didukung banyak pihak, di antaranya PT Pelindo karena diyakini akan berdampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian.
"Sebuah kawasan itu akan berkembang kalau ada pelabuhan yang juga siap mendukung 24 jam di situ. Salah satunya itu. Lihat saja semua daerah itu, kalau pelabuhannya maju, daerahnya pasti akan maju," kata Sub Regional Head Kalimantan PT Pelindo, Sugiono di Sampit, Senin.
Saat ini sektor kepelabuhanan di Kotawaringin Timur belum optimal akibat pendangkalan alur Sungai Mentaya. Alur hanya bisa dilintasi oleh kapal barang dan penumpang saat air sungai sedang pasang.
Dalam kondisi itu, alur hanya bisa dilintasi sekitar tujuh hingga delapan jam dalam sehari. Akibatnya, frekuensi kapal dan ukuran kapal yang masuk selama ini cukup terbatas.
Hal inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menggagas program Tol Sungai Mentaya. Kegiatan utama program yang menggandeng pihak swasta ini adalah mengeruk alur sungai agar bisa dilewati selama 24 jam penuh setiap harinya.
Pemerintah daerah mengeruk alur baru dengan panjang 19 mil atau sekitar 27 kilometer. Jika sudah dikeruk maka alur baru tersebut bisa dilewati selama 24 jam penuh dalam sehari sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian.
Sugiono mengaku yang baru bertugas di Kalimantan, mengaku belum banyak mengetahui terkait program tol sungai tersebut. Namun jika itu berkait pengerukan alur demi kelancaran aktivitas kapal, pihaknya tentu sangat mendukung.
Baca juga: DLU berharap program Tol Sungai Mentaya terwujud
Bagi Sampit yang menjadi salah satu pintu gerbang laut masuk ke Kalimantan Tengah, rencana pengerukan alur Mentaya ini, menurutnya tentu menjadi sebuah kabar gembira. Dia berharap program ini bisa terwujud.
Banyak dampak positif yang akan didapat, seperti meningkatnya volume kapal, biaya produksi semakin hemat, harga barang lebih murah sehingga berdampak terhadap kegiatan perekonomian Kotawaringin Timur secara umum.
"Logikanya alur ini seperti jalan. Kalau jalan itu ibaratnya mulus, lebar dan lancar tentu angkutan yang melaluinya juga akan lancar. Termasuk alur sungai ini, kalau dalam maka tentunya kapal-kapal yang lewat akan semakin berukuran besar dan harapannya muatan juga lebih banyak," ujar Sugiono.
Sugiono menilai, Sampit memiliki berbagai macam sumber daya alam yang sangat luar biasa, baik dari sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, termasuk barang dan penumpang masuk.
Dia memandang Kalimantan Tengah juga potensial dalam pengembangan sektor kepelabuhanan karena terdapat potensi kebun sawit, hutan produksi, pertambangan dan demografi masyarakatnya yang juga sangat berkembang sehingga tentu membutuhkan barang-barang.
"Potensinya sangat tinggi untuk pengembangan. Makanya kalau memang ada program itu (pengerukan alur), ya kita siap untuk mendukungnya," demikian Sugiono.
Baca juga: Gagal panen picu lonjakan harga sawi hijau di Sampit
Baca juga: Disnakertrans catat ada10.790 pengangguran di Kotim
Baca juga: Pedagang sebut pencairan bansos buat harga telur di Sampit naik
"Sebuah kawasan itu akan berkembang kalau ada pelabuhan yang juga siap mendukung 24 jam di situ. Salah satunya itu. Lihat saja semua daerah itu, kalau pelabuhannya maju, daerahnya pasti akan maju," kata Sub Regional Head Kalimantan PT Pelindo, Sugiono di Sampit, Senin.
Saat ini sektor kepelabuhanan di Kotawaringin Timur belum optimal akibat pendangkalan alur Sungai Mentaya. Alur hanya bisa dilintasi oleh kapal barang dan penumpang saat air sungai sedang pasang.
Dalam kondisi itu, alur hanya bisa dilintasi sekitar tujuh hingga delapan jam dalam sehari. Akibatnya, frekuensi kapal dan ukuran kapal yang masuk selama ini cukup terbatas.
Hal inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menggagas program Tol Sungai Mentaya. Kegiatan utama program yang menggandeng pihak swasta ini adalah mengeruk alur sungai agar bisa dilewati selama 24 jam penuh setiap harinya.
Pemerintah daerah mengeruk alur baru dengan panjang 19 mil atau sekitar 27 kilometer. Jika sudah dikeruk maka alur baru tersebut bisa dilewati selama 24 jam penuh dalam sehari sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian.
Sugiono mengaku yang baru bertugas di Kalimantan, mengaku belum banyak mengetahui terkait program tol sungai tersebut. Namun jika itu berkait pengerukan alur demi kelancaran aktivitas kapal, pihaknya tentu sangat mendukung.
Baca juga: DLU berharap program Tol Sungai Mentaya terwujud
Bagi Sampit yang menjadi salah satu pintu gerbang laut masuk ke Kalimantan Tengah, rencana pengerukan alur Mentaya ini, menurutnya tentu menjadi sebuah kabar gembira. Dia berharap program ini bisa terwujud.
Banyak dampak positif yang akan didapat, seperti meningkatnya volume kapal, biaya produksi semakin hemat, harga barang lebih murah sehingga berdampak terhadap kegiatan perekonomian Kotawaringin Timur secara umum.
"Logikanya alur ini seperti jalan. Kalau jalan itu ibaratnya mulus, lebar dan lancar tentu angkutan yang melaluinya juga akan lancar. Termasuk alur sungai ini, kalau dalam maka tentunya kapal-kapal yang lewat akan semakin berukuran besar dan harapannya muatan juga lebih banyak," ujar Sugiono.
Sugiono menilai, Sampit memiliki berbagai macam sumber daya alam yang sangat luar biasa, baik dari sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, termasuk barang dan penumpang masuk.
Dia memandang Kalimantan Tengah juga potensial dalam pengembangan sektor kepelabuhanan karena terdapat potensi kebun sawit, hutan produksi, pertambangan dan demografi masyarakatnya yang juga sangat berkembang sehingga tentu membutuhkan barang-barang.
"Potensinya sangat tinggi untuk pengembangan. Makanya kalau memang ada program itu (pengerukan alur), ya kita siap untuk mendukungnya," demikian Sugiono.
Baca juga: Gagal panen picu lonjakan harga sawi hijau di Sampit
Baca juga: Disnakertrans catat ada10.790 pengangguran di Kotim
Baca juga: Pedagang sebut pencairan bansos buat harga telur di Sampit naik