Sampit (Antara Kalteng) - Kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) yang masih dialami masyarakat dikhawatirkan akan memicu peningkatan angka kemiskinan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

"Seperti nelayan, masih sering kesulitan mendapatkan BBM. Kalau terus berlarut-larut, ini bisa saja berpengaruh terhadap angka pengangguran," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim, Fadlian Noor di Sampit, Selasa.

Masyarakat Kotawaringin Timur (Kotim) masih sering mengeluhkan kesulitan mendapatkan BBM, khususnya jenis solar dengan harga normal di SPBU lantaran antrean panjang dan BBM cepat habis.

Keluhan juga disampaikan petani yang sering kesulitan mendapatkan BBM sesuai kebutuhan karena pemilik SPBU menolak melayani pembelian menggunakan jeriken meski petani sudah mengantongi rekomendasi dari aparatur desa bahkan hingga kecamatan.

Kondisi serupa juga dialami nelayan yang kesulitan mendapatkan solar dengan harga normal. Mereka terpaksa membeli solar dengan harga tinggi dari pelangsir, sehingga cukup membebani karena membuat biaya operasional menjadi tinggi.

"Masalah ini juga harus menjadi perhatian kita bersama. Kami dari Dinsosnakertrans ini melihatnya dari sisi kemungkinan dampaknya terhadap angka pengangguran dan kemiskinan. Kalau kesulitan mendapat BBM, pekerjaan masyarakat terganggu sehingga berdampak pada berkurangnya penghasilan," jelas Fadlian.

Dia berharap pasokan BBM tetap lancar dan masyarakat mendapat layanan prioritas ketika membeli di SPBU sehingga aktivitas perekonomian berjalan lancar dan kesejahteraan meningkat untuk mengurangi angka kemiskinan.

Jika memungkinkan, kelompok masyarakat seperti petani dan nelayan diberikan kemudahan untuk mendapatkan BBM. Kemudahan itu diharapkan membuat perekonomian masyarakat terus tumbuh.




(T.KR-NJI/B/Z002/Z002)

Pewarta : Norjani
Editor : Ronny
Copyright © ANTARA 2024