Jakarta (ANTARA
News) - Tembakan cahaya putih itu tepat mengenai rambut hitam yang
ditata model "spike" Mark McGrath dan terus mengikutinya kemanapun ia
berlari serta menari di atas panggung Java Rockin' Land, Pantai Karnaval
Ancol, Minggu malam.
Vokali Sugar Ray itu seakan tak mau diam. Setiap aksinya maupun ucapannya disambut riuh penonton yang sudah berkerumum di depan dan sisi panggung sejak satu jam lalu. "Speed Home California" yang "up-beat" sebagai lagu pembuka memang cocok mengiringi Mark berlari ke berbagai arah panggung, ke depan, kiri dan kanan.
Mengenakan jas putih, kemeja hitam dan syal batik, Mark pandai menarik hati para penonton dengan memanfaatkan momen ulang tahun ibukota dan berkata "Selamat malam, selamat ulang tahun Jakarta," yang disambut teriakan penggemarnya.
Seakan tak sabar membuat penonton menari dan bernyanyi bersama, band beraliran rock alternatif itu langsung mempersembahkan "Someday".
Dengan irama musik "pantai" yang santai, penonton dibuat menari atau setidaknya menganggukan kepala dan menghentakkan kaki bagi mereka yang masih malu-malu beraksi di awal pertunjukkan.
Tarian diselingi lompatan kecil pun tidak berhenti hingga "Answer the Phone" dibawakan band yang digawangi Mark pada vokal, Rodney Sheppard gitar, serta si kembar Justin Bivona-Jesse Bivona pada bass dan drum.
Mark tak henti-hentinya melontarkan pujian kepada penggemarnya. "Kita kayak balik lagi ke tahun 90an ya? Di sini ada 'old school fans' tahun 90an?," tanya Mark yang langsung disambut gemuruh "Yes" berbarengan dari para penonton.
Diselingi "Under the Sun" yang tampaknya kurang diminati penonton, band yang lagu-lagunya kerapkali dijadikan soundtrack film itu seakan buru-buru tak mau membuat penonton menunggu lama untuk memainkan hits-nya.
Penggalan intro "Every Morning" mulai dimainkan sang gitaris Rodney, tapi Mark ingin memancing reaksi penonton dengan memintanya mengulang intro tersebut.
Suasana pun kembali pecah gara-gara single dari album ketiga 14:59 tersebut yang juga sempat nangkring sebagai jawara di tangga lagu Billboard Hot Modern Rock Tracks dan Canada's Singles Chart.
Seakan tidak peduli dengan mandi keringatnya, Mark terus beraksi menyanyikan "Is She Really", "Ironic Mic" dan kembali bersantai dengan "Falls Apart". Bukan hanya Mark, Jesse pun sekali-kali berlari ke ujung panggung menampilkan keahliannya membetot bass.
Riuh mulai merendah, vokalis bertato itu pun mulai gemas dan terus melontarkan pujian serta lelucon untuk menyemangati penonton yang terlihat mulai bosan.
Ia nampaknya merasa tersaingi dengan raungan dan distorsi band brutal death metal asal Bandung, Jasad, di panggung sebelah. Mark pun mengambil gitar menirukan aksi rocker band metal seraya meraung sejenak dan bercanda dengan personil yang lain.
"When It's Over" tak lama dilantunkan dan seakan memberi ruang kembali bagi para penggemar yang daritadi ingin kembali menari dan bernyanyi dengan lagu kesukaaan mereka.
Mark juga sempat mengganti penggalan lirik dengan "so lovely Jakarta dan beautiful Indonesia". Lagu selanjutnya yaitu, "Blister in the Sun" dan "Mean Machine". Sugar Ray rupanya telah menyiapkan momen ini yang tidak dimasukkan ke dalam setlist. Mereka menarik dua penonton untuk naik ke atas panggung.
Seakan bosan dengan romantisme 90an, Mark meminta salah satu penggemar yang bernama Marcel untuk menari "Gangnam Style" dan penonton lainnya Dimas untuk berkaroke lagu yang dipopulerkan Black Eyed Peas, "I Got A Feeling". Mereka dihadiahi sebuah kaus berwarna hitam.
"Fly" yang bernada ringan menjadi lagu penutup penampilan Sugar Ray seolah memberi kesan antiklimaks. Tidak ada kejutan maupun teriakan "We want more" dari para penonton yang buru-buru mengejar penampilan band rock Steelheart.
Namun, ucapan terima kasih masih terdengar bersahutan antara Sugar Ray dan penonton. "Thanks Sugar Ray!"
Vokali Sugar Ray itu seakan tak mau diam. Setiap aksinya maupun ucapannya disambut riuh penonton yang sudah berkerumum di depan dan sisi panggung sejak satu jam lalu. "Speed Home California" yang "up-beat" sebagai lagu pembuka memang cocok mengiringi Mark berlari ke berbagai arah panggung, ke depan, kiri dan kanan.
Mengenakan jas putih, kemeja hitam dan syal batik, Mark pandai menarik hati para penonton dengan memanfaatkan momen ulang tahun ibukota dan berkata "Selamat malam, selamat ulang tahun Jakarta," yang disambut teriakan penggemarnya.
Seakan tak sabar membuat penonton menari dan bernyanyi bersama, band beraliran rock alternatif itu langsung mempersembahkan "Someday".
Dengan irama musik "pantai" yang santai, penonton dibuat menari atau setidaknya menganggukan kepala dan menghentakkan kaki bagi mereka yang masih malu-malu beraksi di awal pertunjukkan.
Tarian diselingi lompatan kecil pun tidak berhenti hingga "Answer the Phone" dibawakan band yang digawangi Mark pada vokal, Rodney Sheppard gitar, serta si kembar Justin Bivona-Jesse Bivona pada bass dan drum.
Mark tak henti-hentinya melontarkan pujian kepada penggemarnya. "Kita kayak balik lagi ke tahun 90an ya? Di sini ada 'old school fans' tahun 90an?," tanya Mark yang langsung disambut gemuruh "Yes" berbarengan dari para penonton.
Diselingi "Under the Sun" yang tampaknya kurang diminati penonton, band yang lagu-lagunya kerapkali dijadikan soundtrack film itu seakan buru-buru tak mau membuat penonton menunggu lama untuk memainkan hits-nya.
Penggalan intro "Every Morning" mulai dimainkan sang gitaris Rodney, tapi Mark ingin memancing reaksi penonton dengan memintanya mengulang intro tersebut.
Suasana pun kembali pecah gara-gara single dari album ketiga 14:59 tersebut yang juga sempat nangkring sebagai jawara di tangga lagu Billboard Hot Modern Rock Tracks dan Canada's Singles Chart.
Seakan tidak peduli dengan mandi keringatnya, Mark terus beraksi menyanyikan "Is She Really", "Ironic Mic" dan kembali bersantai dengan "Falls Apart". Bukan hanya Mark, Jesse pun sekali-kali berlari ke ujung panggung menampilkan keahliannya membetot bass.
Riuh mulai merendah, vokalis bertato itu pun mulai gemas dan terus melontarkan pujian serta lelucon untuk menyemangati penonton yang terlihat mulai bosan.
Ia nampaknya merasa tersaingi dengan raungan dan distorsi band brutal death metal asal Bandung, Jasad, di panggung sebelah. Mark pun mengambil gitar menirukan aksi rocker band metal seraya meraung sejenak dan bercanda dengan personil yang lain.
"When It's Over" tak lama dilantunkan dan seakan memberi ruang kembali bagi para penggemar yang daritadi ingin kembali menari dan bernyanyi dengan lagu kesukaaan mereka.
Mark juga sempat mengganti penggalan lirik dengan "so lovely Jakarta dan beautiful Indonesia". Lagu selanjutnya yaitu, "Blister in the Sun" dan "Mean Machine". Sugar Ray rupanya telah menyiapkan momen ini yang tidak dimasukkan ke dalam setlist. Mereka menarik dua penonton untuk naik ke atas panggung.
Seakan bosan dengan romantisme 90an, Mark meminta salah satu penggemar yang bernama Marcel untuk menari "Gangnam Style" dan penonton lainnya Dimas untuk berkaroke lagu yang dipopulerkan Black Eyed Peas, "I Got A Feeling". Mereka dihadiahi sebuah kaus berwarna hitam.
"Fly" yang bernada ringan menjadi lagu penutup penampilan Sugar Ray seolah memberi kesan antiklimaks. Tidak ada kejutan maupun teriakan "We want more" dari para penonton yang buru-buru mengejar penampilan band rock Steelheart.
Namun, ucapan terima kasih masih terdengar bersahutan antara Sugar Ray dan penonton. "Thanks Sugar Ray!"