Sampit (ANTARA) - Selama dua hari berturut-turut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah (Kalteng) berhasil menyelamatkan tiga individu orang utan yang masuk ke kawasan kebun warga, satu di antara tiga satwa itu didapat memiliki tiga butir peluru di tubuhnya.
“Hari ini juga ketiga orang utan yang berhasil kami rescue akan dibawa ke Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Polisi Hutan (Polhut) BKSDA Kalteng Sugih Trianto di Sampit, Kamis.
Sugih menjelaskan, proses penyelamatan orang utan dilakukan di dua lokasi berbeda. Lokasi pertama di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Berawal dari laporan warga yang disampaikan melalui BKSDA Kalteng Resort Sampit pada Rabu (9/10).
Baca juga: Ratusan orang utan menunggu pelepasliaran
Komandan BKSDA Kalteng Resort Sampit Muriansyah yang menerima laporan kala itu langsung melakukan observasi ke lokasi yang dilaporkan ada kemunculan dua individu orang utan di kebun sawit milik warga yang sudah lama tidak terurus.
Ketika observasi keberadaan orang utan tidak ditemukan, namun petugas mendapati adanya jejak yang ditinggalkan satwa tersebut berupa ratusan batang sawit yang rusak, sehingga meminta warga untuk terus memantau dan segera melapor jika satwa itu kembali muncul.
“Kemudian, Selasa (22/10) sore orangutan itu terpantau lagi, sehingga pada Rabu (23/10) kami langsung ke lokasi untuk melakukan rescue agar tidak ada konflik lebih lanjut antara orangutan dan manusia di wilayah setempat,” lanjut Sugih.
Baca juga: Wamen LHK: Populasi orang utan di Taman Nasional Sebangau meningkat
Operasi penyelamatan ini dilakukan oleh tim BKSDA Kalteng SKW II Pangkalan Bun dan BKSDA Kalteng Resort Sampit serta dibantu oleh Orang utan Foundation International (OFI), dengan cara menembakkan bius ke satwa tersebut.
Prosesnya berjalan lancar dan dalam operasi kali ini pihaknya berhasil menyelamatkan induk dan anak orang utan.
Proses penyelamatan induk dan anak orang utan di Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kotim, Rabu (23/10/2024). ANTARA/HO-BKSDA Sampit.
Induk orang utan diperkirakan berusia 25 tahun dengan berat 43,7 kilogram dan anaknya berjenis kelamin jantan diperkirakan berusia empat tahun dengan berat 12 kilogram. Untuk memudahkan penyebutannya, induk orang utan diberi nama Dahlia, sedangkan anaknya dinamakan Ali.
“Dari hasil pemeriksaan sementara oleh tim medis yang ikut dalam operasi tersebut, kondisi dua satwa itu umumnya sehat. Namun, di tubuh induk orang utan ditemukan tiga butir peluru senapan angin yang bersarang,” bebernya.
Baca juga: Penuh perjuangan, 'Asan' si orang utan dievakuasi dari kawasan bandara di Sampit
Peluru tersebut berada di lapisan bawah kulit tetapi tidak sampai menembus daging bagian dalam, diperkirakan tembakan itu sudah lama karena luka tembakan sudah menutup. Rencananya akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan peluru setelah satwa itu tiba di SKW II Pangkalan Bun.
Selanjutnya, operasi penyelamatan kedua dilaksanakan di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau pada Kamis (24/10). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari laporan warga beberapa hari sebelumnya terkait kemunculan satu orangutan berukuran besar.
“Orang utan tersebut telah menyebabkan keresahan dan ketakutan warga karena merusak dan memakan puluhan pohon buah nangka yang ada di sekitar kediaman warga,” sebutnya.
Baca juga: BKSDA Sampit pastikan orang utan telah keluar dari kawasan bandara
Masih dengan tim dan metode yang sama, pihaknya berhasil menyelamatkan satu individu orang utan berjenis kelamin jantan dengan bobot 80 kilogram dan usianya diperkirakan mencapai 35 tahun.
Lokasi penyelamatan berada tak jauh dari Sungai Hambawang, sehingga petugas sepakat menamai satwa tersebut Hambawang. Saat dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter, hewan primata tersebut dalam kondisi sehat dan tidak ada luka.
Proses evakuasi kali ini lumayan sulit bagi tim, karena lokasi penyelamatan berjarak cukup jauh, yakni kurang lebih satu kilometer dari dermaga tempat perahu mereka bersandar. Sebab, untuk mencapai lokasi tersebut harus menyeberangi Sungai Mentaya dari Kota Sampit.
Baca juga: Penemuan bangkai orang utan di Kalbar diperkirakan usia 20 tahun
Satu-satunya kendaraan yang bisa digunakan adalah sepeda motor milik warga setempat. Kemudian dua petugas BKSDA berboncengan dengan membawa orang utan di tengah-tengah mereka.
Bobot orang utan ditambah dua orang dewasa membuat perjalanan menuju dermaga cukup sulit, kendati terlepas dari itu operasi penyelamatan berjalan lancar.
“Langkah selanjutnya ketiga orang utan ini akan kami bawa ke SKW II Pangkalan Bun untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter disana. Adapun, terkait pelepasliaran dan semacamnya masih menunggu instruksi dari pimpinan,” demikian Sugih.
Baca juga: BKSDA Sampit pantau orang utan menyasar ke kawasan bandara
Baca juga: BKSDA Kalteng evakuasi "Abuy" si orang utan resahkan warga Seragam Jaya
“Hari ini juga ketiga orang utan yang berhasil kami rescue akan dibawa ke Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Polisi Hutan (Polhut) BKSDA Kalteng Sugih Trianto di Sampit, Kamis.
Sugih menjelaskan, proses penyelamatan orang utan dilakukan di dua lokasi berbeda. Lokasi pertama di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Berawal dari laporan warga yang disampaikan melalui BKSDA Kalteng Resort Sampit pada Rabu (9/10).
Baca juga: Ratusan orang utan menunggu pelepasliaran
Komandan BKSDA Kalteng Resort Sampit Muriansyah yang menerima laporan kala itu langsung melakukan observasi ke lokasi yang dilaporkan ada kemunculan dua individu orang utan di kebun sawit milik warga yang sudah lama tidak terurus.
Ketika observasi keberadaan orang utan tidak ditemukan, namun petugas mendapati adanya jejak yang ditinggalkan satwa tersebut berupa ratusan batang sawit yang rusak, sehingga meminta warga untuk terus memantau dan segera melapor jika satwa itu kembali muncul.
“Kemudian, Selasa (22/10) sore orangutan itu terpantau lagi, sehingga pada Rabu (23/10) kami langsung ke lokasi untuk melakukan rescue agar tidak ada konflik lebih lanjut antara orangutan dan manusia di wilayah setempat,” lanjut Sugih.
Baca juga: Wamen LHK: Populasi orang utan di Taman Nasional Sebangau meningkat
Operasi penyelamatan ini dilakukan oleh tim BKSDA Kalteng SKW II Pangkalan Bun dan BKSDA Kalteng Resort Sampit serta dibantu oleh Orang utan Foundation International (OFI), dengan cara menembakkan bius ke satwa tersebut.
Prosesnya berjalan lancar dan dalam operasi kali ini pihaknya berhasil menyelamatkan induk dan anak orang utan.
Induk orang utan diperkirakan berusia 25 tahun dengan berat 43,7 kilogram dan anaknya berjenis kelamin jantan diperkirakan berusia empat tahun dengan berat 12 kilogram. Untuk memudahkan penyebutannya, induk orang utan diberi nama Dahlia, sedangkan anaknya dinamakan Ali.
“Dari hasil pemeriksaan sementara oleh tim medis yang ikut dalam operasi tersebut, kondisi dua satwa itu umumnya sehat. Namun, di tubuh induk orang utan ditemukan tiga butir peluru senapan angin yang bersarang,” bebernya.
Baca juga: Penuh perjuangan, 'Asan' si orang utan dievakuasi dari kawasan bandara di Sampit
Peluru tersebut berada di lapisan bawah kulit tetapi tidak sampai menembus daging bagian dalam, diperkirakan tembakan itu sudah lama karena luka tembakan sudah menutup. Rencananya akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan peluru setelah satwa itu tiba di SKW II Pangkalan Bun.
Selanjutnya, operasi penyelamatan kedua dilaksanakan di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau pada Kamis (24/10). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari laporan warga beberapa hari sebelumnya terkait kemunculan satu orangutan berukuran besar.
“Orang utan tersebut telah menyebabkan keresahan dan ketakutan warga karena merusak dan memakan puluhan pohon buah nangka yang ada di sekitar kediaman warga,” sebutnya.
Baca juga: BKSDA Sampit pastikan orang utan telah keluar dari kawasan bandara
Masih dengan tim dan metode yang sama, pihaknya berhasil menyelamatkan satu individu orang utan berjenis kelamin jantan dengan bobot 80 kilogram dan usianya diperkirakan mencapai 35 tahun.
Lokasi penyelamatan berada tak jauh dari Sungai Hambawang, sehingga petugas sepakat menamai satwa tersebut Hambawang. Saat dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter, hewan primata tersebut dalam kondisi sehat dan tidak ada luka.
Proses evakuasi kali ini lumayan sulit bagi tim, karena lokasi penyelamatan berjarak cukup jauh, yakni kurang lebih satu kilometer dari dermaga tempat perahu mereka bersandar. Sebab, untuk mencapai lokasi tersebut harus menyeberangi Sungai Mentaya dari Kota Sampit.
Baca juga: Penemuan bangkai orang utan di Kalbar diperkirakan usia 20 tahun
Satu-satunya kendaraan yang bisa digunakan adalah sepeda motor milik warga setempat. Kemudian dua petugas BKSDA berboncengan dengan membawa orang utan di tengah-tengah mereka.
Bobot orang utan ditambah dua orang dewasa membuat perjalanan menuju dermaga cukup sulit, kendati terlepas dari itu operasi penyelamatan berjalan lancar.
“Langkah selanjutnya ketiga orang utan ini akan kami bawa ke SKW II Pangkalan Bun untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter disana. Adapun, terkait pelepasliaran dan semacamnya masih menunggu instruksi dari pimpinan,” demikian Sugih.
Baca juga: BKSDA Sampit pantau orang utan menyasar ke kawasan bandara
Baca juga: BKSDA Kalteng evakuasi "Abuy" si orang utan resahkan warga Seragam Jaya