Muara Teweh (ANTARA) - Seorang pria paruh baya, Jaka (65) warga Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, nampak duduk tenang di salah satu bangku lorong RSUD Muara Teweh, tepatnya di depan Poli Jantung menunggu panggilan untuk proses pemeriksaan kesehatan.
Namun, ternyata bukan ia yang menjalani pengobatan, melainkan istrinya yang sedang menjalani kontrol rawat jalan karena sakit jantung yang dideritanya.
“Ke rumah sakit ini untuk memeriksakan kondisi kesehatan istri yang sakit Hipertensi dan ada riwayat sakit jantung juga, tadi istri sudah dipanggil masuk ke dalam ruangan poli dan ini sedang menunggu untuk selesai pemeriksaannya,” ucap Jaka di Muara Teweh,Senin.
Jaka terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersama istri, Cicih (57) sebagai segmen kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/ Mandiri pada hak kelas II.
Ia pun membagikan pengalaman saat mengakses layanan JKN bersama istri yang secara rutin memeriksakan kesehatan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Berangkat ke rumah sakit dari rujukan tingkat pertama (Puskesmas Lanjas), Jaka merasa tenang karena pelayanan dapat berjalan dengan lancar hingga kondisi kesehatan istrinya terus terjaga dan semakin membaik.
“Pemeriksaan sebelumnya di bulan Januari lalu, hari ini hitungannya sudah tiga bulan untuk dilakukan pemeriksaan kembali, termasuk nanti untuk diberikan obat-obatan yang diperlukan yang berdampak baik untuk memulihkan dan menjaga kondisi kesehatan istri saya,” tambahnya.
Dengan menggunakan layanan JKN, Jaka mengakui sangat terbantu karena pekerjaannya sebagai Petani dengan membayar iuran sebesar 200 ribu untuk dua orang perbulan tidak sebanding dengan besarnya manfaat yang telah dirasakan.
“Sekarang terdaftar di kelas II, terlepas dari iuran yang sudah dibayarkan, manfaat dari Program JKN sudah banyak kami dirasakan, saat pertama kali pengobatan istri saya pada tahun 2021 dirujuk dari RSUD Muara Teweh ke Doris Sylvanus Palangkaraya karena sakit jantung pada saat itu dan rawat inap selama 12 hari disana, sama sekali tidak ada keluar biaya, semua ditanggung dari Program JKN,” jelas Jaka.
Bahkan, lanjutnya, saat penanganan sakit jantung istrinya kala itu, sempat ingin dilakukan operasi pasang ring jantung namun dengan pelayanan cepat dan penanganan yang tepat, hal tersebut tidak harus dilakukan.
“Sebelumnya akan dilakukan pasang ring jantung saat pengobatan di RSUD Doris Sylvanus dengan layanan JKN, namun ternyata bisa diberikan tindakan lain dan pengobatan tetap berjalan lancar,” tuturnya.
Dengan semua manfaat JKN yang ia dan istrinya rasakan, Jaka berharap tidak ada lagi masyarakat yang kesulitan untuk berobat sehingga menurutnya menjadi peserta JKN sudah menjadi kebutuhan.
“Kalau semua orang sudah terdaftar menjadi peserta JKN, maka kebutuhan untuk berobat saat sakit dapat terpenuhi karena itu semua pasti akan ada masanya, tidak selamanya sehat,” imbuhnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya untuk menjaga kesehatan, pola makan, beraktivitas dan istirahat yang cukup sehingga untuk risiko sakit bisa diminimalisir. Hal tersebut tidak terlepas dari aktivitas sebagai petani yang bekerja di sawah dengan intensitas bekerja yang cukup banyak di luar ruangan.
“Kalau dari pengalaman saya saat ini bersyukur saya dapat terus menjaga kesehatan karena pekerjaan di luar ruangan bertani sama halnya seperti olahraga dan harus bisa menjaga pola makan juga, harapannya bila ini dapat kita lakukan dengan rutin ditambah istirahat yang cukup maka kesehatan dapat terus terjaga,” tutupnya.
Namun, ternyata bukan ia yang menjalani pengobatan, melainkan istrinya yang sedang menjalani kontrol rawat jalan karena sakit jantung yang dideritanya.
“Ke rumah sakit ini untuk memeriksakan kondisi kesehatan istri yang sakit Hipertensi dan ada riwayat sakit jantung juga, tadi istri sudah dipanggil masuk ke dalam ruangan poli dan ini sedang menunggu untuk selesai pemeriksaannya,” ucap Jaka di Muara Teweh,Senin.
Jaka terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersama istri, Cicih (57) sebagai segmen kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/ Mandiri pada hak kelas II.
Ia pun membagikan pengalaman saat mengakses layanan JKN bersama istri yang secara rutin memeriksakan kesehatan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Berangkat ke rumah sakit dari rujukan tingkat pertama (Puskesmas Lanjas), Jaka merasa tenang karena pelayanan dapat berjalan dengan lancar hingga kondisi kesehatan istrinya terus terjaga dan semakin membaik.
“Pemeriksaan sebelumnya di bulan Januari lalu, hari ini hitungannya sudah tiga bulan untuk dilakukan pemeriksaan kembali, termasuk nanti untuk diberikan obat-obatan yang diperlukan yang berdampak baik untuk memulihkan dan menjaga kondisi kesehatan istri saya,” tambahnya.
Dengan menggunakan layanan JKN, Jaka mengakui sangat terbantu karena pekerjaannya sebagai Petani dengan membayar iuran sebesar 200 ribu untuk dua orang perbulan tidak sebanding dengan besarnya manfaat yang telah dirasakan.
“Sekarang terdaftar di kelas II, terlepas dari iuran yang sudah dibayarkan, manfaat dari Program JKN sudah banyak kami dirasakan, saat pertama kali pengobatan istri saya pada tahun 2021 dirujuk dari RSUD Muara Teweh ke Doris Sylvanus Palangkaraya karena sakit jantung pada saat itu dan rawat inap selama 12 hari disana, sama sekali tidak ada keluar biaya, semua ditanggung dari Program JKN,” jelas Jaka.
Bahkan, lanjutnya, saat penanganan sakit jantung istrinya kala itu, sempat ingin dilakukan operasi pasang ring jantung namun dengan pelayanan cepat dan penanganan yang tepat, hal tersebut tidak harus dilakukan.
“Sebelumnya akan dilakukan pasang ring jantung saat pengobatan di RSUD Doris Sylvanus dengan layanan JKN, namun ternyata bisa diberikan tindakan lain dan pengobatan tetap berjalan lancar,” tuturnya.
Dengan semua manfaat JKN yang ia dan istrinya rasakan, Jaka berharap tidak ada lagi masyarakat yang kesulitan untuk berobat sehingga menurutnya menjadi peserta JKN sudah menjadi kebutuhan.
“Kalau semua orang sudah terdaftar menjadi peserta JKN, maka kebutuhan untuk berobat saat sakit dapat terpenuhi karena itu semua pasti akan ada masanya, tidak selamanya sehat,” imbuhnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya untuk menjaga kesehatan, pola makan, beraktivitas dan istirahat yang cukup sehingga untuk risiko sakit bisa diminimalisir. Hal tersebut tidak terlepas dari aktivitas sebagai petani yang bekerja di sawah dengan intensitas bekerja yang cukup banyak di luar ruangan.
“Kalau dari pengalaman saya saat ini bersyukur saya dapat terus menjaga kesehatan karena pekerjaan di luar ruangan bertani sama halnya seperti olahraga dan harus bisa menjaga pola makan juga, harapannya bila ini dapat kita lakukan dengan rutin ditambah istirahat yang cukup maka kesehatan dapat terus terjaga,” tutupnya.