Palangka Raya (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Fahrizal Fitri mengatakan, upaya untuk menekan angka stunting di seluruh wilayah kabupaten dan kota masih belum optimal sehingga perlu ditingkatkan.
"Berbagai upaya harus kita lakukan, salah satunya melibatkan pihak perusahaan yang ada di Kalteng," katanya di Palangka Raya, Kamis.
Hal itu ia ungkapkan saat kegiatan rapat forum koordinasi pelaksanaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan percepatan penanggulangan stunting. Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah kepala perangkat organisasi daerah (OPD) beserta jajaran.
Stunting adalah gagal tumbuh atau sebuah kondisi tinggi badan seseorang jauh lebih pendek, dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Adapun penyebab utamanya, yakni kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir.
Fahrizal menyebut, pihak perusahaan yang ada di Kalteng akan diminta berpartisipasi menanggulangi stunting, khususnya di wilayah yang dinilai rawan. Partisipasi perusahaan dapat dilakukan melalui program tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR).
Adapun berdasarkan riset kesehatan dasar, wilayah dengan prevalensi stunting balita usia 0-59 bulan tertinggi di Kalteng per tahun 2018, meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur serta Gunung Mas.
"Kami akan minta perusahaan berpartisipasi melalui CSR yang mereka miliki, agar upaya mengentaskan stunting bisa dilakukan lebih cepat serta optimal," tuturnya di sela kegiatan.
Penanganan kasus stunting harus dilakukan secara serius, sebab erat kaitannya dengan masa depan daerah. Jika kondisi generasi penerus di Kalteng banyak yang terkena stunting, tentu akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya yang dimiliki.
Ditakutkan generasi penerus asal Kalteng, akan sulit bersaing dengan mereka yang berasal dari luar daerah. Hal ini merupakan dampak negatif yang baru terasa setelah beberapa tahun berlalu.
"Kami ingin anak-anak Kalteng tumbuh dan berkembang dengan baik, agar mereka mampu berpartisipasi dalam pembangunan, mengisi roda pemerintahan di daerah maupun nasional kedepannya," ungkap Fahrizal.
"Berbagai upaya harus kita lakukan, salah satunya melibatkan pihak perusahaan yang ada di Kalteng," katanya di Palangka Raya, Kamis.
Hal itu ia ungkapkan saat kegiatan rapat forum koordinasi pelaksanaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan percepatan penanggulangan stunting. Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah kepala perangkat organisasi daerah (OPD) beserta jajaran.
Stunting adalah gagal tumbuh atau sebuah kondisi tinggi badan seseorang jauh lebih pendek, dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Adapun penyebab utamanya, yakni kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir.
Fahrizal menyebut, pihak perusahaan yang ada di Kalteng akan diminta berpartisipasi menanggulangi stunting, khususnya di wilayah yang dinilai rawan. Partisipasi perusahaan dapat dilakukan melalui program tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR).
Adapun berdasarkan riset kesehatan dasar, wilayah dengan prevalensi stunting balita usia 0-59 bulan tertinggi di Kalteng per tahun 2018, meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur serta Gunung Mas.
"Kami akan minta perusahaan berpartisipasi melalui CSR yang mereka miliki, agar upaya mengentaskan stunting bisa dilakukan lebih cepat serta optimal," tuturnya di sela kegiatan.
Penanganan kasus stunting harus dilakukan secara serius, sebab erat kaitannya dengan masa depan daerah. Jika kondisi generasi penerus di Kalteng banyak yang terkena stunting, tentu akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya yang dimiliki.
Ditakutkan generasi penerus asal Kalteng, akan sulit bersaing dengan mereka yang berasal dari luar daerah. Hal ini merupakan dampak negatif yang baru terasa setelah beberapa tahun berlalu.
"Kami ingin anak-anak Kalteng tumbuh dan berkembang dengan baik, agar mereka mampu berpartisipasi dalam pembangunan, mengisi roda pemerintahan di daerah maupun nasional kedepannya," ungkap Fahrizal.