Dua psikolog dampingi pelaku dan korban perundungan pelajar SMP di Bartim

id pemkab barito timur, perundungan pelajar smp bartim, psikolog bartim, kadisdik bartim sabai, bullying, tamiang layang

Dua psikolog dampingi pelaku dan korban perundungan pelajar SMP di Bartim

Kadisdik Barito Timur Sabai. (ANTARA/Habibullah)

Tamiang Layang (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Barito Timur, Kalimantan Tengah Sabai menegaskan telah disepakati antara pihaknya dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DPPPAKB) menugaskan dua psikolog guna mendampingi pelaku dan korban perundungan yang melibatkan pelajar SMP di daerah setempat.

“Walaupun permasalahan ini telah diselesaikan secara kekeluargaan, kami bersama DPPPAKB tetap memberikan pendampingan kepada pelaku dan korban agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” kata Kepala Disdik Bartim Sabai di Tamiang Layang, Jumat sore.

Sabai menjelaskan dua psikolog tersebut mendampingi pelaku perundungan, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya di masa mendatang. Sementara itu, korban akan mendapatkan pembinaan psikologis untuk mengatasi trauma akibat kejadian tersebut.

Sabai juga menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada sekolah-sekolah untuk mencegah terjadinya kasus serupa. Pihaknya sudah beberapa kali melaksanakan sosialisasi, baik dalam rapat bersama guru dan siswa, maupun saat mengunjungi sekolah.

"Dalam kesempatan itu, kami selalu menyampaikan pentingnya pencegahan dan penanganan perundungan di lingkungan pendidikan,” jelasnya.

Baca juga: Mediasi kasus perundungan pelajar SMP di Bartim berjalan damai

Ke depan, lanjut Sabai, pihaknya akan lebih memperhatikan aspek kesehatan mental di lingkungan sekolah agar kasus serupa tidak terulang.

Dirinya berharap hasil dari kesepakatan ini dapat menjadi sumber informasi yang valid bagi masyarakat agar tidak berkembang isu yang tidak benar.

Terkait pendampingan, lebih lanjut, Sabai memastikan anak-anak yang terlibat dalam kasus ini, baik pelaku maupun korban, akan terus mendapatkan bimbingan psikologis sesuai kesepakatan dengan instansi terkait.

Mengenai tindakan yang akan diambil terhadap sekolah, Sabai menegaskan pihaknya akan melakukan asesmen terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

“Dalam kasus ini, kejadian terjadi di luar jam sekolah, sehingga tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Namun, kami yakin sekolah sudah memberikan arahan yang cukup kepada siswa agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi,” demikian Sabai.

Baca juga: Pj Sekda lantik dua pejabat administrator Disdukcapil Bartim

Baca juga: Pemkab Bartim diminta realisasikan 10 prioritas infrastruktur pada 2026

Baca juga: Pemkab Bartim terus tingkatkan pelayanan kesehatan