“Berdasarkan kajian rawan risiko bencana karhutla ada enam kecamatan yang dinilai rawan dan kami mendapat bantuan pembiayaan dari BPB-PK Provinsi untuk didistribusikan ke enam kecamatan tersebut,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam di Sampit, Kamis.
Dijelaskan, bahwa BPB-PK Kalteng mendirikan 35 poslap yang berlaku 150 hari di tujuh kabupaten dan satu kota, khususnya pada wilayah atau kecamatan prioritas rawan karhutla. Aktivasi poslap dilaksanakan secara serentak pada Kamis (11/7) oleh Kepala BPB-PK Kalteng Ahmad Toyib.
Tugas dari poslap tersebut antara lain, melaksanakan patroli pencegahan karhutla, melaksanakan sosialisasi mengenai karhutla dan melaksanakan pemadaman jika terjadi karhutla.
Khusus untuk wilayah Kotim ada enam kecamatan yang berdasarkan kajian rawan risiko perlu untuk dibentuk poslap pengendalian karhutla dan sebagian besar berada di wilayah selatan, yakni Kecamatan Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Seranau dan Baamang.
“Pada enam kecamatan ini kami berjaga-jaga dibantu dengan BPB-PK Provinsi dengan pola penanganan yang melibatkan masyarakat, kemudian TNI dan Polri juga terlibat di dalamnya,” ujarnya.
Melalui poslap pengendalian karhutla ini, pemerintah ingin menunjukkan pentingnya peran masyarakat dalam penanggulangan karhutla dengan pembentukan masyarakat peduli api (MPA).
Baca juga: Bupati Kotim terima anugerah Kebijakan Satu Peta
MPA bersama TNI dan Polri ini turut andil dalam mitigasi, pencegahan , penanganan sampai pemulihan bencana karhutla. Mereka memiliki waktu 120 hari untuk melakukan persiapan.
Ia menambahkan, keenam kecamatan itu sesuai dengan pemetaan daerah rawan karhutla yang dilakukan BPBD Kotim pada 2023 lalu dan berlaku selama lima tahun sejak ditetapkan.
Selain itu, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang tahun lalu juga mendapat bantuan poslap dari provinsi.
Keenam kecamatan ini dinilai rawan karhutla karena memiliki luasan rawa dan lahan gambut yang cukup besar dan masih banyak lahan tidak produktif di kecamatan tersebut.
Lahan tidak produktif ini biasanya ditumbuhi semak belukar yang menjadi makanan api ketika terjadi karhutla. Ditambah, pemilik lahan yang tidak produktif ini cenderung abai ketika lahannya terbakar.
Disamping itu, berdasarkan pengalaman yang telah lalu akses jalan menuju titik api di sejumlah kecamatan tersebut masih sulit, keterbatasan sumber daya manusia hingga kemungkinan terjadinya proses pembakaran tanpa diketahui oleh satgas lapangan banyak terjadi di wilayah tersebut pada 2023 lalu.
“Pengalaman tahun lalu kami cukup kewalahan untuk menanganinya, sehingga dengan aktivasi poslap ini diharapkan pengendalian karhutla bisa lebih baik,” demikian Multazam.
Baca juga: Antisipasi dini, PT SSM, PT MAS dan PT GAP gelar sosialisasi dan simulasi penanggulangan karhutla
Baca juga: Bawaslu Kotim ingatkan pantarlih jangan hanya bekerja di belakang meja
Baca juga: Fraksi Demokrat Kotim tekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM