Sampit (Antaranews Kotim) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, mencoba menangkap buaya Sungai Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur dengan cara memancingnya menggunakan umpan bebek yang dipasangi kail khusus.
"Penangkapan buaya menggunakan pancing. Sampai saat ini pancing masih terpasang namun belum ada menunjukkkan hasil," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Serangan buaya kembali terjadi pada Kamis (8/3) sore lalu di Desa Ganepo Kecamatan Seranau. Seorang perempuan bernama Jumi (49), diserang buaya saat mencuci pakaian, untungnya korban berhasil lolos dari maut karena buaya tidak berhasil menariknya ke dalam sungai setelah gigitannya terhalang kayu lanting.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka cakaran di lengan kiri dan luka gigitan buaya di lengan kanan. Korban juga masih trauma beraktivitas di sungai, apalagi buaya ganas itu kembali muncul di sekitar lokasi kejadian.
BKSDA berencana menangkap buaya tersebut karena sudah membahayakan nyawa masyarakat. Jika berhasil ditangkap, buaya tersebut selanjutnya direlokasi ke daerah lain yang merupakan habitat buaya.
Untuk menangkap buaya muara itu, tim BKSDA menyiapkan pancing dengan kail khusus dipasang di lokasi berbeda. Kail yang diikat tali, dipasang bersama bebek sebagai umpan yang diharapkan membuat buaya tidak bisa lepas karena tersangkut kail ketika menyambar buaya.
Tim BKSDA memancing buaya di Sungai Mentaya menggunakan bebek sebagai umpan. (Foto BKSDA Kalteng)
Muriansyah meyakini buaya ganas tersebut masih berada di sekitar kawasan tersebut. Bahkan saat meninjau ke lokasi sehari usai kejadian, Muriansyah melihat sendiri buaya yang diperkirakan panjangnya sekitar empat meter itu kembali muncul, namun langsung menghilang ketika didekati.
Menangkap buaya dengan cara menggunakan pancing, dinilai merupakan cara efektif saat ini. Beberapa tahun sebelumnya, cara serupa pernah digunakan warga ketika menangkap seekor buaya besar yang memangsa manusia.
"Kalau sampai besok belum ada hasil, rencananya pancing akan kami hentikan dulu. Kami akan mengatur atau menyusun ulang rencana lain," tambah Muriansyah.
Selain mencoba menangkap buaya menggunakan pancing, BKSDA juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait upaya penanganan buaya oleh BKSDA. Harapannya, masyarakat mendukung upaya tersebut dan meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan buaya.
BKSDA juga memasang empat papan pemberitahuan atau imbauan di tempat dan daerah buaya sering menampakkan diri. Pemasangan papan imbauan itu dibantu anggota Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah dan aparat Desa Ganepo.
Serangan buaya di Sungai Mentaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Beberapa korban berhasil selamat, namun sebagian besar korban meninggal dunia, bahkan ada yang jenazahnya tidak pernah ditemukan lagi.
"Penangkapan buaya menggunakan pancing. Sampai saat ini pancing masih terpasang namun belum ada menunjukkkan hasil," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Serangan buaya kembali terjadi pada Kamis (8/3) sore lalu di Desa Ganepo Kecamatan Seranau. Seorang perempuan bernama Jumi (49), diserang buaya saat mencuci pakaian, untungnya korban berhasil lolos dari maut karena buaya tidak berhasil menariknya ke dalam sungai setelah gigitannya terhalang kayu lanting.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka cakaran di lengan kiri dan luka gigitan buaya di lengan kanan. Korban juga masih trauma beraktivitas di sungai, apalagi buaya ganas itu kembali muncul di sekitar lokasi kejadian.
BKSDA berencana menangkap buaya tersebut karena sudah membahayakan nyawa masyarakat. Jika berhasil ditangkap, buaya tersebut selanjutnya direlokasi ke daerah lain yang merupakan habitat buaya.
Untuk menangkap buaya muara itu, tim BKSDA menyiapkan pancing dengan kail khusus dipasang di lokasi berbeda. Kail yang diikat tali, dipasang bersama bebek sebagai umpan yang diharapkan membuat buaya tidak bisa lepas karena tersangkut kail ketika menyambar buaya.
Muriansyah meyakini buaya ganas tersebut masih berada di sekitar kawasan tersebut. Bahkan saat meninjau ke lokasi sehari usai kejadian, Muriansyah melihat sendiri buaya yang diperkirakan panjangnya sekitar empat meter itu kembali muncul, namun langsung menghilang ketika didekati.
Menangkap buaya dengan cara menggunakan pancing, dinilai merupakan cara efektif saat ini. Beberapa tahun sebelumnya, cara serupa pernah digunakan warga ketika menangkap seekor buaya besar yang memangsa manusia.
"Kalau sampai besok belum ada hasil, rencananya pancing akan kami hentikan dulu. Kami akan mengatur atau menyusun ulang rencana lain," tambah Muriansyah.
Selain mencoba menangkap buaya menggunakan pancing, BKSDA juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait upaya penanganan buaya oleh BKSDA. Harapannya, masyarakat mendukung upaya tersebut dan meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan buaya.
BKSDA juga memasang empat papan pemberitahuan atau imbauan di tempat dan daerah buaya sering menampakkan diri. Pemasangan papan imbauan itu dibantu anggota Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah dan aparat Desa Ganepo.
Serangan buaya di Sungai Mentaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Beberapa korban berhasil selamat, namun sebagian besar korban meninggal dunia, bahkan ada yang jenazahnya tidak pernah ditemukan lagi.