Sampit (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Muhammad Irfansyah menekankan penting diberikan pendidikan antikorupsi sejak dini bagi peserta didik, sebagai upaya membantu membentuk karakter yang baik, serta mencegah korupsi di masa depan.
Hal itu disampaikan Muhammad Irfansyah pasca dilaksanakan sosialisasi antikorupsi oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Kotim terhadap 101 kepala sekolah yang ada di lingkungan setempat di Pangkalan Bun, Jumat.
"Sebagai komitmen untuk mencegah korupsi, kita sebagai tenaga pendidik turut berperan dalam membangun karakter yang jujur, amanah dan bertanggung jawab di dalam diri generasi penerus," ucapnya.
Dikatakan, para kepala sekolah yang mengikuti sosialisasi diharapkan dapat mengimbaskan ilmu yang didapat di lingkungan masing-masing. Sebab, kepala sekolah sebagai pemimpin di lingkungan sekolah harus bisa memberikan contoh yang baik bagi guru, peserta didik hingga masyarakat sekitar.
Termasuk dalam pendidikan antikorupsi yang penting bagi masa depan bangsa. Disamping pendidikan akademik, sekolah juga berperan dalam pembentukan karakter yang jujur, amanah dan bertanggung jawab di dalam diri peserta didik yang notabene merupakan generasi penerus.
"Jadi kepada para sekolah tugas dan guru kalian bukan hanya membersihkan diri sendiri dari korupsi, tetapi juga bisa menularkan kepada peserta didik sehingga bisa mencegah mereka terlibat dalam tindakan korupsi di masa depan," sebutnya.
Irfansyah melanjutkan, pendidikan antikorupsi ini tidak hanya berdasarkan materi tetapi juga tindakan. Karena tak jarang hal-hal yang dianggap sepele justru bisa berdampak pada karakter anak di masa depan.
Contohnya, ketika anak yang seharusnya bisa naik kelas dan memiliki nilai yang bagus, tetapi malah tidak dinaikan atau ketika dalam suatu lomba lari guru tidak sadar ada anak yang larinya lebih cepat, tapi justru dinomor duakan padahal bisa meraih posisi nomor satu.
Baca juga: Disdik Kotim segera tindak lanjuti insiden sekolah tertimpa pohon tumbang
Hal-hal demikian bisa membuat anak merasa dicurangi dan lama kelamaan akan tumbuh pemikiran dalam diri anak tersebut bahwa hidup di negara ini hanya orang-orang yang curang saja yang dihargai sehingga dia pun akhirnya berlaku curang.
"Perilaku curang seperti ini yang menjadi cikal bakal terjadinya korupsi. Maka dari itu, jangan sampai karakter yang demikian muncul dalam diri anak-anak kita dan untuk itu pula dalam penyelenggaraan lomba harus mengutamakan sisi edukasi bukan hanya mengejar prestasi," jelasnya.
Irfansyah pun menyadari bahwa tanggung jawab yang diemban tenaga kependidikan sangat besar dan pada kondisi inilah peran sebagai tenaga pendidik yang berintegritas sangat diperlukan.
"Untuk itu, mari kita jadikan nilai-nilai antikorupsi sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari di sekolah," demikian Irfansyah.
Baca juga: Sebanyak 101 Kepala Sekolah di Kotim mendapat edukasi antikorupsi
Baca juga: 600 pelajar SD di Kotim ikuti ANBK Gelombang VI
Baca juga: 72 guru di Kotim ikuti uji kompetensi kenaikan pangkat
Hal itu disampaikan Muhammad Irfansyah pasca dilaksanakan sosialisasi antikorupsi oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Kotim terhadap 101 kepala sekolah yang ada di lingkungan setempat di Pangkalan Bun, Jumat.
"Sebagai komitmen untuk mencegah korupsi, kita sebagai tenaga pendidik turut berperan dalam membangun karakter yang jujur, amanah dan bertanggung jawab di dalam diri generasi penerus," ucapnya.
Dikatakan, para kepala sekolah yang mengikuti sosialisasi diharapkan dapat mengimbaskan ilmu yang didapat di lingkungan masing-masing. Sebab, kepala sekolah sebagai pemimpin di lingkungan sekolah harus bisa memberikan contoh yang baik bagi guru, peserta didik hingga masyarakat sekitar.
Termasuk dalam pendidikan antikorupsi yang penting bagi masa depan bangsa. Disamping pendidikan akademik, sekolah juga berperan dalam pembentukan karakter yang jujur, amanah dan bertanggung jawab di dalam diri peserta didik yang notabene merupakan generasi penerus.
"Jadi kepada para sekolah tugas dan guru kalian bukan hanya membersihkan diri sendiri dari korupsi, tetapi juga bisa menularkan kepada peserta didik sehingga bisa mencegah mereka terlibat dalam tindakan korupsi di masa depan," sebutnya.
Irfansyah melanjutkan, pendidikan antikorupsi ini tidak hanya berdasarkan materi tetapi juga tindakan. Karena tak jarang hal-hal yang dianggap sepele justru bisa berdampak pada karakter anak di masa depan.
Contohnya, ketika anak yang seharusnya bisa naik kelas dan memiliki nilai yang bagus, tetapi malah tidak dinaikan atau ketika dalam suatu lomba lari guru tidak sadar ada anak yang larinya lebih cepat, tapi justru dinomor duakan padahal bisa meraih posisi nomor satu.
Baca juga: Disdik Kotim segera tindak lanjuti insiden sekolah tertimpa pohon tumbang
Hal-hal demikian bisa membuat anak merasa dicurangi dan lama kelamaan akan tumbuh pemikiran dalam diri anak tersebut bahwa hidup di negara ini hanya orang-orang yang curang saja yang dihargai sehingga dia pun akhirnya berlaku curang.
"Perilaku curang seperti ini yang menjadi cikal bakal terjadinya korupsi. Maka dari itu, jangan sampai karakter yang demikian muncul dalam diri anak-anak kita dan untuk itu pula dalam penyelenggaraan lomba harus mengutamakan sisi edukasi bukan hanya mengejar prestasi," jelasnya.
Irfansyah pun menyadari bahwa tanggung jawab yang diemban tenaga kependidikan sangat besar dan pada kondisi inilah peran sebagai tenaga pendidik yang berintegritas sangat diperlukan.
"Untuk itu, mari kita jadikan nilai-nilai antikorupsi sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari di sekolah," demikian Irfansyah.
Baca juga: Sebanyak 101 Kepala Sekolah di Kotim mendapat edukasi antikorupsi
Baca juga: 600 pelajar SD di Kotim ikuti ANBK Gelombang VI
Baca juga: 72 guru di Kotim ikuti uji kompetensi kenaikan pangkat