Jakarta (ANTARA) - Salah satu mahasiswa yang menjadi korban luka pada demonstrasi di DPR, Selasa (24/9), Naufal Siregar (19) menegaskan perusuh pelaku pembakaran, perusakan, dan pencoretan pagar tembok Gedung DPR bukan mahasiswa.
"Yang bakar-bakar itu kelompok luar. Waktu di pagar DPR, kami lihat mereka yang rusuh tidak memakai (jaket) almamater," kata dia, saat dijumpai wartawan di RS Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pelaku pencoretan di tembok DPR juga tidak dilakukan oleh orang yang mengenakan jaket almamater sehingga dapat dipastikan bukan dari kalangan mahasiswa.
"Mereka yang corat-coret kayak sudah tua, kayak 'oom-oom' gitu dech. Kalau kami teman-teman mahasiswa sudah sepakat demo aman, kami pakai (jaket) almamater supaya (bisa) membedakan," kata dia.
Ia mengatakan penyusup itu yang memprovokasi polisi serta merobohkan pagar Gedung MPR/DPR.
Siregar sempat dirawat di RSPP karena terluka di bagian pipi dekat bibir serta pelipis kanan dan harus dijahit. Ia mengaku tidak mengetahui pasti apakah luka yang diderita itu akibat peluru karet atau gas air mata.
"Kemarin saat pagar DPR rubuh oleh penyusup, polisi nembakin gas air mata. Dalam kondisi sesak saya lihat sekilas, ada benda yang lewat dan tiba-tiba saya rasakan benturan, dan itu peluru," kata dia.
Sesaat setelah terkena tembakan, dia mengaku pusing sehingga ia ditolong oleh rekan-rekannya sesama mahasiswa.
"Saya merasa ada peluru besar membentur pipi saya, kayaknya dari jarak dekat. Mulut saya (pipi) sampai masuk ke dalam. Saya ditolong teman mahasiswa tidak kenal, random saja pakai motor dibawa ke RSPP," kata dia.
Ia menegaskan pada dasarnya mahasiswa hanya ingin aspirasi rakyat didengar oleh pemerintah dan DPR. Pada malam unjuk rasa itu, kata Siregar, mahasiswa sengaja bertahan sampai keadilan betul-betul ditegakkan.
"Yang bakar-bakar itu kelompok luar. Waktu di pagar DPR, kami lihat mereka yang rusuh tidak memakai (jaket) almamater," kata dia, saat dijumpai wartawan di RS Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pelaku pencoretan di tembok DPR juga tidak dilakukan oleh orang yang mengenakan jaket almamater sehingga dapat dipastikan bukan dari kalangan mahasiswa.
"Mereka yang corat-coret kayak sudah tua, kayak 'oom-oom' gitu dech. Kalau kami teman-teman mahasiswa sudah sepakat demo aman, kami pakai (jaket) almamater supaya (bisa) membedakan," kata dia.
Ia mengatakan penyusup itu yang memprovokasi polisi serta merobohkan pagar Gedung MPR/DPR.
Siregar sempat dirawat di RSPP karena terluka di bagian pipi dekat bibir serta pelipis kanan dan harus dijahit. Ia mengaku tidak mengetahui pasti apakah luka yang diderita itu akibat peluru karet atau gas air mata.
"Kemarin saat pagar DPR rubuh oleh penyusup, polisi nembakin gas air mata. Dalam kondisi sesak saya lihat sekilas, ada benda yang lewat dan tiba-tiba saya rasakan benturan, dan itu peluru," kata dia.
Sesaat setelah terkena tembakan, dia mengaku pusing sehingga ia ditolong oleh rekan-rekannya sesama mahasiswa.
"Saya merasa ada peluru besar membentur pipi saya, kayaknya dari jarak dekat. Mulut saya (pipi) sampai masuk ke dalam. Saya ditolong teman mahasiswa tidak kenal, random saja pakai motor dibawa ke RSPP," kata dia.
Ia menegaskan pada dasarnya mahasiswa hanya ingin aspirasi rakyat didengar oleh pemerintah dan DPR. Pada malam unjuk rasa itu, kata Siregar, mahasiswa sengaja bertahan sampai keadilan betul-betul ditegakkan.