Jakarta (ANTARA) - Kebutuhan zat besi disesuaikan dengan usia seseorang dan biasanya semakin bertambah seiring pertambahan usia.
Mengutip Healthline, bayi hingga usia 6 bulan membutuhkan sekitar 0,27 miligram, usia 7-12 bulan kebutuhannya menjadi 11 miligram.
Lalu, anak berusia 1-3 tahun membutuhkan 7 miligram zat besi, usia 4-8 tahun kebutuhannya menjadi 10 miligram, dan saat usianya mencapai 9-13 tahun asupannya menjadi 8 miligram per hari.
Saat dewasa, kebutuhan zat besi per hari menjadi 18 miligram. Sementara untuk wanita hamil, kebutuhannya lebih tinggi yakni 27 miligram per hari.
Melalui sumber makanan, seseorang tidak mungkin kelebihan zat besi, asalkan dia mengetahui batas yang dapat ditoleransi (UL) yakni sekitar 40- 45 mg per hari.
Baca juga: Ini pertanda tubuh kekurangan vitamin
Seseorang yang kekurangan zat besi sering merasa lelah, lemah, terlihat pucat, gelisah, mudah memar, tangan atau kaki menjadi dingin dan memiliki kuku rapuh dalam beberapa kasus.
Kondisi lain yang bisa terjadi saat seseorang kekurangan zat besi, anemia defisiensi besi. Kondisi ini bisa dialami bayi, wanita hamil dan remaja. Anak yang kekurangan zat besi tidak bertambah gemuk, sering sakit, pucat dan terlihat lelah.
Ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi, mak pembentukan sel darah merah baru akan terhambat.
Sebaliknya, tanda terlalu banyak zat besi seperti nyeri sendi, mudah jatuh sakit dan perubahan warna kulit. Transfusi darah juga dapat menyebabkan terlalu banyak konten zat besi terakumulasi.
Baca juga: Ini dampak konsumsi tomat bareng makanan mengandung zat besi
Zat besi adalah nutrisi penting karena mengikat protein hemoglobin dan membantu mengangkut sel darah merah dari paru-paru ke berbagai bagian tubuh.
Zat ini terdiri dari dua yakni zat besi heme yang ditemukan dalam protein hewani dan zat besi non-heme yang bersumber dari sayuran dan kacang hijau. Dari keduanya, zat besi heme dapat dengan mudah diserap oleh tubuh secara komparatif.
Metabolisme zat besi berbeda karena tubuh menggunakan kembali dan mendaur ulang nutrisi tanpa mengeluarkannya, itulah sebabnya kelebihan zat besi bisa menjadi perhatian serius.
Zat besi dapat menjadi racun bagi jantung dan hati Anda hanya melalui transfusi darah dan hemochromatosis, suatu kondisi di mana zat besi diserap ke dalam saluran pencernaan.
Baca juga: Ini yang terjadi pada tubuh saat kelebihan zat besi
Baca juga: Tak Boleh Asal Konsumsi Zat Besi, Ini Caranya
Mengutip Healthline, bayi hingga usia 6 bulan membutuhkan sekitar 0,27 miligram, usia 7-12 bulan kebutuhannya menjadi 11 miligram.
Lalu, anak berusia 1-3 tahun membutuhkan 7 miligram zat besi, usia 4-8 tahun kebutuhannya menjadi 10 miligram, dan saat usianya mencapai 9-13 tahun asupannya menjadi 8 miligram per hari.
Saat dewasa, kebutuhan zat besi per hari menjadi 18 miligram. Sementara untuk wanita hamil, kebutuhannya lebih tinggi yakni 27 miligram per hari.
Melalui sumber makanan, seseorang tidak mungkin kelebihan zat besi, asalkan dia mengetahui batas yang dapat ditoleransi (UL) yakni sekitar 40- 45 mg per hari.
Baca juga: Ini pertanda tubuh kekurangan vitamin
Seseorang yang kekurangan zat besi sering merasa lelah, lemah, terlihat pucat, gelisah, mudah memar, tangan atau kaki menjadi dingin dan memiliki kuku rapuh dalam beberapa kasus.
Kondisi lain yang bisa terjadi saat seseorang kekurangan zat besi, anemia defisiensi besi. Kondisi ini bisa dialami bayi, wanita hamil dan remaja. Anak yang kekurangan zat besi tidak bertambah gemuk, sering sakit, pucat dan terlihat lelah.
Ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi, mak pembentukan sel darah merah baru akan terhambat.
Sebaliknya, tanda terlalu banyak zat besi seperti nyeri sendi, mudah jatuh sakit dan perubahan warna kulit. Transfusi darah juga dapat menyebabkan terlalu banyak konten zat besi terakumulasi.
Baca juga: Ini dampak konsumsi tomat bareng makanan mengandung zat besi
Zat besi adalah nutrisi penting karena mengikat protein hemoglobin dan membantu mengangkut sel darah merah dari paru-paru ke berbagai bagian tubuh.
Zat ini terdiri dari dua yakni zat besi heme yang ditemukan dalam protein hewani dan zat besi non-heme yang bersumber dari sayuran dan kacang hijau. Dari keduanya, zat besi heme dapat dengan mudah diserap oleh tubuh secara komparatif.
Metabolisme zat besi berbeda karena tubuh menggunakan kembali dan mendaur ulang nutrisi tanpa mengeluarkannya, itulah sebabnya kelebihan zat besi bisa menjadi perhatian serius.
Zat besi dapat menjadi racun bagi jantung dan hati Anda hanya melalui transfusi darah dan hemochromatosis, suatu kondisi di mana zat besi diserap ke dalam saluran pencernaan.
Baca juga: Ini yang terjadi pada tubuh saat kelebihan zat besi
Baca juga: Tak Boleh Asal Konsumsi Zat Besi, Ini Caranya