Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Harga rotan yang diproduksi petani di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah anjlok dari Rp2.000 - Rp2.500 menjadi Rp1.000 per kilogram.
Salah seorang petani rotan, Supian (47) di Kuala Pembuang, Sabtu, mengatakan, anjloknya harga rotan, khususnya untuk rotan dengan kualitas sedang terjadi sudah sejak beberapa hari lalu.
"Meskipun panen rotan sedang melimpah, namun harganya turun," katanya.
Ia mengatakan, tidak mengetahui penyebab turunnya harga rotan, namun selama ini harga jual rotan di sentra-sentra produksi rotan, seperti Kecamatan Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun kerap kali dipermainkan oleh tengkulang yang berasal dari luar daerah Seruyan.
"Penjualan rotan mentah ke luar daerah, sering dimainkan oleh para tengkulak yang datang langsung ke lokasi-lokasi atau desa penghasil rotan," katanya.
Menurutnya, para petani tidak punya pilihan selain menjual rotan-rotan tersebut kepada tengkulak meskipun harganya sangat murah, karena para petani tidak punya akses untuk memasarkan rotan-rotan tersebut ke luar daerah secara mandiri.
"Selain itu, jalan akses penghubung antar desa dan kecamatan masih belum memadai, sehingga ini juga menjadi kedala masyarakat untuk memasarkan rotan-rotan tersebut," katanya.
Ia menambahkan, sebenarnya masalah rendahnya harga jual rotan mentah ini dapat disiasati dengan melakukan peningkatan nilai terhadap komoditi rotan menjadi barang-barang kerajinan, namun itu tidak dilakukan karena tempat pemasaran hasil kerajinan rotan di Seruyan masih belum tersedia.
"Karena tempat pemasaran tetap kerajinan rotan itu belum ada, maka terpaksa kami hanya menjual rotan mentah meski dengan harga murah," katanya.
Salah seorang petani rotan, Supian (47) di Kuala Pembuang, Sabtu, mengatakan, anjloknya harga rotan, khususnya untuk rotan dengan kualitas sedang terjadi sudah sejak beberapa hari lalu.
"Meskipun panen rotan sedang melimpah, namun harganya turun," katanya.
Ia mengatakan, tidak mengetahui penyebab turunnya harga rotan, namun selama ini harga jual rotan di sentra-sentra produksi rotan, seperti Kecamatan Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun kerap kali dipermainkan oleh tengkulang yang berasal dari luar daerah Seruyan.
"Penjualan rotan mentah ke luar daerah, sering dimainkan oleh para tengkulak yang datang langsung ke lokasi-lokasi atau desa penghasil rotan," katanya.
Menurutnya, para petani tidak punya pilihan selain menjual rotan-rotan tersebut kepada tengkulak meskipun harganya sangat murah, karena para petani tidak punya akses untuk memasarkan rotan-rotan tersebut ke luar daerah secara mandiri.
"Selain itu, jalan akses penghubung antar desa dan kecamatan masih belum memadai, sehingga ini juga menjadi kedala masyarakat untuk memasarkan rotan-rotan tersebut," katanya.
Ia menambahkan, sebenarnya masalah rendahnya harga jual rotan mentah ini dapat disiasati dengan melakukan peningkatan nilai terhadap komoditi rotan menjadi barang-barang kerajinan, namun itu tidak dilakukan karena tempat pemasaran hasil kerajinan rotan di Seruyan masih belum tersedia.
"Karena tempat pemasaran tetap kerajinan rotan itu belum ada, maka terpaksa kami hanya menjual rotan mentah meski dengan harga murah," katanya.