Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah membagikan 10.000 mangkok bubur asyura kepada masyarakat pada Festival Bubur Asyura 2024 yang digelar untuk memperingati 10 Muharram 1446 Hijriah.
“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan Festival Bubur Asyura, yang mana ini adalah kali kedua digelar di bawah kepemimpinan Harati untuk memperingati 10 Muharram,” kata Wakil Bupati Kotim Irawati di Sampit, Minggu.
Festival Bubur Asyura yang digelar melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim ini dipusatkan di Taman Kota Sampit, Jalan Yos Sudarso. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua TP PKK Kotim Khairiah Halikinnor, Kapolres Kotim AKBP Resky Maulana Zulkarnain dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah.
Irawati menyebut, memasak bubur asyura pada 10 Muharram atau yang disebut juga Hari Asyura sudah ada sejak lama. Tradisi ini pun masih dipertahankan oleh umat Islam di berbagai daerah di Indonesia.
“Karena pada bulan Muharram ada banyak peristiwa yang kita sebagai umat Islam perlu peringati. Makanya, pada bulan itu umat Islam memperbanyak ibadah dan sedekah, salah satunya dengan memasak bubur untuk dibagikan ke tetangga dan orang sekitar,” tuturnya.
Festival Bubur Asyura yang digelar Pemkab Kotim ini bermula dari tradisi masyarakat khususnya umat Islam di Kecamatan Baamang yang rutin mengadakan acara syukuran untuk memperingati 10 Muharram dengan memasak bubur asyura dan dimakan bersama-sama.
Kemudian, sejak 2023 kegiatan tersebut diambil alih oleh pemerintah daerah melalui Disbudpar untuk menjadi salah satu agenda tahunan dalam melestarikan tradisi masyarakat.
“Kami mengapresiasi Disbudpar Kotim yang sukses menyelenggarakan Festival Bubur Asyura kali ini. Terlihat dari jumlah peserta yang meningkat dibanding tahun lalu yang hanya diikuti oleh tujuh kelompok, serta segala persiapan yang dilakukan dengan baik,” ucapnya.
Kendati demikian, Irawati berpesan agar pada penyelenggaraan Festival Bubur Asyura berikutnya dilakukan promosi yang lebih gencar melalui media sosial maupun media massa, serta ditetapkan tanggal pasti, supaya dapat menarik wisatawan dari luar daerah.
Baca juga: Kapolres Kotim: Penegakan hukum upaya terakhir penanganan karhutla
Meskipun, memasak bubur asyura pada peringatan 10 Muharram juga ada di daerah lainnya, namun menurutnya setiap daerah memiliki keunikan tersendiri sebab bubur asyura dimasak dengan campuran berbagai sayuran yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
“Contohnya di sini ada yang menambahkan pucuk tumbuhan paku, umbut kelapa, dan talas. Itu jadi keunikan tersendiri yang mungkin tidak ada di daerah lain. Sehingga, kita harapkan festival ini bisa menjadi daya tarik wisata di Kotim,” demikian Irawati.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kotim Bima Ekawardhana menyampaikan tujuan diselenggarakan kegiatan ini untuk melestarikan budaya terutama warisan budaya tak benda yang ada dari zaman nenek moyang dan menjadi tradisi masyarakat, khususnya umat Islam.
“Kegiatan ini menandai 10 Muharram pada kalender Islam. Dimana umat Islam memuliakan hari asyura dengan berpuasa bersedekah dan ibadah lainnya,” sebutnya.
Selain itu, melalui Festival Bubur Asyura sebagai bentuk upaya pemerintah daerah memperkuat rasa gotong royong dan kebersamaan di tengah masyarakat, karena bubur asyura biasanya dibagi-bagikan kepada tetangga dan warga sekitar. Hal ini sejalan dengan motto Kotim, yakni Habaring Hurung (gotong royong).
Festival Bubur Asyura digelar dalam bentuk perlombaan yang diikuti 20 kelompok dengan masing-masing kelompok menyiapkan 500 mangkok bubur asyura. Pesertanya terdiri atas majelis taklim, perwakilan masjid atau musala dan organisasi wanita.
Setelah dinilai oleh dewan juri, bubur asyura tersebut kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Ribuan masyarakat pun tampak memadati kawasan tersebut dengan tak sabar menantikan pembagian bubur yang baru dimasak.
Sebagai apresiasi, panitia menyiapkan hadiah kepada peserta yang menjadi juara dalam festival ini. Penilaian dilakukan dari sisi bahan pangan dan komposisi resep, cita rasa dan kekhasan yang meliputi rasa, kelewatan, aroma, kematangan dan tekstur, serta kerja sama tim dan kebersihan.
Lomba memasak bubur asyura tersebut dimenangkan oleh Majelis Nurul Ikhlas Kecamatan Ketapang sebagai juara I, MTsN 1 Kotim sebagai juara II dan PC Muslimat NU Kecamatan Seranau sebagai juara III.
Baca juga: Kamera trap di Pulau Hanibung rekam kemunculan berbagai satwa
Baca juga: Proses coklit data pemilih di Kotim sudah 99 persen
Baca juga: Pemkab Kotim gelar Aksi Bergizi di sekolah wujudkan generasi penerus sehat