Palangka Raya (ANTARA) - Ikatan Guru Pendidikan Khusus Kalimantan Tengah (IGPK Kalteng) melaksanakan edukasi kepada guru dan masyarakat di Kota Palangka Raya untuk lebih mengenal anak-anak dan siswa penyandang autis.
"Dalam rangka memperingati Hari Peduli Autis Sedunia yang jatuh pada 2 April lalu, kami melaksanakan sosialisasi dan edukasi di beberapa sekolah umum dari jenjang TK hingga SMP," kata Noorani Azmi melalui pernyataan yang diterima di Palangka Raya, Kamis.
Dia menerangkan, kegiatan dilaksanakan pada awal bulan ini yakni pada 1 hingga 3 April yang diikuti sekitar 30 tenaga pengajar tingkat TK dan SMP serta masyarakat. Salah satu sasaran sosialisasi ini adalah di Sekolah Islam NU Palangka Raya.
Noorani mengatakan, kegiatan ini berupa pemaparan materi tentang pengertian dan karakter anak penyandang autis. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan saling berbagi pengalaman ketika menemui dan menangani anak penyandang autis.
"Saat ini anak penyandang autisme banyak yang mengalami hinaan dan bahkan dikucilkan," katanya.
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus dihilangkan karena autisme bukan penyakit yang menular, melainkan kondisi seorang anak yang mengalami keterlambatan pada perkembangannya.
Baca juga: Gubernur Kalteng: Pembangunan RMU wujudkan kemandirian pangan
Untuk itu, karenanya autisme bukan penyakit dan penanganannya bukanlah obat, maka harus dilakukan terapi dalam jangka panjang.
"Untuk itu, melalui kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat atau sekolah umum bisa menerima keberadaan anak penyandang autis sehingga tercipta lingkungan yang ramah untuk penyandang autis," katanya.
Pihaknya juga terus melakukan pendekatan dengan masyarakat, orang tua serta guru, tenaga pengajar pada sekolah umum untuk lebih dekat dan mengenal anak dengan penyandang autis.
"Sehingga semakin memahami tindakan atau perlakuan saat berada di sekolah atau tempat umum, agar orang tua dan anak penyandang autis tidak merasa mengalami perbedaan yang mencolok dengan anak pada umumnya," kata Noorani.
Seorang peserta sosialisasi yang juga tenaga pendidik di SD Islam NU Palangka Raya, Nur Hani, S.Pd mengaku gembira dengan kegiatan tersebut. Pihaknya pun berkomitmen akan Lebih peka terhadap siswa berkebutuhan khusus.
"Alhamdulillah kegiatan ini sangat menambah wawasan saya. Tindak lanjut dari mengikuti kegiatan ini mencoba mempraktikkan," katanya.
Baca juga: Disnakertrans Kalteng siap terima pengaduan THR secara online
Baca juga: Disperpusip Kalteng fasilitasi seluruh perangkat daerah optimalkan Srikandi
Baca juga: Pemprov Kalteng optimalkan pemanfaatan DBH Sawit untuk pembangunan daerah
"Dalam rangka memperingati Hari Peduli Autis Sedunia yang jatuh pada 2 April lalu, kami melaksanakan sosialisasi dan edukasi di beberapa sekolah umum dari jenjang TK hingga SMP," kata Noorani Azmi melalui pernyataan yang diterima di Palangka Raya, Kamis.
Dia menerangkan, kegiatan dilaksanakan pada awal bulan ini yakni pada 1 hingga 3 April yang diikuti sekitar 30 tenaga pengajar tingkat TK dan SMP serta masyarakat. Salah satu sasaran sosialisasi ini adalah di Sekolah Islam NU Palangka Raya.
Noorani mengatakan, kegiatan ini berupa pemaparan materi tentang pengertian dan karakter anak penyandang autis. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan saling berbagi pengalaman ketika menemui dan menangani anak penyandang autis.
"Saat ini anak penyandang autisme banyak yang mengalami hinaan dan bahkan dikucilkan," katanya.
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus dihilangkan karena autisme bukan penyakit yang menular, melainkan kondisi seorang anak yang mengalami keterlambatan pada perkembangannya.
Baca juga: Gubernur Kalteng: Pembangunan RMU wujudkan kemandirian pangan
Untuk itu, karenanya autisme bukan penyakit dan penanganannya bukanlah obat, maka harus dilakukan terapi dalam jangka panjang.
"Untuk itu, melalui kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat atau sekolah umum bisa menerima keberadaan anak penyandang autis sehingga tercipta lingkungan yang ramah untuk penyandang autis," katanya.
Pihaknya juga terus melakukan pendekatan dengan masyarakat, orang tua serta guru, tenaga pengajar pada sekolah umum untuk lebih dekat dan mengenal anak dengan penyandang autis.
"Sehingga semakin memahami tindakan atau perlakuan saat berada di sekolah atau tempat umum, agar orang tua dan anak penyandang autis tidak merasa mengalami perbedaan yang mencolok dengan anak pada umumnya," kata Noorani.
Seorang peserta sosialisasi yang juga tenaga pendidik di SD Islam NU Palangka Raya, Nur Hani, S.Pd mengaku gembira dengan kegiatan tersebut. Pihaknya pun berkomitmen akan Lebih peka terhadap siswa berkebutuhan khusus.
"Alhamdulillah kegiatan ini sangat menambah wawasan saya. Tindak lanjut dari mengikuti kegiatan ini mencoba mempraktikkan," katanya.
Baca juga: Disnakertrans Kalteng siap terima pengaduan THR secara online
Baca juga: Disperpusip Kalteng fasilitasi seluruh perangkat daerah optimalkan Srikandi
Baca juga: Pemprov Kalteng optimalkan pemanfaatan DBH Sawit untuk pembangunan daerah