Sampit (ANTARA) - Bulog Sub Divisi Regional Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mendistribusikan beras medium Program Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) ke sejumlah pasar tradisional guna menekan kenaikan harga beras.
“Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras kami juga menyuplai ke pasar-pasar tradisional, di antaranya Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM), Pasar Keramat dan Pasar Sejumput” kata Kepala Bulog Sampit Rony Hadianto di Sampit, Kamis.
Tingginya harga beras di Kota Sampit terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga beras ini terjadi secara bertahap disebabkan pasokan yang diterima pedagang terus berkurang.
Kondisi ini pun turut menjadi perhatian Bulog setempat dalam rangka menjalankan fungsi distribusi dan pengendalian harga beras. Bulog Sampit menyuplai beras Program SPHP ke sejumlah pedagang binaan yang tersebar di pasar tradisional agar permintaan beras masyarakat tetap terpenuhi dengan harga yang terjangkau.
Pedagang binaan diwajibkan menjual beras SPHP yang disubsidi pemerintah tersebut sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp11.500 per kilogram atau Rp57.500 per lima kilogram. Jika ketahuan melampaui HET, maka Bulog akan menghentikan kerja sama dengan pedagang tersebut.
Baca juga: Peresmian pabrik pakan ikan di Kotim menunggu pemasangan listrik
“Saat ini kami punyai 10 pedagang binaan dan kami suplai sebanyak 500 kilogram setiap satu hingga dua kali seminggu. Mudah-mudahan kami akan rutin menyuplai untuk menekan kenaikan harga,” ujarnya.
Ia menambahkan, pasokan beras yang kian berkurang disebabkan sisa panen sebelumnya sudah menipis dan masih menunggu panen selanjutnya. Ditambah lagi, adanya pedagang beras dari luar daerah yang mencari pasokan beras di Kotim, sehingga menciptakan persaingan dengan pedagang lokal yang berimbas pada kenaikan harga.
Kendati demikian, menurutnya musim panen selanjutnya sudah dekat, perkiraan Maret 2024, sehingga ketersediaan beras kembali memadai dan harga pun kemungkinan segera turun.
Salah seorang pedagang beras di kawasan Pasar Keramat, Sulaiman mengatakan kenaikan harga beras di Kota Sampit hampir merata untuk setiap jenis dan merek beras. Kondisi ini pun berdampak pada aktivitas jual beli beras.
Beras kualitas rendah yang sebelumnya di harga Rp13 ribu per kilogram, kini tembus Rp16 ribu per kilogram. Begitu pula dengan beras kualitas medium yang semula Rp14 ribu per kilogram, kini menjadi Rp17 ribu per kilogram. Sedangkan, beras kualitas premium naik dari Rp22 ribu per kilogram menjadi Rp26 ribu per kilogram.
“Karena harga naik pembeli jadi sepi, tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak menaikkan harga kami yang rugi, karena kenaikan harga ini sudah kami terima dari pemasok, kabarnya stoknya menipis,” demikian Sulaiman.
Baca juga: BNNP bentuk unit IBM di Kotim tanggulangi narkotika
Baca juga: Purna tugas PNS bukan berarti purna karya, kata Wabup Kotim
Baca juga: 1.110 paket sembako disalurkan untuk korban banjir di Kotim
“Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras kami juga menyuplai ke pasar-pasar tradisional, di antaranya Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM), Pasar Keramat dan Pasar Sejumput” kata Kepala Bulog Sampit Rony Hadianto di Sampit, Kamis.
Tingginya harga beras di Kota Sampit terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga beras ini terjadi secara bertahap disebabkan pasokan yang diterima pedagang terus berkurang.
Kondisi ini pun turut menjadi perhatian Bulog setempat dalam rangka menjalankan fungsi distribusi dan pengendalian harga beras. Bulog Sampit menyuplai beras Program SPHP ke sejumlah pedagang binaan yang tersebar di pasar tradisional agar permintaan beras masyarakat tetap terpenuhi dengan harga yang terjangkau.
Pedagang binaan diwajibkan menjual beras SPHP yang disubsidi pemerintah tersebut sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp11.500 per kilogram atau Rp57.500 per lima kilogram. Jika ketahuan melampaui HET, maka Bulog akan menghentikan kerja sama dengan pedagang tersebut.
Baca juga: Peresmian pabrik pakan ikan di Kotim menunggu pemasangan listrik
“Saat ini kami punyai 10 pedagang binaan dan kami suplai sebanyak 500 kilogram setiap satu hingga dua kali seminggu. Mudah-mudahan kami akan rutin menyuplai untuk menekan kenaikan harga,” ujarnya.
Ia menambahkan, pasokan beras yang kian berkurang disebabkan sisa panen sebelumnya sudah menipis dan masih menunggu panen selanjutnya. Ditambah lagi, adanya pedagang beras dari luar daerah yang mencari pasokan beras di Kotim, sehingga menciptakan persaingan dengan pedagang lokal yang berimbas pada kenaikan harga.
Kendati demikian, menurutnya musim panen selanjutnya sudah dekat, perkiraan Maret 2024, sehingga ketersediaan beras kembali memadai dan harga pun kemungkinan segera turun.
Salah seorang pedagang beras di kawasan Pasar Keramat, Sulaiman mengatakan kenaikan harga beras di Kota Sampit hampir merata untuk setiap jenis dan merek beras. Kondisi ini pun berdampak pada aktivitas jual beli beras.
Beras kualitas rendah yang sebelumnya di harga Rp13 ribu per kilogram, kini tembus Rp16 ribu per kilogram. Begitu pula dengan beras kualitas medium yang semula Rp14 ribu per kilogram, kini menjadi Rp17 ribu per kilogram. Sedangkan, beras kualitas premium naik dari Rp22 ribu per kilogram menjadi Rp26 ribu per kilogram.
“Karena harga naik pembeli jadi sepi, tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak menaikkan harga kami yang rugi, karena kenaikan harga ini sudah kami terima dari pemasok, kabarnya stoknya menipis,” demikian Sulaiman.
Baca juga: BNNP bentuk unit IBM di Kotim tanggulangi narkotika
Baca juga: Purna tugas PNS bukan berarti purna karya, kata Wabup Kotim
Baca juga: 1.110 paket sembako disalurkan untuk korban banjir di Kotim