Sampit (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menyiapkan sedikitnya empat program untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada sektor pertanian seiring dengan mulainya musim kemarau.
“Berdasarkan prakiraan BMKG kita akan dihadapkan dengan hawa panas dan kekeringan dalam 3-4 bulan ke depan, untuk mengantisipasi itu ada empat upaya yang kami lakukan secara bersamaan,” kata Kepala DPKP Kotim Sepnita di Sampit, Selasa.
Sepnita menyebutkan, keempat program yang dimaksud adalah optimasi lahan, pompanisasi, irigasi perpompaan, dan tanaman sisipan di sela tanaman perkebunan berupa padi gogo.
Keempat program itu merupakan kegiatan pemerintah pusat yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Program yang disalurkan ada yang berupa bantuan anggaran, peralatan hingga benih.
Sementara dari sisi pemerintah daerah sifatnya membantu dan mendukung pelaksanaan program tersebut sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Seperti pengadaan herbisida yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kotim dan bantuan pupuk dari APBD Provinsi Kalimantan Tengah.
“Contohnya tanaman padi gogo, karena bantuan dari pusat hanya berupa benih maka kita mendukung dengan penyediaan herbisida. Ada juga, bantuan obat-obatan dari APBD provinsi, jadi ada kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten,” ujarnya.
Ia menjelaskan, optimasi lahan merupakan upaya untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) dengan memaksimalkan sarana prasarana pertanian. Contohnya melakukan perbaikan tanggul, normalisasi saluran air, bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) bagi kelompok tani hingga bantuan benih.
Baca juga: Disdik Kotim tegaskan pembelian buku paket tidak wajib
Lalu, pompanisasi dan irigasi perpompaan bertujuan agar pengairan pada lahan pertanian terpenuhi, khususnya selama musim kemarau. Hal ini juga berdampak pada peningkatan IP. Daerah-daerah yang sebelumnya hanya bisa melaksanakan satu kali tanam dalam setahun, kedepannya paling tidak bisa dua kali tanam.
Kemudian, tanaman sisipan di sela tanaman perkebunan bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan lahan yang pada tahun khususnya diprogramkan untuk tanaman padi gogo.
Program optimasi lahan mulai dijalankan sejak Juni lalu untuk persiapan menghadapi musim kemarau yang diprediksi pada Agustus sampai Oktober 2024. Sedangkan, untuk bantuan benih masih menunggu dari pusat, lalu untuk bantuan pompa sebagian sudah diterima dan disalurkan ke sejumlah kecamatan.
Sepnita menambahkan, dampak kekeringan terhadap sektor pertanian secara signifikan memang dulu pernah terjadi di Kotim. Namun, dalam beberapa tahun belakangan justru dampak banjir yang lebih terasa.
Kendati demikian, kekeringan tetap perlu diantisipasi. Terlebih dari prakiraan BMKG hampir seluruh wilayah Indonesia yang akan terdampak hawa panas dan kekeringan tahun ini. Sehingga, setiap wilayah yang memungkinkan harus bisa mempertahankan produksi pertaniannya.
“Dengan empat program tersebut kita berharap kekeringan tidak terlalu berdampak pada pertanian dan ada peningkatan IP. Artinya, kontribusi kita pada 2024 masih ada harapan untuk menambah produksi secara nasional,” demikian Sepnita.
Baca juga: Legislator Kotim dorong pemkab segera upayakan penambahan penerbangan
Baca juga: Dilirik partai lain, begini tanggapan Irawati
Baca juga: TPID Kotim siapkan strategi untuk tekan inflasi daerah