Pernyataan tertulis Fredly, di Jakarta,
Minggu, pembabatan tersebut mengikis 500.000 Hektare dari keseluruhan
luas Kepulauan Aru, yakni 643.000 Hektare. Tersisa cuma kurang dari
sepertiga wilayah darat Kepulauan Aru!
"Lalu apa yang tersisa dari Maluku...," ujar Fredly.
Dia mengatakan, saat ini 19 dari 28 perusahaan perkebunan di bawah
PT Menara Group sudah mengantongi izin Menteri Kehutanan, Zulkifli
Hasan, atas wewenang Bupati Aru, Theddy Tengko, yang saat ini berada di
penjara di Sukamiskin, Bandung, karena terjerat kasus korupsi.
Fredly sangat khawatir akan nasib kampung halaman dengan kekayaan dan keindahaan alamnya tersebut.
Karena itu, ia melayangkan petisi yang kini sudah didukung sebanyak 5.000 orang.
Dia mengatakan sebelumnya, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
Maluku bertemu Komisi B DPRD Maluku terkait penyelamatan lahan tersebut.
"Mereka sepakat bahwa ada indikasi kejahatan dalam kasus Aru," katanya.
Dia berharap masyarakat Indonesia turut mendukung petisi tersebut agar izin perusahaan perkebunan di kepulauan Aru dicabut.
"Di Pulau Seram, pabrik semen dan pabrik gula yang dulu direncanakan
ternyata bohong. Pengusaha kabur setelah hutan dibabat dan kayu dijual
ke luar," katanya.
Fredly menjelaskan perusahaan pengembang sawit mengobrak-abrik
lahan-lahan di Pulau Seram dan saat ini menyisakan hamparan sawit
ratusan ribu Hektare.
"Hutan habis dan yang tersisa bagi penduduk lokal hanya status buruh lepas harian, miskin, dan kebanjiran," katanya.
Hal sama juga disampaikan aktivis pluralisme asal Ambon, Jacky
Manuputy, yang mengatakan gerakan penolakan penebangan hutan untuk
perkebunan semakin menguat di komunitas masyarakat Kepulauan Aru.
"Hampir semua penduduk dari 117 desa menolak perkebunan ini. Ini
yang membuat gerah pemerintah Kabupaten Aru yang kini dipimpin pejabat
sementara," katanya.
Dia menuturkan Kepulauan Aru terdiri atas hampir 300 pulau dengan
enam pulau besar yang dipenuhi flora dan fauna endemik yang juga
terdapat di Papua dan Australia.
Di dalamnya, lanjut dia, terdapat empat spesies burung cendrawasih, kakatua raja, kanguru pohon, kasuari, dan lainnya.
"Kepualuan Aru itu unik, indah namun rentan terhadap kerusakan ekologi," katanya.