Nablus, Palestina, (Antaranews Kalteng) - Pemukim gelap Yahudi, Ahad (6/1), mencabuti dan mencuri anak pohon zaitun dan almond yang baru ditanam di dekat Desa Yanoun, selatan Nablus di daerah pendudukan Tepi Barat Sungai Jordan, kata beberapa sumber lokal.
Ghassan Daghlas, yang memantau kegiatan pemukim Yahudi di daerah tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Resmi Palestina, WAFA, para pemukim dari pos depan tidak sah "777", yang disertai oleh satu buldozer, mencabuti banyak anak pohon zaitun dan almond milik warga desa Palestina dari Yanoun.
Sebanyak 400.000 pemukiman Yahudi tinggal di permukiman khusus buat orang Yahudi di seluruh Tepi Barat, tindakan yang melanggar hukum internasional, kata WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. Mereka jarang dimintai pertanggung-jawaban atas serangan terhadap orang Palestina dan harta mereka.
Penguasa Yahudi telah mengajukan tuntutan hanya untuk 8,2 persen kasus pemukim Yahudi yang melakukan kejahatan anti-Palestina di Tepi Barat, yang diduduki, dalam tiga tahun belakangan ini, kata organisasi non-pemerintah Israel, Yesh Din.
Selama 2018, serangan oleh pemukim Yahudi terhadap orang Palestina di Tepi Barat naik tiga kali lipat, kata harian Israel, Haaretz.
Pemukim Yahudi melancarkan sedikitnya 482 serangan terhadap orang Palestina selama setahun belakangan, naik dari 140 pada 2017, kata surat kabar tersebut.
Serangan oleh pemukim Yahudi itu berkisar dari "pemukulan dan pelemparan batu ke orang Palestina, penulisan slogan nasionalis dan anti-Palestina atau anti-Arab, pengrusakan rumah dan mobil sampai penebangan pohon milik petani Palestina".
Haaretz menyatakan penurunan serangan oleh pemukim Yahudi pada 2016 dan 2017 terjadi "akibat reaksi pemerintah (Israel) setelah pemboman satu rumah di Desa Duma di Tepi Barat, yang merenggut nyawa tiga anggota keluarga Dawabshe".
Pada Juli 2015, pemukim Yahudi membakar rumah keluarga Dawabsheh di Tepi Barat dalam serangan yang menewaskan dua orang Palestina dan satu bayi mereka yang berusia 18 bulan. Putra sulung mereka, Ahmed (6), selamat dari serangan itu tapi menderita luka bakar parah yang telah mempengaruhi kemampuannya bergerak.
Peristiwa tersebut menyulut kemarahan masyarakat internasional pada saat itu, dan keluarga Dawasheh menuduh Israel menarik diri dari menghukum para tersangka meskipun para pejabat Israel mengakui bahwa mereka mengetahui siapa yang bertanggung-jawab.
Ghassan Daghlas, yang memantau kegiatan pemukim Yahudi di daerah tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Resmi Palestina, WAFA, para pemukim dari pos depan tidak sah "777", yang disertai oleh satu buldozer, mencabuti banyak anak pohon zaitun dan almond milik warga desa Palestina dari Yanoun.
Sebanyak 400.000 pemukiman Yahudi tinggal di permukiman khusus buat orang Yahudi di seluruh Tepi Barat, tindakan yang melanggar hukum internasional, kata WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. Mereka jarang dimintai pertanggung-jawaban atas serangan terhadap orang Palestina dan harta mereka.
Penguasa Yahudi telah mengajukan tuntutan hanya untuk 8,2 persen kasus pemukim Yahudi yang melakukan kejahatan anti-Palestina di Tepi Barat, yang diduduki, dalam tiga tahun belakangan ini, kata organisasi non-pemerintah Israel, Yesh Din.
Selama 2018, serangan oleh pemukim Yahudi terhadap orang Palestina di Tepi Barat naik tiga kali lipat, kata harian Israel, Haaretz.
Pemukim Yahudi melancarkan sedikitnya 482 serangan terhadap orang Palestina selama setahun belakangan, naik dari 140 pada 2017, kata surat kabar tersebut.
Serangan oleh pemukim Yahudi itu berkisar dari "pemukulan dan pelemparan batu ke orang Palestina, penulisan slogan nasionalis dan anti-Palestina atau anti-Arab, pengrusakan rumah dan mobil sampai penebangan pohon milik petani Palestina".
Haaretz menyatakan penurunan serangan oleh pemukim Yahudi pada 2016 dan 2017 terjadi "akibat reaksi pemerintah (Israel) setelah pemboman satu rumah di Desa Duma di Tepi Barat, yang merenggut nyawa tiga anggota keluarga Dawabshe".
Pada Juli 2015, pemukim Yahudi membakar rumah keluarga Dawabsheh di Tepi Barat dalam serangan yang menewaskan dua orang Palestina dan satu bayi mereka yang berusia 18 bulan. Putra sulung mereka, Ahmed (6), selamat dari serangan itu tapi menderita luka bakar parah yang telah mempengaruhi kemampuannya bergerak.
Peristiwa tersebut menyulut kemarahan masyarakat internasional pada saat itu, dan keluarga Dawasheh menuduh Israel menarik diri dari menghukum para tersangka meskipun para pejabat Israel mengakui bahwa mereka mengetahui siapa yang bertanggung-jawab.