Mataram (ANTARA) - Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah mengajak kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Anies-Muhaimin dan 03 Ganjar-Mahfud bergabung untuk mendukung pasangan calon 02 Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.

"Yang dua ini karena kecewa dan keduanya ini mau gabung. Kenapa tidak gabung saja mendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo-Gibran," kata Fahri Hamzah di acara konsolidasi dan silaturahim relawan Prabowo-Gibran di Posko Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa.

Pernyataan Fahri Hamzah ini menyikapi isu rencana bergabungnya kubu pasangan calon (paslon) 01 Anies-Muhaimin dan paslon 03 Ganjar-Mahfud.

Baca juga: Elektabilitas Prabowo-Gibran melonjak hingga tembus 50,9 persen

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran ini, menilai isu bergabungnya kubu pasangan calon (paslon) 01 Anies-Muhaimin dan paslon 03 Ganjar-Mahfud merupakan sebuah bentuk kekecewaan dan kemarahan yang tidak rasional, karena itu menurutnya tidak layak menjadi pilihan rakyat.

"Karena itu kami mengimbau kepada semuanya mari bergabung di 02, kita tuntaskan Pemilu ini sekali putaran tanggal 14 Pebruari 2024, supaya kita menutup pintu bagi kemungkinan intervensi kekuatan asing dan kekuatan politik global yang ingin mengganggu stabilitas Indonesia," ujarnya.

Menurut Fahri, bila ditarik ke belakang bahwa apa yang terjadi pada saat Pemilu 2014 dan 2019 merupakan sebuah kepingan ekstrem dalam konfigurasi pemilih, baik antara nomor satu berada di kanan dan nomor tiga berada di kiri, sehingga kepingan inilah yang paling keras bertarung di dua pemilu terakhir.

Baca juga: Lagu kampanye Prabowo-Gibran "Oke Gas Prabowo Gibran"

Oleh karena itu, dalam desain rekonsiliasi Prabowo dan Jokowi justru ingin menghilangkan kepingan kutub ekstrem itu dan ternyata dengan bergabungnya Prabowo dan Jokowi kemudian diterima oleh rakyat, sehingga terbukti kecenderungan rakyat akhirnya memilih pasangan nomor 2 sebagai pasangan yang menghilangkan kutub-kutub ekstrem tersebut.

"Alhamdulillah ternyata ini makin lama makin membesar. Karena ada kesadaran rakyat menghilangkan ekstrem dari pemilu lama itu. Tapi rupanya mereka nggak mau kalah, mereka mengabaikan fakta pada dasarnya mereka tidak bisa disatukan. Itulah sebabnya sumbernya itu bukan konsep dan agenda nasional untuk kepentingan bangsa, dasarnya muncul hanya karena kemarahan-kemarahan dan kekecewaan akhirnya mereka gampang sekali bergabung menghilangkan konsep kehadirannya," jelas Fahri.

"Kalau Pak Prabowo dan Pak Jokowi konsepsional mereka bagaimana tentang menuju rekonsiliasi dalam penyatuan kabinet. Sementara yang dua ini karena kecewa saja, sekarang tiba-tiba yang kecewa ini mau gabung. Artinya dasar munculnya ini nggak kuat. Terus ngapain menjadi yang berbeda," sambungnya.

Baca juga: Doa Airlangga untuk kemenangan pasangan Prabowo-Gibran

Oleh karena itu, kembali dirinya mengajak agar kedua kubu baik 01 dan 03 bergabung sehingga transisi kepemimpinan berjalan dengan damai, biaya murah, ongkos sosial murah dan tidak ada ketegangan setelah pemilu berakhir.

"Mari kita satukan bangsa menuju Indonesia Emas 2045," katanya.

Baca juga: Relawan Go Gibran Kalteng optimis Prabowo-Gibran menang satu putaran

Baca juga: Elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50,3 persen

Baca juga: Gubernur Jatim Khofifah gabung ke TKN Prabowo-Gibran

Baca juga: Dukungan Khofifah percepat kemenangan Prabowo-Girban satu putaran

Pewarta : Nur Imansyah
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024