Ritual Tabot Peringati Wafat Husein Mulai Dengan Mengambil Tanah

id sayidina husein, tabot, tabot bengkulu

Ritual Tabot Peringati Wafat Husein Mulai Dengan Mengambil Tanah

Warga memadati arena Festival tabot. (FOTO ANTARA Bengkulu)

Ritual Tabot merupakan upacara berkabung atas gugurnya Syahid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW
Bengkulu (Antara Kalteng) - Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti melepas peserta prosesi "mengambik tanah" atau mengambil tanah, mengawali ritual Tabot yakni peringatan wafatnya  Husein, cucu Nabi Muhamad SAW yang digelar Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) Bengkulu setiap menyambut 1 Muharram.

"Saya lepas pengambilan tanah sekaligus mengawali ritual tabot 2016," kata Gubernur Ridwan Mukti di lapangan "view tower", Sabtu, malam.

Pelepasan anggota KKT untuk memulai ritual Tabot di dua lokasi yakni Tugu Tapak Paderi dan Surau di Pantai Panjang sekaligus menandai pembukaan Festival Tabot yang diisi perlombaan seni musik dan tari.

Gubernur mengatakan pelaksanaan Festival Tabot akan mendukung rencana Pemprov Bengkulu menggelar Visit Bengkulu 2020.

Ritual Tabot merupakan upacara berkabung atas gugurnya Syahid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW. Tabot berasal dari kata tabut yang bermakna peti mati.

Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu mulai 1 sampai dengan 10 Muharram. Adapun tahapan ritual Tabot dimulai dengan mengambil tanah yang berasal dari tempat keramat yang mengandung unsur-unsur magis.

Ritual berikutnya adalah "penja" yakni pencucian benda keramat terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya.

Berikutnya yakni "meradai" yakni mengumpulkan dana oleh jola atau orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun.

Pada 6-7 Muharram digelar menjara yang merupakan acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji atau bertanding menggunakan alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan lubang di tengahnya, serta ditutupi kulit lembu.

Ritual berikutnya arak penja di mana setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja dengan menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu.

Selanjutnya menggelar arak serban yakni sorban putih yang diletakkan pada tabot kecil yang dilengkapi dengan bendera berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan ¿Hasan dan Husein¿ dengan huruf kaligrafi yang indah.

Ritual gam, berasal dari kata "ghum¿ yang berarti tertutup atau terhalang. Kegiatan ini disebut masa tenang di mana semua aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan. Dilanjutkan arak gedang atau pawai akbar tabot, diawali ritual pelepasan tabot bersanding pada malam 10 Muharram.

Puncak ritual adalah pembuangan tabot ke pemakaman umum di Kelurahan Karabela. Nama pemakaman ini identik dengan Padang Karbala di Irak, lokasi arak-arakan bagian tubuh Husein.

Karabela di Bengkulu merupakan lokasi pemakaman Imam Senggolo atau Syeh Burhanuddin yang merupakan pelopor upacara Tabot di Bengkulu.