Tamiang Layang (Antara Kalteng) - Film Siung Mangkuwung yang digawangi produser eksekutif Bupati Barito Timur, Ampera AY Mebas, segera tayang perdana pada Sabtu (25/2) malam di Gedung Pertemuan Umum Mantawara.
Sutradara Film Siung Mangkuwung yang sekaligus Wakil Ketua DPRD Bartim, Ariantho S Muller, Minggu mengatakan, film tersebut menceritakan asal mula keturunan peradaban suku dayak Ma'anyan turunan Benua Lima dan Paju Sepuluh.
"Ini pengenalan kepada masyarakat Dayak Suku Ma'anyan khususnya, tentang awal peradaban Dayak Ma'anyan turunan benua lima dan paju sepuluh," ungkap ketua PAPPRI Kalteng itu.
Ia mengatakan, penayangan perdana ini akan ditonton bersama Bupati Ampera AY Mebas bersama unsur Forum Kordinasi Pimpinan Daerah (FKPD), tanpa dipungut biaya.
"Yang ingin menyaksikan, silakan datang untuk menonton," ungkapnya.
Sekilas tentang Siung Mangkuwung, film ini diambil dari cerita nyata tentang asal mula keturunan peradaban suku Dayak Ma'anyan turunan Benua Lima dan paju sapuluh. Tepatnya di Desa Eteen yang terletak di alur sungai Patangkep (Sekarang menjadi Kecamatan Patangkep Tutui).
Ceritanya, di desa itu ada seorang wanita cantik yang bernama Puney Tataw Andrau yang memiliki kecantikan luar biasa sehingga membuat laki-laki banyak memperebutkannya untuk memilikinya. Namun, akhirnya Puney Tataw Andrau jatuh cinta dengan pemuda gagah berani yang bernama Siung Mangkuwungan.
Namun pemuda yg lain merasa kecewa dan benci dengan Siung Mangkuwungan. Kebencian itu menimbulkan niat ingin membunuhnya dengan segala cara dan akhirnya mereka membuat siasat untuk membunuh Siung Mangkuwungan.
Untungnya para dewa menyelamatkan Siung Mangkuwung yang mereka lindungi. Dewa yang menyelamatkan itu diantaranya Dewa Nanyu Manulun.
"Karena perbuatan jahat yang dilakukan ke Siung Mangkuwungan, akhirnya Dewa Nanyu Manulun meluluhlantakkan desa Eteen dengan Rume (kiamat) dan matilah semua penduduk Eteen dan yang hidup hanyalah Siung dan Puney karena memiliki kalung Patake (biji pohon yang diyakini anti Petir)," ungkap Ariantho.
Pada akhirnya, dari sinilah mulai peradaban keturunan Dayak Ma'anyan Benua Lima dan Paju Sapuluh. Peninggalan sejarah bekas Desa Eteen ini masih ada. Namun sangat sulit untuk dijangkau dan wilayah itu terkenal sangat sakral dan mistis.
Sampai sekarang masih ada bekas rumah orang jaman dahulu, dimana tiang dan bekas reruntuhan rumah warga Desa Eteen.
Sutradara Film Siung Mangkuwung yang sekaligus Wakil Ketua DPRD Bartim, Ariantho S Muller, Minggu mengatakan, film tersebut menceritakan asal mula keturunan peradaban suku dayak Ma'anyan turunan Benua Lima dan Paju Sepuluh.
"Ini pengenalan kepada masyarakat Dayak Suku Ma'anyan khususnya, tentang awal peradaban Dayak Ma'anyan turunan benua lima dan paju sepuluh," ungkap ketua PAPPRI Kalteng itu.
Ia mengatakan, penayangan perdana ini akan ditonton bersama Bupati Ampera AY Mebas bersama unsur Forum Kordinasi Pimpinan Daerah (FKPD), tanpa dipungut biaya.
"Yang ingin menyaksikan, silakan datang untuk menonton," ungkapnya.
Sekilas tentang Siung Mangkuwung, film ini diambil dari cerita nyata tentang asal mula keturunan peradaban suku Dayak Ma'anyan turunan Benua Lima dan paju sapuluh. Tepatnya di Desa Eteen yang terletak di alur sungai Patangkep (Sekarang menjadi Kecamatan Patangkep Tutui).
Ceritanya, di desa itu ada seorang wanita cantik yang bernama Puney Tataw Andrau yang memiliki kecantikan luar biasa sehingga membuat laki-laki banyak memperebutkannya untuk memilikinya. Namun, akhirnya Puney Tataw Andrau jatuh cinta dengan pemuda gagah berani yang bernama Siung Mangkuwungan.
Namun pemuda yg lain merasa kecewa dan benci dengan Siung Mangkuwungan. Kebencian itu menimbulkan niat ingin membunuhnya dengan segala cara dan akhirnya mereka membuat siasat untuk membunuh Siung Mangkuwungan.
Untungnya para dewa menyelamatkan Siung Mangkuwung yang mereka lindungi. Dewa yang menyelamatkan itu diantaranya Dewa Nanyu Manulun.
"Karena perbuatan jahat yang dilakukan ke Siung Mangkuwungan, akhirnya Dewa Nanyu Manulun meluluhlantakkan desa Eteen dengan Rume (kiamat) dan matilah semua penduduk Eteen dan yang hidup hanyalah Siung dan Puney karena memiliki kalung Patake (biji pohon yang diyakini anti Petir)," ungkap Ariantho.
Pada akhirnya, dari sinilah mulai peradaban keturunan Dayak Ma'anyan Benua Lima dan Paju Sapuluh. Peninggalan sejarah bekas Desa Eteen ini masih ada. Namun sangat sulit untuk dijangkau dan wilayah itu terkenal sangat sakral dan mistis.
Sampai sekarang masih ada bekas rumah orang jaman dahulu, dimana tiang dan bekas reruntuhan rumah warga Desa Eteen.