Palangka Raya (ANTARA) - Tim peneliti Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) memanfaatkan virtual reality (VR) untuk mengajarkan siswa di SMA1 Muhammadiyah Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) upaya menjaga kelestarian warisan alam Suku Dayak.

Ketua tim peneliti UMPR, Rabiatul Adawiyah, di Palangka Raya, Selasa mengatakan, program ini juga menjadi uji coba yang menggabungkan teknologi modern dengan pelestarian budaya.

"Penelitian ini dilaksanakan dengan pengawasan dan dukungan administrasi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya," katanya.

Dia menerangkan, penelitian ini mendapatkan dukungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, skema Hibah Penelitian Fundamental Reguler.

Turut sebagai anggota tim peneliti adalah M Fatchurahman, Guntur Satrio Pratomo, dan Ferdiyani Haris, serta sekelompok mahasiswa berbakat dari Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Sonia Lomei Wandianti, I Gusti Ayu Raya, Salsa Bina dan Abid Naufal Adhika Wiratama.

Baca juga: Halal Center UMPR-RS PKU Muhammadiyah bahas sertifikasi halal instalasi gizi

Penelitian pengembangan ini mengusung judul "Merawat Warisan Alam Suku Dayak: Virtual Reality untuk Edukasi dan Pelestarian Tanaman Obat Tradisional secara Multidisipliner".

Rabuatul menerangkan, penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada generasi muda cara yang inovatif dalam memahami dan melestarikan tanaman obat tradisional khas Suku Dayak, yang sejak lama dikenal memiliki manfaat luar biasa untuk kesehatan.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi dalam melestarikan pengetahuan ini adalah bagaimana menjembatani kesenjangan antara tradisi yang telah lama ada dengan perkembangan teknologi yang pesat.

Solusi yang ditawarkan oleh tim peneliti ini adalah penggunaan aplikasi Virtual Reality (VR) yang memungkinkan para siswa untuk mengalami secara virtual dan mempelajari tanaman obat tradisional ini dalam bentuk yang lebih interaktif dan imersif.

"Dengan VR, para siswa tidak hanya belajar tentang manfaat tanaman tersebut, tetapi juga bisa merasakan suasana alam tempat tanaman tersebut tumbuh, menjelajahi hutan-hutan khas Suku Dayak, dan berinteraksi langsung dengan lingkungan yang ada dalam simulasi tersebut," katanya.

Selain itu, tim peneliti juga menguji Skala Pelestarian Tanaman Obat Dayak (SPTOD) untuk menilai sejauh mana siswa memahami pentingnya pelestarian tanaman obat tradisional ini.

Rabuatul mengatakan, kegiatan yang memadukan teknologi dengan pengetahuan lokal ini diharapkan dapat menjadi model bagi program edukasi lainnya, yang dapat menginspirasi banyak pihak untuk lebih mengapresiasi dan menjaga warisan alam Indonesia.

Dengan menggabungkan kekayaan budaya Suku Dayak dan kecanggihan teknologi modern, tim ini tidak hanya berfokus pada pelestarian tanaman obat, tetapi juga berkomitmen untuk memelihara kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa.

"Inovasi ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menjaga dan mengenalkan budaya kepada generasi muda, sambil menjaga kelestarian alam untuk masa depan kata Rabiatul.

Baca juga: FK-FKG UMPR dominasi kompetisi debat bahasa Inggris rangkaian PKKMB

Baca juga: PKKMB UMPR 2025 bekali mahasiawa baru dengan wawasan kebangsaan

Baca juga: Peneliti UMPR sebut virtual reality sebagai solusi inovatif cegah perundungan verbal


Pewarta : Rendhik Andika
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2025