Lebak (ANTARA) - Sebanyak 170 warga Kabupaten Lebak, Banten, dilaporkan meninggal dunia akibat penyebaran penyakit Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
"Kami terus mengoptimalkan pencegahan melalui sosialisasi kepada masyarakat, karena penyakit HIV/AIDS hingga kini belum ada obatnya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah di Lebak, Jumat.
Masyarakat yang teridentifikasi positif terjangkit HIV/AIDS itu sejak tahun 2002 sampai 2019 mencapai 360 orang dan di antaranya 170 orang dilaporkan meninggal dunia.
Mereka saat ini, kata dia, para penderita yang masih hidup sebanyak 190 orang terus dilakukan pengobatan diagnosa untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Baca juga: Masyarakat diberi pengetahuan cara memandikan jenazah penderita HIV/AIDS
Pengobatan penderita HIV/AIDS bisa dilayani di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung secara gratis.
"Kami minta semua elemen,termasuk masyarakat juga media tokoh agama dapat mencegah penyebaran penyakit yang mematikan itu," ujarnya.
Menurut dia, penyebaran penyakit HIV/AIDS juga ada beberapa faktor antara lain faktor pergaulan seks bebas, jarum suntik bekas narkoba, transfusi darah dari penderita positif juga air susu ibu yang positif ke bayinya.
Selama ini, kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Lebak kebanyakan kaum ibu-ibu akibat suaminya kerapkali berhubungan seks di jalanan.
Baca juga: Legislator: Banyak perempuan tertular HIV/AIDS karena tak bisa memilih
"Kami menemukan kebanyakan kasus HIV/AIDS ibu-ibu itu dari hasil peemriksaan kesehatan ibu dan bayi," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, saat ini, cakupan penemuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak cukup rendah karena baru ditemukan sebanyak 360 orang dan 170 orang meninggal.
Padahal, target estimasi 1.500 orang atau 0,01 persen dari 1,2 juta penduduk Kabupaten Lebak.
Baca juga: AIDS sudah renggut tujuh nyawa di Kotim
Penyebab rendahnya kasus penemuan HIV/AIDS tersebut akibat minimnya anggaran dari APBD setempat.
Pengalokasian dana untuk penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak hanya Rp100 juta, sehingga dana tersebut tidak mencukupinya
Karena itu, untuk penemuan kasus baru HIV/AIDS dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di setiap puskesmas dan rumah sakit.
"Kami merasa terbantu adanya pemeriksaan kesehatan ibu bayi itu bisa ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS," katanya.
Baca juga: Belasan ribu data pengidap HIV divonis dibocorkan
Baca juga: Berikut fakta terkait herpes
Baca juga: Jumlah penderita HIV/AIDS di daerah ini meningkat
"Kami terus mengoptimalkan pencegahan melalui sosialisasi kepada masyarakat, karena penyakit HIV/AIDS hingga kini belum ada obatnya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah di Lebak, Jumat.
Masyarakat yang teridentifikasi positif terjangkit HIV/AIDS itu sejak tahun 2002 sampai 2019 mencapai 360 orang dan di antaranya 170 orang dilaporkan meninggal dunia.
Mereka saat ini, kata dia, para penderita yang masih hidup sebanyak 190 orang terus dilakukan pengobatan diagnosa untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Baca juga: Masyarakat diberi pengetahuan cara memandikan jenazah penderita HIV/AIDS
Pengobatan penderita HIV/AIDS bisa dilayani di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung secara gratis.
"Kami minta semua elemen,termasuk masyarakat juga media tokoh agama dapat mencegah penyebaran penyakit yang mematikan itu," ujarnya.
Menurut dia, penyebaran penyakit HIV/AIDS juga ada beberapa faktor antara lain faktor pergaulan seks bebas, jarum suntik bekas narkoba, transfusi darah dari penderita positif juga air susu ibu yang positif ke bayinya.
Selama ini, kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Lebak kebanyakan kaum ibu-ibu akibat suaminya kerapkali berhubungan seks di jalanan.
Baca juga: Legislator: Banyak perempuan tertular HIV/AIDS karena tak bisa memilih
"Kami menemukan kebanyakan kasus HIV/AIDS ibu-ibu itu dari hasil peemriksaan kesehatan ibu dan bayi," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, saat ini, cakupan penemuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak cukup rendah karena baru ditemukan sebanyak 360 orang dan 170 orang meninggal.
Padahal, target estimasi 1.500 orang atau 0,01 persen dari 1,2 juta penduduk Kabupaten Lebak.
Baca juga: AIDS sudah renggut tujuh nyawa di Kotim
Penyebab rendahnya kasus penemuan HIV/AIDS tersebut akibat minimnya anggaran dari APBD setempat.
Pengalokasian dana untuk penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak hanya Rp100 juta, sehingga dana tersebut tidak mencukupinya
Karena itu, untuk penemuan kasus baru HIV/AIDS dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di setiap puskesmas dan rumah sakit.
"Kami merasa terbantu adanya pemeriksaan kesehatan ibu bayi itu bisa ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS," katanya.
Baca juga: Belasan ribu data pengidap HIV divonis dibocorkan
Baca juga: Berikut fakta terkait herpes
Baca juga: Jumlah penderita HIV/AIDS di daerah ini meningkat