Kendari (ANTARA) - Fitri Amaliah (25), pasien pertama yang dinyatakan sembuh dari COVID-19 di Provinsi Sulawesi Tenggara mengatakan salah satu hal yang dia lakukan saat menjalani isolasi adalah pikiran tetap tenang dan tidak stres.
"Karena kalau stres imun tubuh turun. Jadi diusahakan untuk tidak stres. Saya baca buku, main game terus, sering berkabar sama teman, keluarga lewat telpon," katanya, di Kendari, Kamis.
Selain itu, dirinya juga mengaku terus mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya. Sehingga dorongan dirinya untuk sembuh semakin besar.
"Sebetulnya tidak menjauhi (teman-teman), tetapi lebih memberi suport, langsung telpon langsung beri dukungan. Kalau ini (positif COVID-19) pasti sembuh. Tenang saja, gejalanya tidak berat," ujar Fitri menirukan kata-kata dukungan dari teman-temanya.
Fitri sempat menjalani isolasi bersama pasien positif lainnya di RS Bahteramas karena positif virus corona berdasarkan hasil uji sampel tenggorok (swab) sejak tanggal 19 Maret 2020.
Fitri Amaliah (25), pasien pertama dinyatakan sembuh dari COVID-19 di Sulawesi Tenggara. Salah satu hal lakukannya saat menjalani isolasi yakni melakukan sesuatu yang tidak membuat dirinya stres seperti main game, dan sering berkomunikasi dengan orang terdekatnya melalui telepon. (ANTARA/Harianto)
Selanjutnya, pada tanggal 28 April 2020 dirinya dinyatakan sembuh. Meskipun pada saat itu dirinya telah dinyatakan sembuh, dokter belum mengizinkan Fitri pulang karena pertimbangan psikologis bagi dirinya, keluarga hingga masyarakat di sekitarnya.
Lalu pada Rabu (8/4/2020) sekitar pukul 14.50 Wita, Fitri baru diizinkan keluar dan meninggalkan RSUD Bahtermas Kendari.
Wanita berhijab ini menceritakan bahwa dirinya adalah salah satu pasien yang pernah positif terkena virus corona. Namun, sekarang dinyatakan sembuh dan telah dinyatakan negatif berkat pemeriksaan dan perawatan seluruh dokter dan perawat yang ada di Rumah Sakit Bahterasmas.
Baca juga: Positif COVID-19 di Indonesia 3.293 kasus, 252 pasien sembuh
"Awal mula saya kena gejala itu pada tanggal 4 Maret 2020. Gejalanya itu demam, sakit tenggorokan, pilek, batuk, terus menggigil gejala-gejala umum. Tapi pas periksa ke dokter langsung mendapat rujukan karena ada perjalanan ke luar negeri (umrah) dan masuk ruang isolasi pada tanggal 9 Maret 2020," ungkapnya.
Saat menjalani pemeriksaan di RSUD Bahteramas, pada 9 Maret 2020, ia langsung dibawa ke ruang isolasi oleh tim medis lantaran memiliki riwayat perjalanan umrah dan menunjukkan gejala COVID-19. Dirinya mengaku sempat khawatir saat uji swab, khawatir positif.
"Perasaan waktu dirawat sebetulnya cukup khawatir, bertanya-tanya apakah nanti positif betulan atau tidak. Tapi setelah dinyatakan positif juga tidak merasakan sakit yang parah. Kalau dalam kategori saya dalam kategori ringan, ndak berat jadi proses penyembuhannya juga cepat," ungkapnya.
Baca juga: Sudah 10 perawat wafat setelah bertugas rawat pasien corona
Ia pun berpesan, agar masyarakat tidak perlu resah dan mengucilkan orang yang positif COVID-19, karena menurut dia, orang yang positif bukan sebuah aib sehingga harus dijauhi apalagi dikucilkan.
Dirinya optimis, bahwa virus tersebut bisa disembuhkan, dengan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak stres, tetap menjaga imun tubuh dan selalu menaati imbauan pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran virus tersebut.
Usai dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, ia mengaku bila dibutuhkan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan COVID-19, dengan tegas ia menyampaikan bahwa dirinya siap menjadi relawan COVID-19.
"Karena kalau stres imun tubuh turun. Jadi diusahakan untuk tidak stres. Saya baca buku, main game terus, sering berkabar sama teman, keluarga lewat telpon," katanya, di Kendari, Kamis.
Selain itu, dirinya juga mengaku terus mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya. Sehingga dorongan dirinya untuk sembuh semakin besar.
"Sebetulnya tidak menjauhi (teman-teman), tetapi lebih memberi suport, langsung telpon langsung beri dukungan. Kalau ini (positif COVID-19) pasti sembuh. Tenang saja, gejalanya tidak berat," ujar Fitri menirukan kata-kata dukungan dari teman-temanya.
Fitri sempat menjalani isolasi bersama pasien positif lainnya di RS Bahteramas karena positif virus corona berdasarkan hasil uji sampel tenggorok (swab) sejak tanggal 19 Maret 2020.
Selanjutnya, pada tanggal 28 April 2020 dirinya dinyatakan sembuh. Meskipun pada saat itu dirinya telah dinyatakan sembuh, dokter belum mengizinkan Fitri pulang karena pertimbangan psikologis bagi dirinya, keluarga hingga masyarakat di sekitarnya.
Lalu pada Rabu (8/4/2020) sekitar pukul 14.50 Wita, Fitri baru diizinkan keluar dan meninggalkan RSUD Bahtermas Kendari.
Wanita berhijab ini menceritakan bahwa dirinya adalah salah satu pasien yang pernah positif terkena virus corona. Namun, sekarang dinyatakan sembuh dan telah dinyatakan negatif berkat pemeriksaan dan perawatan seluruh dokter dan perawat yang ada di Rumah Sakit Bahterasmas.
Baca juga: Positif COVID-19 di Indonesia 3.293 kasus, 252 pasien sembuh
"Awal mula saya kena gejala itu pada tanggal 4 Maret 2020. Gejalanya itu demam, sakit tenggorokan, pilek, batuk, terus menggigil gejala-gejala umum. Tapi pas periksa ke dokter langsung mendapat rujukan karena ada perjalanan ke luar negeri (umrah) dan masuk ruang isolasi pada tanggal 9 Maret 2020," ungkapnya.
Saat menjalani pemeriksaan di RSUD Bahteramas, pada 9 Maret 2020, ia langsung dibawa ke ruang isolasi oleh tim medis lantaran memiliki riwayat perjalanan umrah dan menunjukkan gejala COVID-19. Dirinya mengaku sempat khawatir saat uji swab, khawatir positif.
"Perasaan waktu dirawat sebetulnya cukup khawatir, bertanya-tanya apakah nanti positif betulan atau tidak. Tapi setelah dinyatakan positif juga tidak merasakan sakit yang parah. Kalau dalam kategori saya dalam kategori ringan, ndak berat jadi proses penyembuhannya juga cepat," ungkapnya.
Baca juga: Sudah 10 perawat wafat setelah bertugas rawat pasien corona
Ia pun berpesan, agar masyarakat tidak perlu resah dan mengucilkan orang yang positif COVID-19, karena menurut dia, orang yang positif bukan sebuah aib sehingga harus dijauhi apalagi dikucilkan.
Dirinya optimis, bahwa virus tersebut bisa disembuhkan, dengan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak stres, tetap menjaga imun tubuh dan selalu menaati imbauan pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran virus tersebut.
Usai dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, ia mengaku bila dibutuhkan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan COVID-19, dengan tegas ia menyampaikan bahwa dirinya siap menjadi relawan COVID-19.