Jakarta (ANTARA) - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengatakan hal fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai.
Megawati pun mengulas perjalanan panjang hubungan antara Indonesia-Rusia yang disampaikannya dalam kuliah umum bertajuk ‘Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru’.
Kuliah disampaikan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Ke-300 Universitas St. Petersburg di Rusia, Senin.
Hadir sebagai peserta ratusan mahasiswa dari Universitas St. Petersburg serta civitas academica kampus tersebut.
Megawati mengatakan kedatangannya di Rusia ini melekat dengan berbagai kenangan sejarah.
“Pertama, ketika Dr Ir Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator, dan Presiden Pertama Republik Indonesia berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956, dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sungguh terkesan terhadap jalan sosialisme dan prinsip ko-eksistensi yang diterapkan,” kata Megawati.
Kedua, Megawati bercerita Bung Karno pada tahun 1962 menerima kunjungan balasan Presiden Rusia Nikita Khrushchev.
Selain mendapat bantuan pembangunan Gelora Bung Karno yang saat itu merupakan stadion terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga mendapatkan bantuan peralatan militer bagi integrasi teritorial kedaulatan wilayah RI.
“Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut selain wujud apresiasi kemajuan teknologi ruang angkasa negara ini, juga sebagai sumber keteladanan para pemuda Indonesia untuk membangun visi antariksa,” ujarnya.
Selanjutnya, Megawati bercerita saat dirinya menjadi Presiden Republik Indonesia bertemu dengan Presiden Putin pada tahun 2001 dan 2003.
Pada saat itu, tata dunia bersifat unipolar dimana perang terhadap terorisme sedang gencar dilakukan.
“Saya memperkuat kerja sama pertahanan, salah satunya dengan membeli Pesawat Tempur Sukhoi. Pesawat tempur ini sampai sekarang dalam hal teknologi, kemampuan manuver, daya presisi, masih sangat unggul dan membanggakan Angkatan Udara kami,” sambungnya.
Dari semua perjalanan itu, Megawati mengatakan prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif.
“Hal yang fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai. Prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif,” kata Megawati.
Lebih lanjut, menurutnya, dengan bebas aktif, Indonesia tidak melibatkan diri dalam aliansi blok pertahanan mana pun.
“Bebas aktif bukanlah politik netralitas, namun ia berpihak pada kemanusiaan dan semangatnya anti penjajahan,” ungkap Megawati.
Ketua Dewan Pengarah BRIN ini menambahkan bahwa politik luar negeri bebas aktif dipandu oleh falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
Di mana, Pancasila terdiri dari lima prinsip, yakni Ketuhanan; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Kebangsaan; Demokrasi; dan Keadilan Sosial.
“Dengan sila kemanusiaan kami bertekad membangun persaudaraan dunia. Dengan keadilan sosial, kami berjuang bagi tatanan dunia yang damai, adil, dan memperjuangkan kesetaraan antar bangsa. Ini contoh implementasi Pancasila dalam hubungan internasional,” jelasnya.
Turut mendampingi Megawati saat kuliah umum di Universitas St. Petersburg, Duta Besar Dunia Pendidikan dan Iptek untuk Universitas St. Petersburg Connie Rahakundini Bakrie.
Megawati pun mengulas perjalanan panjang hubungan antara Indonesia-Rusia yang disampaikannya dalam kuliah umum bertajuk ‘Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru’.
Kuliah disampaikan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Ke-300 Universitas St. Petersburg di Rusia, Senin.
Hadir sebagai peserta ratusan mahasiswa dari Universitas St. Petersburg serta civitas academica kampus tersebut.
Megawati mengatakan kedatangannya di Rusia ini melekat dengan berbagai kenangan sejarah.
“Pertama, ketika Dr Ir Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator, dan Presiden Pertama Republik Indonesia berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956, dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sungguh terkesan terhadap jalan sosialisme dan prinsip ko-eksistensi yang diterapkan,” kata Megawati.
Kedua, Megawati bercerita Bung Karno pada tahun 1962 menerima kunjungan balasan Presiden Rusia Nikita Khrushchev.
Selain mendapat bantuan pembangunan Gelora Bung Karno yang saat itu merupakan stadion terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga mendapatkan bantuan peralatan militer bagi integrasi teritorial kedaulatan wilayah RI.
“Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut selain wujud apresiasi kemajuan teknologi ruang angkasa negara ini, juga sebagai sumber keteladanan para pemuda Indonesia untuk membangun visi antariksa,” ujarnya.
Selanjutnya, Megawati bercerita saat dirinya menjadi Presiden Republik Indonesia bertemu dengan Presiden Putin pada tahun 2001 dan 2003.
Pada saat itu, tata dunia bersifat unipolar dimana perang terhadap terorisme sedang gencar dilakukan.
“Saya memperkuat kerja sama pertahanan, salah satunya dengan membeli Pesawat Tempur Sukhoi. Pesawat tempur ini sampai sekarang dalam hal teknologi, kemampuan manuver, daya presisi, masih sangat unggul dan membanggakan Angkatan Udara kami,” sambungnya.
Dari semua perjalanan itu, Megawati mengatakan prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif.
“Hal yang fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai. Prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif,” kata Megawati.
Lebih lanjut, menurutnya, dengan bebas aktif, Indonesia tidak melibatkan diri dalam aliansi blok pertahanan mana pun.
“Bebas aktif bukanlah politik netralitas, namun ia berpihak pada kemanusiaan dan semangatnya anti penjajahan,” ungkap Megawati.
Ketua Dewan Pengarah BRIN ini menambahkan bahwa politik luar negeri bebas aktif dipandu oleh falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
Di mana, Pancasila terdiri dari lima prinsip, yakni Ketuhanan; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Kebangsaan; Demokrasi; dan Keadilan Sosial.
“Dengan sila kemanusiaan kami bertekad membangun persaudaraan dunia. Dengan keadilan sosial, kami berjuang bagi tatanan dunia yang damai, adil, dan memperjuangkan kesetaraan antar bangsa. Ini contoh implementasi Pancasila dalam hubungan internasional,” jelasnya.
Turut mendampingi Megawati saat kuliah umum di Universitas St. Petersburg, Duta Besar Dunia Pendidikan dan Iptek untuk Universitas St. Petersburg Connie Rahakundini Bakrie.