Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah telah melakukan observasi kemunculan orang utan di kawasan Bandara Haji Asan Sampit, dan hasilnya dipastikan satwa ini telah keluar dari kawasan tersebut.
Observasi telah dilakukan sebagai tindak lanjut adanya laporan kemunculan orang utan pada Kamis pekan lal di kawasan Bandara Haji Asan Sampit, kata Kepala BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Selasa.
"Hasil observasi kami, sementara ini bisa dipastikan orang utan telah keluar kawasan bandara. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa kembali," tambahnya.
Dia pu menjelaskan, pihaknya pertama kali mendapat laporan pada Kamis 18 April 2024 dari staf BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit terkait satu individu orang utan yang cukup besar di bekas area peralatan meteorologi di belakang kantor lama BMKG setempat.
Hari itu juga pihaknya terjun ke lokasi untuk melakukan observasi,namun kala itu orang utan tidak dapat ditemukan. Kemudian, keesokan harinya, Jumat 19 April 2024, observasi kedua dilakukan dan orang utan itu terlihat di antara pepohonan samping kantor lama BMKG.
Satwa tersebut diduga kuat berasal dari kawasan hutan yang berada di seberang landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit. Kemudian, satwa tersebut memasuki kawasan bandara tepatnya area samping kantor BMKG lama yang masih banyak pepohonan untuk mencari makan. Sebab, beberapa ratus meter dari lokasi tersebut terdapat pohon buah milik warga.
"Jumat siang itu orang utan sempat terlihat, berjenis kelamin jantan dengan ukuran yang cukup besar. Saat itu rencananya kami akan melakukan rescue atau penyelamatan dengan meminta bantuan tim WRU dari SKW II Pangkalan Bun," beber dia.
Muriansyah melanjutkan, ketika mendapat laporan dari BKSDA Resort Sampit sebenarnya tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA SKW II Pangkalan Bun telah bersiap meluncur ke Kotim, tetapi kemudian pihaknya mendapat laporan dari petugas pengamanan bandara bahwa satwa tersebut telah kembali ke hutan asalnya di seberang landasan pacu.
Upaya penyelamatan orang utan pun dibatalkan, karena hutan yang dimasuki satwa tersebut cukup luas, mencapai ratusan hektar dan tidak memungkinkan dilakukan penyelamatan. Sejak itu pula makhluk primata tersebut tak lagi muncul.
Kendati begitu, BKSDA Resort Sampit dibantu petugas pengamanan bandara tetap melakukan pengawasan apabila sewaktu-waktu satwa yang dilindungi Undang-Undang tersebut kembali masuk di kawasan bandara. Disamping berbahaya bagi satwa itu sendiri, juga dapat mengganggu aktivitas penerbangan di bandara.
"Kami terus melakukan pemantauan, karena BKSDA juga punya pos di bandara. Kalau nanti orang utan itu kembali terpantau di sekitar bandara, maka segera kami lakukan tindakan rescue," ucapnya.
Baca juga: BKSDA Sampit pantau orang utan menyasar ke kawasan bandara
Muriansyah menambahkan, kemunculan orang utan di kawasan bandara baru kali ini terjadi. Sebelumnya sempat dilaporkan kemunculan orang utan di sekitar lokasi tersebut, namun tidak sampai masuk kawasan bandara.
Habitat yang semakin berkurang dan insting mencari makanan mendorong satwa liar seperti orang utan sampai masuk ke area permukiman. Sehubungan dengan itu, ia mengimbau warga agar apabila melihat kemunculan satwa liar yang dilindungi Undang-Undang segera melapor ke pihaknya atau aparat terdekat.
Warga diminta untuk tidak melakukan upaya penangkapan atau menyakiti satwa liar yang ditemui. Sebab, disamping berpotensi melukai diri sendiri, hal tersebut juga merupakan tindakan melanggar hukum.
Baca juga: BKSDA-BOS lepasliarkan delapan orang utan hasil rehabilitasi
Baca juga: Misi pelestarian orang utan perlu ada terobosan, kata Teras Narang
Baca juga: BKSDA Kalteng lepasliarkan 10 orang utan ke TN Bukit Baka Bukit Raya
Observasi telah dilakukan sebagai tindak lanjut adanya laporan kemunculan orang utan pada Kamis pekan lal di kawasan Bandara Haji Asan Sampit, kata Kepala BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Selasa.
"Hasil observasi kami, sementara ini bisa dipastikan orang utan telah keluar kawasan bandara. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa kembali," tambahnya.
Dia pu menjelaskan, pihaknya pertama kali mendapat laporan pada Kamis 18 April 2024 dari staf BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit terkait satu individu orang utan yang cukup besar di bekas area peralatan meteorologi di belakang kantor lama BMKG setempat.
Hari itu juga pihaknya terjun ke lokasi untuk melakukan observasi,namun kala itu orang utan tidak dapat ditemukan. Kemudian, keesokan harinya, Jumat 19 April 2024, observasi kedua dilakukan dan orang utan itu terlihat di antara pepohonan samping kantor lama BMKG.
Satwa tersebut diduga kuat berasal dari kawasan hutan yang berada di seberang landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit. Kemudian, satwa tersebut memasuki kawasan bandara tepatnya area samping kantor BMKG lama yang masih banyak pepohonan untuk mencari makan. Sebab, beberapa ratus meter dari lokasi tersebut terdapat pohon buah milik warga.
"Jumat siang itu orang utan sempat terlihat, berjenis kelamin jantan dengan ukuran yang cukup besar. Saat itu rencananya kami akan melakukan rescue atau penyelamatan dengan meminta bantuan tim WRU dari SKW II Pangkalan Bun," beber dia.
Muriansyah melanjutkan, ketika mendapat laporan dari BKSDA Resort Sampit sebenarnya tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA SKW II Pangkalan Bun telah bersiap meluncur ke Kotim, tetapi kemudian pihaknya mendapat laporan dari petugas pengamanan bandara bahwa satwa tersebut telah kembali ke hutan asalnya di seberang landasan pacu.
Upaya penyelamatan orang utan pun dibatalkan, karena hutan yang dimasuki satwa tersebut cukup luas, mencapai ratusan hektar dan tidak memungkinkan dilakukan penyelamatan. Sejak itu pula makhluk primata tersebut tak lagi muncul.
Kendati begitu, BKSDA Resort Sampit dibantu petugas pengamanan bandara tetap melakukan pengawasan apabila sewaktu-waktu satwa yang dilindungi Undang-Undang tersebut kembali masuk di kawasan bandara. Disamping berbahaya bagi satwa itu sendiri, juga dapat mengganggu aktivitas penerbangan di bandara.
"Kami terus melakukan pemantauan, karena BKSDA juga punya pos di bandara. Kalau nanti orang utan itu kembali terpantau di sekitar bandara, maka segera kami lakukan tindakan rescue," ucapnya.
Baca juga: BKSDA Sampit pantau orang utan menyasar ke kawasan bandara
Muriansyah menambahkan, kemunculan orang utan di kawasan bandara baru kali ini terjadi. Sebelumnya sempat dilaporkan kemunculan orang utan di sekitar lokasi tersebut, namun tidak sampai masuk kawasan bandara.
Habitat yang semakin berkurang dan insting mencari makanan mendorong satwa liar seperti orang utan sampai masuk ke area permukiman. Sehubungan dengan itu, ia mengimbau warga agar apabila melihat kemunculan satwa liar yang dilindungi Undang-Undang segera melapor ke pihaknya atau aparat terdekat.
Warga diminta untuk tidak melakukan upaya penangkapan atau menyakiti satwa liar yang ditemui. Sebab, disamping berpotensi melukai diri sendiri, hal tersebut juga merupakan tindakan melanggar hukum.
Baca juga: BKSDA-BOS lepasliarkan delapan orang utan hasil rehabilitasi
Baca juga: Misi pelestarian orang utan perlu ada terobosan, kata Teras Narang
Baca juga: BKSDA Kalteng lepasliarkan 10 orang utan ke TN Bukit Baka Bukit Raya