Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Fadhilah Mathar mengatakan mereka tengah menyiapkan pengerjaan pembangunan Satelit Republik Indonesia-2 (SATRIA-2) untuk memperluas kapasitas layanan satelit di tanah air.
Fadhilah di Jakarta, Senin, mengatakan kapasitas SATRIA-1 masih belum mencukupi untuk mencakup seluruh area publik dan layanan publik yang tidak tercakup oleh teknologi teresterial.
"SATRIA-1 saat ini tidak mencukupi kan kapasitasnya untuk mencakup seluruh area publik, layanan publik yang tidak tercakup oleh teknologi teresterial. Sehingga, kita masih memerlukan kapasitas lagi. Nah itu yang akan kita tambahkan melalui SATRIA-2," kata Fadhilah.
Perempuan yang akrab disapa Indah tersebut menjelaskan bahwa Satelit SATRIA-2 akan fokus pada lokasi-lokasi baru yang belum tercakup oleh teknologi serat optik atau microwave. Dengan kapasitas mencapai 300 Gbps, SATRIA-2 akan memberikan peningkatan signifikan dari SATRIA-1 yang berkapasitas 150 Gbps.
Sementara itu, Kepala Divisi Satelit BAKTI Kementerian Kominfo Sri Sanggrama Aradea menyatakan bahwa proses pengadaan SATRIA-2 saat ini masih dalam tahap diskusi teknis dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Keuangan.
"Sekarang prosesnya di Bappenas dan Kemenkeu untuk masuk ke green book dan ini kami juga masih diskusi teknis dengan mereka bagaimana pendanaannya," kata Aradea.
Dia mengungkapkan bahwa investasi untuk mengerjakan proyek SATRIA-2 diperkirakan mencapai 884 juta dolar AS atau sekitar Rp13,7 triliun.
Aradea menyebut proyek pembangunan infrastruktur digital itu diperkirakan akan dimulai pada tahun 2024, setelah melakukan pemetaan yang tepat sasaran. Hadirnya SATRIA-2 akan memberi tambahan 45 ribu titik layanan internet di Indonesia.
"Titik tambahannya itu 45.000 kalau tidak salah dan ini masih tetap kami godok, yang pasti karena kapasitas untuk SATRIA-1 sendiri itu pun sebenarnya kurang," ujar dia.
Fadhilah di Jakarta, Senin, mengatakan kapasitas SATRIA-1 masih belum mencukupi untuk mencakup seluruh area publik dan layanan publik yang tidak tercakup oleh teknologi teresterial.
"SATRIA-1 saat ini tidak mencukupi kan kapasitasnya untuk mencakup seluruh area publik, layanan publik yang tidak tercakup oleh teknologi teresterial. Sehingga, kita masih memerlukan kapasitas lagi. Nah itu yang akan kita tambahkan melalui SATRIA-2," kata Fadhilah.
Perempuan yang akrab disapa Indah tersebut menjelaskan bahwa Satelit SATRIA-2 akan fokus pada lokasi-lokasi baru yang belum tercakup oleh teknologi serat optik atau microwave. Dengan kapasitas mencapai 300 Gbps, SATRIA-2 akan memberikan peningkatan signifikan dari SATRIA-1 yang berkapasitas 150 Gbps.
Sementara itu, Kepala Divisi Satelit BAKTI Kementerian Kominfo Sri Sanggrama Aradea menyatakan bahwa proses pengadaan SATRIA-2 saat ini masih dalam tahap diskusi teknis dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Keuangan.
"Sekarang prosesnya di Bappenas dan Kemenkeu untuk masuk ke green book dan ini kami juga masih diskusi teknis dengan mereka bagaimana pendanaannya," kata Aradea.
Dia mengungkapkan bahwa investasi untuk mengerjakan proyek SATRIA-2 diperkirakan mencapai 884 juta dolar AS atau sekitar Rp13,7 triliun.
Aradea menyebut proyek pembangunan infrastruktur digital itu diperkirakan akan dimulai pada tahun 2024, setelah melakukan pemetaan yang tepat sasaran. Hadirnya SATRIA-2 akan memberi tambahan 45 ribu titik layanan internet di Indonesia.
"Titik tambahannya itu 45.000 kalau tidak salah dan ini masih tetap kami godok, yang pasti karena kapasitas untuk SATRIA-1 sendiri itu pun sebenarnya kurang," ujar dia.