Sampit (Antaranews Kalteng) - Tradisi budaya Mandi Safar di Sungai Mentaya Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, kembali digelar dan berlangsung meriah. Masyarakat diajak memaknai positif tradisi yang sudah ada sejak lama tersebut.

"Saya berharap tradisi ini tidak terus diperdebatkan. Kita maknai ini secara positif dan ambil hikmahnya. Setidaknya melalui kegiatan ini, kita menjalin silaturahmi. Ekonomi masyarakat juga terkena imbas positif dari kegiatan ini," kata Bupati H Supian Hadi di Sampit, Rabu.

Mandi Safar merupakan tradisi budaya yang mengandung religi. Meski merupakan bagian dari tradisi budaya, namun kegiatan ini juga diisi dengan doa bersama secara Islam.

Mandi Safar dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender tahun Hijriah setiap tahunnya, atau sering disebut dengan arba mustamir. Tidak diketahui secara persis kapan tradisi budaya ini dimulai namun hingga kini masih dipertahankan sebagian masyarakat.

Tradisi Mandi Safar dimulai dengan doa bersama, kemudian merajah daung sawang yang nantinya akan dibawa saat mandi. Seremonial tahapan ini dilaksanakan di ikon Jelawat, dihadiri para pejabat dan ratusan masyarakat.

Selanjutnya, kegiatan beralih ke Dermaga Habaring Hurung yang lokasinya berjarak sekitar 100 meter dari ikon Jelawat. Di lokasi ini, bupati dan pejabat lainnya mencuci muka menggunakan air yang sudah disiapkan. Air itu merupakan campuran air dari tujuh sungai yang ada di Kalimantan Tengah.

Setelah itu, tradisi Mandi Safar dimulai. Bupati dan pejabat lainnya beramai-ramai mandi bercebur ke Sungai Mentaya. Mereka berbaur dengan ratusan warga yang juga mandi di sungai yang membelah Kota Sampit tersebut.

Untuk meramaikan acara, panitia menebar kupon berhadiah berbagai peralatan elektronik. Sebelumnya, pada malam dan pagi hari juga digelar rangkaian acara berupa lomba maulid Al Habsyi, lomba tari pesisir dan lomba busana muslim.

Tradisi Mandi Safar kini dikemas menjadi suguhan wisata yang mampu menarik minat wisatawan. Tahun 2017, jumlah pengunjung yang menyaksikan Mandi Safar mencapai 15.000 orang, termasuk wisatawan dari Jakarta. Tahun ini pengunjung diperkirakan meningkat.

Selain di Dermaga Habaring Hurung, tradisi ini juga dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Seranau, Kotabesi, Mentaya Hilir Utara dan Cempaga.

"Wisatawan luar sangat antusias menyaksikan tradisi ini. Dampaknya terhadap daya beli masyarakat juga sangat positif. Tradisi budaya seperti ini mampu menarik wisatawan dan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah," kata Supian.

Supian menegaskan keseriusan pemerintah daerah mengembangkan pariwisata, bahkan dijadikan bagian dari delapan prioritas rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kotawaringin Timur. Sektor pariwisata diyakini mampu menjadi sektor andalan baru untuk membantu mendongkrak pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Fajrurrahman mengatakan, pihaknya terus mengembangkan potensi pariwisata daerah. Promosi juga terus ditingkatkan karena potensi wisata kabupaten ini sangat besar.

"Kami meminta dukungan semua pihak karena pengembangan pariwisata juga harus didukung sektor lainnya seperti transportasi, infrastruktur, perdagangan dan lainnya. Kami optimistis sektor pariwisata akan terus meningkat dan mampu berkontribusi besar terhadap pembangunan daerah dan perekonomian masyarakat," kata Fajrurrahman.

Ditambahkannya, semua potensi pariwisata terus dikembangkan untuk mendukung tekad pemerintah kabupaten menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata Kalimantan Tengah. Tekad itu bukan mustahil untuk diwujudkan, apalagi saat ini wisatawan yang datang ke daerah ini terus meningkat.

Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024