Jakarta (ANTARA) - Pemilik perusahaan Tesla Elon Musk mesti menghadapi tantangan dari sejumlah perusahaan otomotif Jepang yang kini tengah berupaya keras memasarkan produk mobil listrik mereka di negara tersebut, termasuk produsen mobil non-Jepang, seperti dilaporkan dari Business Insider, Minggu (28/1).
Pada tahun 2010 silam, Musk memprediksi bahwa Jepang akan menjadi pasar terbesar Tesla di luar Amerika Serikat. Tetapi lebih dari satu dekade kemudian, produsen mobil listrik itu tidak berhasil dengan baik di negara ini seperti yang diharapkan Musk.
"Ada beberapa wilayah geografis ketika pangsa pasar kami sangat rendah, seperti Jepang," kata Musk dalam sebuah sesi earnings call untuk kuartal keempat awal pekan ini.
Baca juga: Starlink milik Elon Musk belum ajukan izin buka layanan internet di Indonesia
"Kami setidaknya harus memiliki pangsa pasar yang sebanding dengan, katakanlah, produsen mobil non-Jepang lainnya seperti Mercedes atau BMW yang saat ini tidak kami miliki," tambah dia.
Meskipun Tesla sudah berhadapan dengan produsen mobil besar Jepang seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Nissan, kenyataannya bahwa belakangan ini semua produsen mobil listrik sedang berjuang untuk menorehkan prestasi di Jepang.
Penjualan mobil listrik telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir di AS dan Eropa, namun Jepang tergolong lambat dalam menjual mobil listrik meskipun merupakan salah satu pasar mobil terbesar di dunia.
Salah satu alasannya adalah karena mobil hibrida cenderung mendominasi pasar Jepang dengan catatan penjualan mobil hibrida mengalahkan penjualan mobil bensin dan diesel untuk pertama kalinya pada tahun 2023, demikian laporan Bloomberg.
Baca juga: Elon Musk : Tesla 'gali kubur sendiri' dengan produk Cybertruck
"Di Jepang, mobil hibrida populer karena harganya terjangkau dan dapat diandalkan, tidak bergantung pada keberadaan infrastruktur pengisian daya yang kuat," kata analis otomotif senior Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida.
Boss Toyota dan Kepala Asosiasi Otomotif Jepang Akio Toyoda sebelumnya sempat melontarkan pernyataan bahwa media Jepang cenderung melebih-lebihkan keuntungan komersial dan lingkungan dari EV, menyebut manfaatnya sebagai "fatamorgana", demikian menurut laporan The New York Times.
Keraguan tersebut juga menghambat pengembangan infrastruktur pengisian daya dengan hanya ada sekitar 30.000 konektor pengisian daya mobil listrik di seluruh negeri dan membuat harga mobil listrik tetap tinggi.
Meski begitu, produsen mobil Jepang memiliki beberapa rencana untuk meningkatkan upaya mobil listrik mereka. Misalnya, Toyota telah mengatakan akan meluncurkan 30 model kendaraan listrik baterai pada tahun 2030. Sementara Honda menginginkan mobil listrik dan sel bahan bakar hidrogen.
Baca juga: Elon Musk nyatakan produksi Tesla Roadster diharapkan dimulai 2024
Baca juga: Prediksi Elon Musk terkait pengemudi otonom level 4 atau 5 hadir tahun ini
Pada tahun 2010 silam, Musk memprediksi bahwa Jepang akan menjadi pasar terbesar Tesla di luar Amerika Serikat. Tetapi lebih dari satu dekade kemudian, produsen mobil listrik itu tidak berhasil dengan baik di negara ini seperti yang diharapkan Musk.
"Ada beberapa wilayah geografis ketika pangsa pasar kami sangat rendah, seperti Jepang," kata Musk dalam sebuah sesi earnings call untuk kuartal keempat awal pekan ini.
Baca juga: Starlink milik Elon Musk belum ajukan izin buka layanan internet di Indonesia
"Kami setidaknya harus memiliki pangsa pasar yang sebanding dengan, katakanlah, produsen mobil non-Jepang lainnya seperti Mercedes atau BMW yang saat ini tidak kami miliki," tambah dia.
Meskipun Tesla sudah berhadapan dengan produsen mobil besar Jepang seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Nissan, kenyataannya bahwa belakangan ini semua produsen mobil listrik sedang berjuang untuk menorehkan prestasi di Jepang.
Penjualan mobil listrik telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir di AS dan Eropa, namun Jepang tergolong lambat dalam menjual mobil listrik meskipun merupakan salah satu pasar mobil terbesar di dunia.
Salah satu alasannya adalah karena mobil hibrida cenderung mendominasi pasar Jepang dengan catatan penjualan mobil hibrida mengalahkan penjualan mobil bensin dan diesel untuk pertama kalinya pada tahun 2023, demikian laporan Bloomberg.
Baca juga: Elon Musk : Tesla 'gali kubur sendiri' dengan produk Cybertruck
"Di Jepang, mobil hibrida populer karena harganya terjangkau dan dapat diandalkan, tidak bergantung pada keberadaan infrastruktur pengisian daya yang kuat," kata analis otomotif senior Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida.
Boss Toyota dan Kepala Asosiasi Otomotif Jepang Akio Toyoda sebelumnya sempat melontarkan pernyataan bahwa media Jepang cenderung melebih-lebihkan keuntungan komersial dan lingkungan dari EV, menyebut manfaatnya sebagai "fatamorgana", demikian menurut laporan The New York Times.
Keraguan tersebut juga menghambat pengembangan infrastruktur pengisian daya dengan hanya ada sekitar 30.000 konektor pengisian daya mobil listrik di seluruh negeri dan membuat harga mobil listrik tetap tinggi.
Meski begitu, produsen mobil Jepang memiliki beberapa rencana untuk meningkatkan upaya mobil listrik mereka. Misalnya, Toyota telah mengatakan akan meluncurkan 30 model kendaraan listrik baterai pada tahun 2030. Sementara Honda menginginkan mobil listrik dan sel bahan bakar hidrogen.
Baca juga: Elon Musk nyatakan produksi Tesla Roadster diharapkan dimulai 2024
Baca juga: Prediksi Elon Musk terkait pengemudi otonom level 4 atau 5 hadir tahun ini