Palangka Raya (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Palangka Raya melalui Fakultas Agama Islam melakukan Kolaborasi Riset Dosen dan Mahasiswa Berjudul “Budaya Literasi dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah Darul Ulum Palangka Raya”.
Mahasiswa PAI, FAI UMPR Hayriah Sepitri di Palangka Raya, Senin, menerangkan riset ini penting dan mendesak untuk memperkuat budaya literasi dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI).
"Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta membentuk peserta didik yang kritis, adaptif, dan literat serta berakhlak mulia," katanya.
Data UNESCO menunjukkan minat baca orang Indonesia sangat rendah, yakni hanya 0,001 persen saja itu artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca hal ini menyebabkan rendahnya minat baca orang Indonesia masih sangat lemah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Central Connecticut State University dengan judul "World’s Most Literate Nations Ranked" pada bulan Maret 2016 menyebutkan, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara, ini berada di bawah Thailand yang berada di peringkat ke-59 dan di atas Botswana yang berada di peringkat ke-61. Itu artinya literasi orang Indonesia masih sangat bawah dari negara lain.
Selanjutnya, berdasarkan survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 menyebutkan, Indonesia masuk dalam 10 negara dengan tingkat literasi terendah hal ini menyebabkan Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara.
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami peningkatan besar pada tahun 2025, dengan skor mencapai 72,94, naik dari 68,64 pada tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan kemajuan yang cepat dalam tingkat literasi masyarakat. Ini membuktikan bahwa upaya dalam meningkatkan akses terhadap informasi, layanan perpustakaan, serta partisipasi masyarakat secara aktif sangat efektif dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia di wilayah Kalimantan Tengah.
Dosen S2 Magister PAI FAI UMPR sekaligus GKM FAI UMPR, Dr Naufal SAg MAg mengatakan, pada 2025 menunjukkan hasil yang baik di wilayah Kalimantan Tengah, terutama dalam hal tingkat minat membaca (TGM) yang mencapai lebih dari 60 persen.
Hal ini membuat masyarakat semakin rajin dalam membaca, baik melalui buku cetak maupun media digital.
"Empat daerah yang menduduki peringkat teratas adalah Kabupaten Lamandau, Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Katingan. Masing-masing daerah mencapai skor TGM adalah 75,751, 66,409, 64,860 dan 64,347," katanya.
Dengan hasil tersebut, diharapkan layanan perpustakaan yang dikelola oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Kalimantan Tengah dapat terus diperbaiki dan dikembangkan secara lebih inovatif serta strategis dalam mendukung budaya membaca yang berkualitas dan kompetitif di masyarakat.
Naufal menjelaskan literasi dan sejarah menjadi penting agar tidak salah arah dan jangan lupakan sejarah dalam melihat sejarah kebudayaan Islam.
Arus globalisasi membuat kebanjiran informasi, saring dan berhati-hati serta membaca dengan tuntas informasi menjadi penting ditambah pemahaman terhadap informasi tersebut.
"Literasi membaca pada era modern ini sangatlah penting dan mendesak di tengah kebanjiran informasi, saring – membaca mendalam (deep learning) dan memahaminya sangat krusial. Inilah pembiasaan membaca atau habitus sebelum pelajaran dimulai menjadi stimulus otak serta mencerdaskan peserta didik,” kata Dr Naufal.
Ini sejalan dengan yang di sampai menteri pendidikan dasar dan menengah Dalam Musyawarah Nasional (Munas) XX Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Rabu (19/11/2025), Mu'ti mendorong para guru untuk memberi PR berupa resensi atau review buku kepada siswa, bukan hanya tugas mengerjakan soal.
Menurut Mu'ti, membaca dan menulis harus menjadi fondasi utama pendidikan.
