Jakarta (ANTARA) - Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar Nusron Wahid mengatakan, saat ini setidaknya muncul empat kandidat ketua umum sehingga sulit terjadi aklamasi dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar pada Desember mendatang.
Menurut Nusron, empat kandidat itu adalah Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Indra Bambang Utoyo, dan Ridwan Hisyam.
"Saya yakin juga akan muncul calon-calon lain. Dipastikan tidak calon tunggal. Kalau tidak calon tunggal bagaimana akan aklamasi?" kata Nusron di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Polda tetapkan Wakil Ketua Golkar sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik
Nusron mengatakan Rapat Pimpinan Nasional Golkar salah satunya memang memutuskan Munas Golkar dilaksanakan dengan mengedepankan musyawarah mufakat berlandaskan demokrasi.
Menurut dia, musyawarah mufakat itu sesuatu yang baik selama calonnya hanya satu dan semua sepakat.
"Tapi kalau calonnya banyak, bagaimana cara mengambil keputusannya? Masak empat-empatnya akan jadi ketum semua. Pasti harus satu dan lewat mekanisme voting sebagai satu-satunya jalan," ujarnya.
Baca juga: Seorang politikus Partai Golkar dituntut tujuh tahun penjara
Nusron mensinyalir ada upaya yang sangat sistematis untuk mengarahkan agar di Munas Golkar tidak ada pemilihan, padahal tata cara pemilihan pimpinan partai sudah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Golkar.
Pasal 50 ART menyebutkan pemilihan harus dilaksanakan secara langsung oleh peserta munas, dan melalui tiga tahap, yakni penjaringan, pencalonan, dan pemilihan.
"Dari mana tahu kalau cuma calon tunggal? Wong tahapannya belum dilalui. Tahap penjaringan saja belum kok seakan-akan sudah penetapan," kata Nusron.
Nusron yakin DPD II dan "silent majority" nanti akan menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani dan perubahan kepemimpinan partai yang akan membawa partai lebih baik, dinamis, dan progresif.
Baca juga: Golkar 'melempem' di era kepemimpinan Airlangga Hartarto
Menurut Nusron, empat kandidat itu adalah Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Indra Bambang Utoyo, dan Ridwan Hisyam.
"Saya yakin juga akan muncul calon-calon lain. Dipastikan tidak calon tunggal. Kalau tidak calon tunggal bagaimana akan aklamasi?" kata Nusron di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Polda tetapkan Wakil Ketua Golkar sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik
Nusron mengatakan Rapat Pimpinan Nasional Golkar salah satunya memang memutuskan Munas Golkar dilaksanakan dengan mengedepankan musyawarah mufakat berlandaskan demokrasi.
Menurut dia, musyawarah mufakat itu sesuatu yang baik selama calonnya hanya satu dan semua sepakat.
"Tapi kalau calonnya banyak, bagaimana cara mengambil keputusannya? Masak empat-empatnya akan jadi ketum semua. Pasti harus satu dan lewat mekanisme voting sebagai satu-satunya jalan," ujarnya.
Baca juga: Seorang politikus Partai Golkar dituntut tujuh tahun penjara
Nusron mensinyalir ada upaya yang sangat sistematis untuk mengarahkan agar di Munas Golkar tidak ada pemilihan, padahal tata cara pemilihan pimpinan partai sudah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Golkar.
Pasal 50 ART menyebutkan pemilihan harus dilaksanakan secara langsung oleh peserta munas, dan melalui tiga tahap, yakni penjaringan, pencalonan, dan pemilihan.
"Dari mana tahu kalau cuma calon tunggal? Wong tahapannya belum dilalui. Tahap penjaringan saja belum kok seakan-akan sudah penetapan," kata Nusron.
Nusron yakin DPD II dan "silent majority" nanti akan menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani dan perubahan kepemimpinan partai yang akan membawa partai lebih baik, dinamis, dan progresif.
Baca juga: Golkar 'melempem' di era kepemimpinan Airlangga Hartarto