Muara Teweh (Antaranews Kalteng) - Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Barito Hulu Unit V Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah memperluas uji coba pengembangan tumbuhan bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai tumbuhan yang memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat.
"Tahun lalu kami mengembangkan bawang dayak hanya lima demplot dan tahun 2018 ini bertambah menjadi delapan demplot atau bedeng," kata Kepala Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Barito Hulu unit V, Rudi Chandra Utama di Muara Teweh, Selasa.
Menurut Rudy, pihaknya baru saja mulai panen tanaman bawang dayak hasil uji coba di lokasi demplot di hutan kota "Tumenggung Surapati Muara Teweh di kawasan Wonorejo dengan bibit sekitar 3 kilogram ditanam di lima bedeng dan 15 polybag dengan hasil panen sebanyak 6 kilogram (untuk dua bedeng).
Hasil panen tanaman bawang dayak ini, kata dia, dikembangkan kembali dengan lokasi tanam diperluas menjadi delapan demplot di hutan kota dan sebagian di kantor KPHP Barito Hulu Unit V Jalan Yetro Sinseng Muara Teweh.
"Hasil pengembangan bawang dayak ini selain untuk diperbanyak juga akan dibagikan ke masyarakat karena komoditi ini punya peluang bisnis budidaya cukup besar," katanya.
Baca: Petani Makin Tertarik Kembangkan Bawang Dayak, Karena Ini
Rudy menjelaskan untuk tanaman bawang Dayak bibitnya banyak dijual di pasar di Muara Teweh, dimana bawang Dayak di kalangan masyarakat suku Dayak memiliki banyak sebutan seperti bawang kambe, bawang hutan, bawang mekah dan lainnya yang mempunyai khasiat sebagai obat.
Tumbuhan dengan ciri spesifik dengan umbi berwarna merah ini sudah lama digunakan masyarakat setempat untuk pengobatan aneka penyakit namun belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga baru sebagian saja yang memanfaatkan keampuhannya.
"Jadi selain sebagai tanaman obat-obatan, bawang dayak juga memiliki prospek pasar yang bagus," kata dia.
Dia mengatakan saat ini bawang dayak juga pihaknya kembangkan dengan membuat produk Teh Racik Bawang Dayak untuk dijual sebagai komoditas perdagangan.
"Teh Bawang Dayak ini untuk sementara dijual secara terbatas melalui online dan offline, teh yang bahan bakunya dari bawang Dayak itu masih tradisional dalam bentuk kemasan 300 gram dijual seharga Rp50.000 per bungkus.
Teh herbal itu, kata dia, merupakan produk atau hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bahan bakunya dari budidaya sendiri melalui demplot bawang Dayak di kawasan hutan kota `Tumenggung Surapati` Muara Teweh dan Desa Benangin Kecamatan Teweh Timur.
"Untuk pengembangan lebih luas nantinya sebagai produk unggulan daerah, kami sudah berdiskusi dengan pengelola tambang gas Blok Bangkanai PT Ophir Indonesia guna dimasukkan dalam Program CSR mereka," kata dia.
KPHP Barito Hulu dengan wilayah kerja di Barito Utara meliputi Kecamatan Lahei, Gunung Purei, Teweh Timur dan sebagian Kecamatan Teweh Baru.
"Tahun lalu kami mengembangkan bawang dayak hanya lima demplot dan tahun 2018 ini bertambah menjadi delapan demplot atau bedeng," kata Kepala Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Barito Hulu unit V, Rudi Chandra Utama di Muara Teweh, Selasa.
Menurut Rudy, pihaknya baru saja mulai panen tanaman bawang dayak hasil uji coba di lokasi demplot di hutan kota "Tumenggung Surapati Muara Teweh di kawasan Wonorejo dengan bibit sekitar 3 kilogram ditanam di lima bedeng dan 15 polybag dengan hasil panen sebanyak 6 kilogram (untuk dua bedeng).
Hasil panen tanaman bawang dayak ini, kata dia, dikembangkan kembali dengan lokasi tanam diperluas menjadi delapan demplot di hutan kota dan sebagian di kantor KPHP Barito Hulu Unit V Jalan Yetro Sinseng Muara Teweh.
"Hasil pengembangan bawang dayak ini selain untuk diperbanyak juga akan dibagikan ke masyarakat karena komoditi ini punya peluang bisnis budidaya cukup besar," katanya.
Baca: Petani Makin Tertarik Kembangkan Bawang Dayak, Karena Ini
Rudy menjelaskan untuk tanaman bawang Dayak bibitnya banyak dijual di pasar di Muara Teweh, dimana bawang Dayak di kalangan masyarakat suku Dayak memiliki banyak sebutan seperti bawang kambe, bawang hutan, bawang mekah dan lainnya yang mempunyai khasiat sebagai obat.
Tumbuhan dengan ciri spesifik dengan umbi berwarna merah ini sudah lama digunakan masyarakat setempat untuk pengobatan aneka penyakit namun belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga baru sebagian saja yang memanfaatkan keampuhannya.
"Jadi selain sebagai tanaman obat-obatan, bawang dayak juga memiliki prospek pasar yang bagus," kata dia.
Dia mengatakan saat ini bawang dayak juga pihaknya kembangkan dengan membuat produk Teh Racik Bawang Dayak untuk dijual sebagai komoditas perdagangan.
"Teh Bawang Dayak ini untuk sementara dijual secara terbatas melalui online dan offline, teh yang bahan bakunya dari bawang Dayak itu masih tradisional dalam bentuk kemasan 300 gram dijual seharga Rp50.000 per bungkus.
Teh herbal itu, kata dia, merupakan produk atau hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bahan bakunya dari budidaya sendiri melalui demplot bawang Dayak di kawasan hutan kota `Tumenggung Surapati` Muara Teweh dan Desa Benangin Kecamatan Teweh Timur.
"Untuk pengembangan lebih luas nantinya sebagai produk unggulan daerah, kami sudah berdiskusi dengan pengelola tambang gas Blok Bangkanai PT Ophir Indonesia guna dimasukkan dalam Program CSR mereka," kata dia.
KPHP Barito Hulu dengan wilayah kerja di Barito Utara meliputi Kecamatan Lahei, Gunung Purei, Teweh Timur dan sebagian Kecamatan Teweh Baru.