Jakarta (ANTARA) - Meluangkan waktu untuk liburan tidak hanya membantu melepaskan stres tetapi juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, ungkap sebuah studi baru dalam jurnal Psychology and Health.

"Orang yang lebih sering berlibur dalam 12 bulan terakhir memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami sindrom metabolik dan gejala metabolik," kata peneliti Bryce Hruska dari Syracuse University di Amerika Serikat, seperti dilansir Indian Express, Senin.

Sindrom metabolik adalah kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Jika Anda memiliki sejumlah sindrom metabolik, Anda berisiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular.

Kepala Divisi Organisasi di Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A(K) pernah mengatakan, sindrom metabolik mencakup lingkar perut di atas 90 cm (laki-laki) dan 80 cm (perempuan).

Lalu, tekanan darah di atas 130/85 mmHg, HDL kolesterol di bawah 40 dan 50 (untuk perempuan), trigliserida di atas 150 dan gula darah puasa di atas 100.

"Gejala metabolik dapat dimodifikasi, itu berarti mereka dapat dicegah atau dihilangkan," kata Hruska.

Untuk penelitian ini, para peneliti melibatkan 63 orang karyawan yang memenuhi syarat untuk dibiayai berlibur. Mereka harus menjalani tes darah dan menyelesaikan wawancara untuk menilai perilaku berlibur dalam 12 bulan terakhir.

Temuan penelitian menunjukkan, risiko sindrom metabolik menurun hampir seperempatnya, terutama untuk para partisipan yang menjalani liburan tambahan.

Berdasarkan temuan ini, peneliti menyarankan orang untuk memanfaatkan waktu liburan yang tersedia bagi mereka.

“Waktu liburan tersedia untuk hampir 80 persen karyawan, tetapi kurang dari setengahnya memanfaatkan semua waktu yang tersedia bagi mereka. Penelitian kami menunjukkan jika orang memanfaatkan yang sudah tersedia untuk mereka, itu maka ini bisa berguna untuk kesehatan yang nyata," tutur Hruska.
 

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024