Jakarta (ANTARA) - Kabar kurang baik bagi siapa pun yang berencana membeli ponsel baru pada tahun 2026. Laporan pasar terbaru dari TrendForce, sebuah perusahaan riset pasar, menunjukkan kondisi yang cukup berat bagi pasar smartphone dan laptop global, disebabkan harga memori yang diperkirakan naik tajam mulai awal 2026.
Kenaikan ini menjadi masalah besar. Laman Gizchina, Senin (15/12) waktu setempat melaporkan, bahwa bukan hanya karena harga perangkat bisa ikut naik, tetapi juga karena spesifikasi yang ditawarkan bisa diturunkan, terutama pada ponsel kelas menengah dan kelas bawah.
Saat ini, biaya memori memakan porsi yang semakin besar dari total biaya produksi (Bill of Materials/BOM), karena itu, banyak merek mulai mempertimbangkan untuk menurunkan spesifikasi agar harga jual tetap terjangkau.
TrendForce memperkirakan bahwa sepanjang 2026, biaya DRAM (RAM) akan terus mengambil porsi yang lebih besar dari biaya produksi. Bahkan iPhone, yang dikenal memiliki margin keuntungan tinggi, juga akan terdampak tren ini.
Namun, produsen Android berada dalam posisi yang lebih sulit. Banyak merek Android menjadikan kapasitas RAM besar, seperti 12GB, sebagai nilai jual utama di ponsel kelas menengah.
Hal ini sangat terasa pada Xiaomi, karena 12GB RAM sudah menjadi konfigurasi umum di lini ponsel menengah mereka yang populer. Dengan naiknya harga memori, fitur unggulan ini berpotensi dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa perusahaan seperti Xiaomi akan kesulitan mempertahankan harga yang kompetitif. Saat harga DRAM terus naik, produsen hanya punya dua pilihan utama: menaikkan harga ponsel baru, atau menurunkan spesifikasi perangkat.
Para analis memperkirakan bahwa segmen populer yang saat ini menggunakan RAM 8GB dan 12GB bisa kembali ke spesifikasi yang lebih rendah dan standar. Ini dianggap sebagai langkah mundur yang cukup besar.
Dampak paling besar akan dirasakan di pasar ponsel kelas bawah. Model-model murah diperkirakan akan kembali menggunakan RAM 4GB pada 2026, yang merupakan penurunan signifikan bagi konsumen dengan anggaran terbatas.
Masalah ini tidak hanya menimpa ponsel. Produsen laptop juga harus menyesuaikan lini produknya. Laptop dengan RAM yang disolder permanen, seperti ultrabook kelas atas, tidak bisa dengan mudah mengurangi kapasitas memori. Akibatnya, model-model ini diperkirakan akan mengalami kenaikan harga paling cepat dan paling besar.
Laptop konsumen mungkin masih mendapat sedikit “napas” sementara karena adanya stok memori lama yang lebih murah, namun, kondisi ini tidak akan bertahan lama. Mulai kuartal kedua 2026, penurunan spesifikasi atau kenaikan harga akan sulit dihindari, bahkan untuk laptop kelas bawah.
Laporan TrendForce menyimpulkan bahwa mengurangi spesifikasi atau menunda peningkatan perangkat akan menjadi strategi utama produsen smartphone dan PC.
Mereka kemungkinan akan menetapkan kapasitas memori pada batas minimum yang masih bisa diterima untuk tiap segmen pasar.
Peningkatan RAM ponsel kelas menengah dan kelas atas akan melambat dan bertahan di level minimum yang dianggap cukup. Sementara ponsel kelas bawah diperkirakan kembali menggunakan RAM 4GB pada 2026.
Hal ini akan mengubah ekspektasi konsumen saat membeli ponsel baru tahun depan. Ponsel kelas menengah dengan RAM 12GB bisa jadi akan menjadi sesuatu yang jarang atau bahkan hilang dari pasaran.