Jakarta (ANTARA) - Perubahan hormonal terkait dengan pertambahan usia ternyata tidak hanya terjadi pada kaum perempuan yang disebut menopause, namun pria juga mengalami transisi serupa yang disebut andropause.

Ditulis laman Hindustan Times, Minggu (23/11), andropause dapat dialami pria dengan perubahan hormonal dan tantangan emosional karena penurunan kadar testosteron seiring bertambahnya usia, namun seringkali terabaikan karena dianggap pria lebih memiliki kematangan emosi.

"Banyak pandangan masyarakat tentang maskulinitas membuat pria mengaitkan kekuatan dengan kestabilan emosi, produktivitas, dan kendali diri. Jadi, ketika perubahan internal ini terjadi, pria mungkin menganggap transisi ini sebagai tanda kegagalan pribadi, yang dapat menimbulkan rasa malu dan berujung pada penarikan diri secara emosional,” ujar Dr. Chandni Tugnait, psikoterapis, kepada Health Shots.

Andropause muncul sebagai perubahan halus dalam suasana hati, energi, dan motivasi. Meskipun perubahan ini mungkin tampak tidak penting pada awalnya, perubahan ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari seorang pria.

Diantara gejala andropause yakni perubahan energi fisik. Banyak pria mungkin awalnya menyadari penurunan tingkat energi mereka, merasa butuh waktu lebih lama untuk pulih dari latihan, merasa lelah sepanjang waktu, atau bangun dengan perasaan kurang segar, bahkan setelah tidur semalaman.

Selain itu, andropause memungkinkan ada penurunan gairah seks, yang sering kali disebabkan oleh stres atau penuaan. Namun, perubahan ini tidak hanya sementara melainkan menandakan adanya perubahan dalam tubuh pria.

Tugnait juga menyoroti adanya peningkatan kepekaan emosional yang dapat menyebabkan naik turunnya emosi tak terduga, mudah tersinggung, frustasi atau sedih yang sering muncul.

“Alih-alih membicarakan emosi-emosi ini, beberapa pria mungkin menarik diri, menciptakan jarak dalam hubungan mereka," kata psikoterapis tersebut.

Kesulitan untuk mengekspresikan kerentanan ini dapat menyebabkan kesalahpahaman. Orang-orang terkasih mungkin salah mengartikan perubahan suasana hati ini sebagai kurangnya minat atau kasih sayang.

Seiring menurunnya kadar testosteron, banyak pria mulai merasa ragu pada diri sendiri, mempertanyakan daya tarik, kemampuan, dan harga diri mereka secara keseluruhan yang dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk keintiman seksual, pilihan pekerjaan, dan harga diri secara umum.

Andropause, kata Tugnait juga dapat membuat pria merenungkan hidup, merasa menghadapi mimpi yang terasa kurang tepat yang berakibat berjuang dengan identitas mereka selama ini. Penarikan diri secara emosional juga dapat merusak hubungan dan kesalahpahaman sebagai tanda perubahan hormon.

Untuk mendukung pria dalam masa andropause, Tugnait menyarankan untuk memberikan ruang pada pria membicarakan perasaan mereka, mengelola stres dan membantu mengembalikan arti maskulinitas.

Peran pasangan juga diperlukan untuk saling memahami selama andropause, agar dapat berkomunikasi dengan lebih lembut dan bekerja sama dengan lebih efektif. Pemahaman ini dapat menumbuhkan kedekatan emosional, alih-alih jarak, dan mengubah masa sulit menjadi kesempatan untuk berkembang.

Tugnait juga memberikan saran medis untuk melakukan perubahan gaya hidup, memperbaiki kebiasaan tidur, dan melakukan aktivitas fisik.


Pewarta : -
Editor : Admin Portal
Copyright © ANTARA 2025