Sampit (ANTARA) - Peringatan Waisak 2568 TB/2024 yang diikuti umat Buddha di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menjadi momentum mempererat persatuan dan kesatuan antar seluruh umat beragama.

“Semoga dengan semangat Waisak ini dapat mempererat persatuan dan kesatuan seluruh bangsa sesuai dengan tema Waisak kita tahun ini,” kata Ketua Majelis Buddhayana Indonesia Sampit, Lusia Thamrin di Sampit, Kamis.

Dalam puncak perayaannya umat Buddha di Kotim melaksanakan puja bakti detik-detik Waisak yang dimulai pada pukul 19:00 WIB sampai selesai. Umat Buddha tampak khusyuk mengikuti rangkaian ibadah, seperti yang terlihat di Vihara Avalokitesvara Jalan Kopi, pada Kamis malam.

Lusia menjelaskan, Hari Raya Waisak untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama yang lebih dikenal dengan sebutan Hari Raya Tri Suci Waisak, yakni kelahiran, mencapai kesempurnaan pencerahan dan parinirvana Buddha yang mengacu pada nirvana setelah kematian.

Banyak hal dilaksanakan Majelis Buddhayana Indonesia Sampit dalam rangka memperingati Waisak tahun ini, antara lain bakti sosial berupa donor darah dan pembagian sembako bagi warga yang kurang mampu, berbagai perlombaan dan puja bakti detik-detik Waisak.

Baca juga: Berikut perkembangan inflasi di Kota Sampit

Selain itu, ada beberapa kegiatan yang akan digelar yakni, pada 25 Mei 2024 ada Pindapatta mulai pukul 05:45 WIB sampai selesai, diikuti dengan Yi fo dan perayaan Waisak umum pukul 18:30 WIB sampai selesai, lalu 26 Mei 2024 perayaan Waisak anak pukul 09:00 WIB sampai selesai.

Tema yang diangkat pada peringatan Waisak tahun ini adalah Keharmonisan Merupakan Pedoman Hidup Berdampingan Dalam Bangsa. Hal ini selaras dengan tema yang diusung Kementerian Agama (Kemenag RI) dan Persatuan Umat  Buddha Indonesia (Permabudhi) pada peringatan Waisak 2568 TB/2024.

Waisak tahun ini dirayakan berdekatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Sehingga, dua peristiwa bersejarah ini menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan kebangsaan dan keharmonisan antar umat beragama demi mewujudkan Indonesia damai sejahtera.

Moderasi beragama penting untuk mengisi ruang publik agar bisa menekan propaganda kaum radikal. Ancaman doktrin ekstrem atau ideologi transnasional, ujar dia, perlu diimbangi dengan menjelaskan kembali falsafah Indonesia, sesuai dengan yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.

“Kami harap kedepannya umat Buddha bisa mempererat hubungan bukan hanya dengan sesama umat Buddha tapi juga agama lainnya, saling bantu-membantu dan bersama-sama menjaga kondusivitas serta kedamaian di tengah masyarakat,” demikian Lusia.

Baca juga: Seorang nenek di Kotim diduga diserang buaya saat mencuci beras

Baca juga: Keterbatasan SDM dan modal hambat perajin kayu di Kotim layani permintaan ekspor

Baca juga: Disdik Kotim apresiasi Gelar dan Panen Hasil Karya P5 SDN 2 Sawahan


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024