Angka sembuh COVID Indonesia bertambah jadi 6.578.937 orang

id covid-19,kalteng,Angka kesembuhan COVID

Angka sembuh COVID Indonesia bertambah jadi 6.578.937 orang

Ilustrasi - Petugas medis memeriksa kondisi pasien di ruang isolasi dalam Simulasi Penanganan Pasien Corona di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020). (ANTARA/Ari Bowo Sucipto)

Jakarta (ANTARA) - Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di terima di Jakarta, Senin menunjukkan angka kesembuhan di Indonesia bertambah menjadi 6.578.937 orang.

Terdapat kenaikan jumlah penyintas COVID-19 sebanyak 430 orang, yang lebih tinggi dibandingkan kasus konfirmasi positif sebanyak 329 orang.

Total angka kasus konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia hingga kini mencapai 6.744.362 orang.

Angka kesembuhan COVID-19 yang signifikan dilihat per provinsi yakni DKI Jakarta (181 orang) dan Jawa Barat (120 orang).

Sementara kasus aktif COVID-19 hingga kini sebanyak 4.425 pasien, dan mengalami penurunan angka perawatan pada 107 pasien.

Enam orang meninggal dunia akibat paparan virus tersebut, sehingga total 161.000 jiwa telah terhitung menjadi korban sejak merebaknya SARS-CoV-2 di Indonesia.

Positivity rate spesimen harian COVID-19 di Indonesia tercatat 4,15 persen dan positivity rate orang harian 2,71 persen.

Sebanyak 15.253 spesimen tes COVID-19 dalam pemeriksaan di hari ini, dan 591 orang tengah dipantau sebagai suspek.

Sebelumnya, Dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan DR dr Fathiyah Isbaniah, Sp. P(K), MPd, Ked, mengatakan gejala COVID-19 pada populasi umum saat ini tak seberat sebelumnya khususnya bagi yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap salah satunya batuk tanpa sesak.

"Kalau sudah diimunisasi, pernah kena COVID-19 maka gejala akan lebih ringan, yakni batuk tapi enggak sesak, badan pegal tetapi masih bisa beraktivitas, enggak ada sakit kepala," kata dia dalam webinar kesehatan, Selasa.

Namun, apabila COVID-19 mengenai orang dengan faktor risiko tinggi untuk menjadi berat misalnya pasien komorbid seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung, ditambah belum divaksin lengkap, maka dia bisa mengalami gejala berat seperti sesak napas.

"Memang berbeda dengan varian Delta tetapi tetap saja kalau mengenai orang dengan faktor risiko tinggi untuk menjadi berat atau belum divaksinasi gejalanya berat juga, jadi bisa batuk, sesak napas, sakit kepala," tutur Fathiyah.

Lebih lanjut mengenai pasien komorbid yang terkena COVID-19, berbeda dari sebelumnya, saat ini mereka dirawat di rumah sakit bukan karena COVID-19 melainkan komorbidnya.

"Jadi, berbeda dengan sebelumnya di mana pasien COVID-19 dirawat karena COVID-19 nya, yang diperberat dengan komorbidnya. Bukan COVID-19 yang membuat dia dirawat di rumah sakit, jadi komorbidnya.

Menurut Fathiyah, pasien COVID-19 dengan komorbid misalnya orang dengan diabetes yang gulanya belum terkontrol sehingga harus masuk rumah sakit, dirawat di ruang COVID-19 dan ditatalaksana untuk komorbid dan COVID-19.

Fathiyah mengingatkan agar masyarakat masih harus waspada kendati kasus COVID-19 turun beberapa waktu terakhir dan sudah banyak relaksasi diberlakukan, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mencabut status pandemi. Masyarakat tetap disarankan menerapkan protokol kesehatan termasuk mengenakan masker di ruangan tertutup dan lokasi keramaian demi mencegah terkena COVID-19

"Saya lihat sebagian besar negara tidak pakai masker lagi. Untuk Indonesia masih banyak yang menggunakan, kita harus tetap waspada," tutur dia.

Dia mengatakan, RSUP Persahabatan masih menerima kasus kasus COVID-19 hingga hari ini dan di antara pasien yang dirawat lebih banyak orang dengan komorbid dan belum divaksinasi.