Sampit (ANTARA) - Pencegahan dini dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dengan melakukan skrining kesehatan untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS dan Tuberculosis (TBC) di lingkungan lembaga pemasyarakatan setempat.
"Ini merupakan salah satu dari wujud kepedulian kami terhadap kesehatan warga binaan. Dalam menjaga lingkungan pemasyarakatan yang sehat dan aman. Kegiatan ini sangat penting. Melalui program skrining ini pula kami berharap dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan para warga binaan," kata Kepala Lapas Sampit, Meldy Putera di Sampit, Jumat.
Skrining kesehatan dilakukan untuk deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome) dan TBC (Tuberculosis). Kegiatan dilaksanakan dengan dukungan Dinas Kesehatan Kotim melalui Puskesmas Ketapang II.
Proses pemeriksaan kesehatan itu dilakukan dengan cara skrining pengambilan sampel darah terhadap masing-masing warga binaan. Kegiatan dilakukan secara langsung oleh tim medis Puskesmas Ketapang II dibantu oleh tenaga perawat kesehatan dari klinik Pratama Lapas Sampit.
Meldy mengatakan, kegiatan ini untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit HIV/AIDS dan TBC di antara warga binaan. Skrining HIV/AIDS dan TBC rutin dilakukan karena hal tersebut penting dalam mendeteksi dini dan memberikan perawatan yang tepat jika ternyata ditemukan ada warga binaan yang terinfeksi.
Baca juga: Masa jabatan diperpanjang, 162 kades di Kotim diminta tingkatkan kinerja
Pencegahan penyakit menular perlu dilakukan, khususnya kepada beberapa kelompok yang perlu mendapatkannya, mulai dari orang dengan riwayat kontak langsung dengan penderita dan orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk, salah satunya yaitu di dalam Lapas.
Seperti diketahui, Lapas Sampit saat ini sudah penuh dan melampaui kapasitasnya. Bahkan jumlah warga binaan yang menghuni saat ini sebanyak 863 orang, padahal kapasitas maksimal Lapas Sampit idealnya hanya untuk 220 orang.
Selain cukup berisiko dalam hal keamanan, jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas tersebut juga rawan terjadinya wabah penyakit. Untuk itu pihak Lapas Sampit mengoptimalkan langkah pencegahan dengan menggandeng pihak-pihak terkait.
Meldy menambahkan skrining kali ini dilakukan untuk 50 orang warga binaan Lapas Sampit. Petugas masih meneliti sampel yang diambil dari 50 orang warga binaan tersebut.
"Diharapkan dengan adanya skrining rutin, bisa mendeteksi kasus-kasus penyakit ini sejak dini dan memberikan penanganan yang tepat pada warga binaan yang terinfeksi penyakit tersebut," demikian Meldy Putera.
Baca juga: Pemkab Kotim kaji taman kota sebagai area CFD
Baca juga: Diskominfo Kotim percepat penyusunan arsitektur dan peta rencana SPBE
Baca juga: Pemkab Kotim bekali kemampuan wirausaha untuk ASN akan purnatugas
"Ini merupakan salah satu dari wujud kepedulian kami terhadap kesehatan warga binaan. Dalam menjaga lingkungan pemasyarakatan yang sehat dan aman. Kegiatan ini sangat penting. Melalui program skrining ini pula kami berharap dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan para warga binaan," kata Kepala Lapas Sampit, Meldy Putera di Sampit, Jumat.
Skrining kesehatan dilakukan untuk deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome) dan TBC (Tuberculosis). Kegiatan dilaksanakan dengan dukungan Dinas Kesehatan Kotim melalui Puskesmas Ketapang II.
Proses pemeriksaan kesehatan itu dilakukan dengan cara skrining pengambilan sampel darah terhadap masing-masing warga binaan. Kegiatan dilakukan secara langsung oleh tim medis Puskesmas Ketapang II dibantu oleh tenaga perawat kesehatan dari klinik Pratama Lapas Sampit.
Meldy mengatakan, kegiatan ini untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit HIV/AIDS dan TBC di antara warga binaan. Skrining HIV/AIDS dan TBC rutin dilakukan karena hal tersebut penting dalam mendeteksi dini dan memberikan perawatan yang tepat jika ternyata ditemukan ada warga binaan yang terinfeksi.
Baca juga: Masa jabatan diperpanjang, 162 kades di Kotim diminta tingkatkan kinerja
Pencegahan penyakit menular perlu dilakukan, khususnya kepada beberapa kelompok yang perlu mendapatkannya, mulai dari orang dengan riwayat kontak langsung dengan penderita dan orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk, salah satunya yaitu di dalam Lapas.
Seperti diketahui, Lapas Sampit saat ini sudah penuh dan melampaui kapasitasnya. Bahkan jumlah warga binaan yang menghuni saat ini sebanyak 863 orang, padahal kapasitas maksimal Lapas Sampit idealnya hanya untuk 220 orang.
Selain cukup berisiko dalam hal keamanan, jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas tersebut juga rawan terjadinya wabah penyakit. Untuk itu pihak Lapas Sampit mengoptimalkan langkah pencegahan dengan menggandeng pihak-pihak terkait.
Meldy menambahkan skrining kali ini dilakukan untuk 50 orang warga binaan Lapas Sampit. Petugas masih meneliti sampel yang diambil dari 50 orang warga binaan tersebut.
"Diharapkan dengan adanya skrining rutin, bisa mendeteksi kasus-kasus penyakit ini sejak dini dan memberikan penanganan yang tepat pada warga binaan yang terinfeksi penyakit tersebut," demikian Meldy Putera.
Baca juga: Pemkab Kotim kaji taman kota sebagai area CFD
Baca juga: Diskominfo Kotim percepat penyusunan arsitektur dan peta rencana SPBE
Baca juga: Pemkab Kotim bekali kemampuan wirausaha untuk ASN akan purnatugas