Jakarta (Antara Kalteng) - Belakangan kasus perundungan atau bullying kembali menyeruak dan kebanyakan cenderung terjadi pada remaja.
Psikolog anak dan remaja dari EduPsycho Research Institute, Yasinta Indrianti, M.Psi mengatakan pencarian jati diri tak disikapinya secara positif menjadi salah satu alasan utama perundungan banyak dialami remaja.
"Remaja masa pencarian jati diri, rasa ingin berkompetisi menunjukkan eksistensi tetapi belum bisa mengidentifikasikan kebutuhannya sehingga terkadang tidak bisa menyalurkan dengan tepat," ujar dia dalam kampanye Let's Speak up! di Jakarta, Kamis.
Menurut Yasinta, remaja sebenarnya dapat membangun sikap positifnya, sehingga dia dapat memandang persaingan dan jiwa kompetitif dari kacamata positif yang membangun dan berprestasi.
"Untuk membangun dan memupuk sikap positif diperlukan dukungan pola asuh yang baik dari lingkungan keluarga dan sosial. Harus dipastikan orang tua dan guru dapat menjadi teman dan pelindung yang dapat memberikan solusi dari hal-hal yang dialami remaja," tutur dia.
Pola asuh orang tua yang otoriter dan permisif misalnya, bisa melahirkan pelaku perundungan.
"Dari keluarga dipupuk, permisif dan otoriter. Otoriter membuat anak enggak bisa mengekspresikan diri. Sementara pola asuh permisif, anak dibiarkan terus bebas," kata dia.
Selain itu, ada faktor lingkungan. Lingkungan yang negatif misalnya mendukung perundungan, sehingga memperkuat perilaku itu terus dilakukan.