Banjarmasin (ANTARA) - Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melakukan penghijauan di laboratorium lahan basah di kawasan hutan mangrove Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, melalui program kemitraan bersama masyarakat setempat.
"Jadi, masyarakat yang melakukan pembibitan kemudian kami membelinya untuk ditanam di titik-titik yang mulai terjadi kerusakan tanaman mangrovenya," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM Muhamad Rusmin Nuryadin di Kotabaru, Minggu.
Adapun yang menjadi sasaran penghijauan kali ini di Desa Teluk Tamiang yang berada di wilayah Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar.
Rusmin memimpin langsung penanaman bibit mangrove dengan spesies utama bakau dan rambai bersama unit-unit di bawah Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM.
Baca juga: Pemprov Kalteng-IPB kembangkan budi daya kepiting bakau dengan metode sylvofishery
Ada sekitar seribu bibit yang ditanam melibatkan dosen, staf, dan mahasiswa program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) termasuk puluhan masyarakat desa pesisir tersebut.
Menurut Rusmin, membangun kemitraan bersama masyarakat menjadi kunci kesuksesan untuk merawat lahan mangrove yang dikelola ULM seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru.
"Masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam memeliharanya karena mereka yang setiap saat menjalani penghidupan di sekitar lahan ini," ujarnya.
Baca juga: Wakapolda Kalteng tanam 1.000 pohon mangrove di Pantai Ujung Pandaran
Rusmin pun menitipkan kelestarian lahan mangrove di Desa Teluk Tamiang kepada Kepala Desa Teluk Tamiang Hendra untuk terus menggelorakan penghijauan bersama masyarakat binaannya.
"Ekosistem mangrove yang dikelola ULM ini kita jadikan laboratorium lahan basah dunia yang bisa menjadi pusat penelitian bagi para akademisi, wisata edukasi hingga pemanfaatan masyarakat yang berkelanjutan," katanya.
Sementara Hendra selaku Kades Teluk Tamiang menyambut antusias atas program yang dicanangkan ULM sehingga masyarakat mendukung sepenuhnya.
"Selama ini Teluk Tamiang dikenal dengan wisata pantainya, ke depan kami berharap bertambah dengan wisata mangrove yang pastinya dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi," ucapnya.
Diketahui lahan mangrove di hutan produksi seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru telah mendapatkan Surat Persetujuan Komitmen Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikelola ULM mulai tahun ini.
Ada enam desa yang masuk wilayah pengelolaan mangrove ULM yakni Desa Kemuning, Desa Tanjung Pelayar, Desa Tanjung Sungkai, Desa Tanjung Tengah, Desa Teluk Tamiang, dan Desa Kampung Baru.
ULM pun menjadi satu-satunya universitas di dunia yang memiliki dan mengelola lahan mangrove, sehingga sejalan dengan target ULM menjadi Pusat Unggulan Lahan Basah di wilayah Asia Pasifik pada akhir 2027.
"Jadi, masyarakat yang melakukan pembibitan kemudian kami membelinya untuk ditanam di titik-titik yang mulai terjadi kerusakan tanaman mangrovenya," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM Muhamad Rusmin Nuryadin di Kotabaru, Minggu.
Adapun yang menjadi sasaran penghijauan kali ini di Desa Teluk Tamiang yang berada di wilayah Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar.
Rusmin memimpin langsung penanaman bibit mangrove dengan spesies utama bakau dan rambai bersama unit-unit di bawah Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM.
Baca juga: Pemprov Kalteng-IPB kembangkan budi daya kepiting bakau dengan metode sylvofishery
Ada sekitar seribu bibit yang ditanam melibatkan dosen, staf, dan mahasiswa program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) termasuk puluhan masyarakat desa pesisir tersebut.
Menurut Rusmin, membangun kemitraan bersama masyarakat menjadi kunci kesuksesan untuk merawat lahan mangrove yang dikelola ULM seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru.
"Masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam memeliharanya karena mereka yang setiap saat menjalani penghidupan di sekitar lahan ini," ujarnya.
Baca juga: Wakapolda Kalteng tanam 1.000 pohon mangrove di Pantai Ujung Pandaran
Rusmin pun menitipkan kelestarian lahan mangrove di Desa Teluk Tamiang kepada Kepala Desa Teluk Tamiang Hendra untuk terus menggelorakan penghijauan bersama masyarakat binaannya.
"Ekosistem mangrove yang dikelola ULM ini kita jadikan laboratorium lahan basah dunia yang bisa menjadi pusat penelitian bagi para akademisi, wisata edukasi hingga pemanfaatan masyarakat yang berkelanjutan," katanya.
Sementara Hendra selaku Kades Teluk Tamiang menyambut antusias atas program yang dicanangkan ULM sehingga masyarakat mendukung sepenuhnya.
"Selama ini Teluk Tamiang dikenal dengan wisata pantainya, ke depan kami berharap bertambah dengan wisata mangrove yang pastinya dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi," ucapnya.
Diketahui lahan mangrove di hutan produksi seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru telah mendapatkan Surat Persetujuan Komitmen Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikelola ULM mulai tahun ini.
Ada enam desa yang masuk wilayah pengelolaan mangrove ULM yakni Desa Kemuning, Desa Tanjung Pelayar, Desa Tanjung Sungkai, Desa Tanjung Tengah, Desa Teluk Tamiang, dan Desa Kampung Baru.
ULM pun menjadi satu-satunya universitas di dunia yang memiliki dan mengelola lahan mangrove, sehingga sejalan dengan target ULM menjadi Pusat Unggulan Lahan Basah di wilayah Asia Pasifik pada akhir 2027.