Seoul (ANTARA) - Korea Utara tidak punya niat duduk bersama Amerika Serikat untuk membahas penghentian program nuklir, kata seorang diplomat senior, Selasa.
Korut juga mendesak Korea Selatan untuk "berhenti ikut campur" urusan dalam negeri Korea Utara.
Pernyataan itu disampaikan diplomat tersebut jelang kedatangan utusan Pemerintah AS ke Seoul, Korsel, demi membahas perundingan nuklir yang tertunda dengan Pemerintah Korut.
Direktur Jenderal Hubungan dengan AS Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Kwon Jong Gun menuduh Korsel salah menerjemahkan pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son Hui. Ia menepis "desas-desus" mengenai rencana pertemuan Pimpinan Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump.
Choe pada Sabtu (4/7) mengatakan Korut tidak lagi membutuhkan pertemuan baru antara negaranya dengan AS.
Baca juga: Korea Utara: Sikap terhadap Korea Selatan harus diubah layaknya musuh
Pernyataan itu disampaikan Choe beberapa hari setelah Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menawarkan diri jadi penghubung Kim dan Trump, mengusulkan agar dua kepala negara itu kembali bertemu sebelum pemilihan presiden AS pada November 2020.
"Ini waktunya bagi dia (Korsel) berhenti ikut campur urusan negara lain, tetapi tampaknya kebiasaan buruk itu sulit diobati," kata Kwon sebagaimana dikutip oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.
"Sekali lagi terus terang, kami tidak punya niat untuk duduk tatap muka bersama Amerika Serikat," kata dia.
Kim dan Trump bertemu untuk pertama kalinya di Singapura pada 2018. Pertemuan itu membawa harapan Pyongyang akan menghentikan program pengembangan nuklirnya lewat perundingan. Namun, negosiasi mulai terhambat setelah adanya beberapa pertemuan teknis dan pertemuan AS-Korut kedua di Vietnam pada 2019.
Baca juga: Media Korut tutup mulut terkait keberadaan Kim Jong Un
Wakil Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun, yang memimpin perundingan dengan Korut akan tiba di Seoul pada Selasa. Ia datang ke Seoul untuk menemui sejumlah pejabat Korea Selatan dan membahas cara menghidupkan kembali negosiasi dengan Korea Utara.
Biegun pada minggu lalu mengatakan saatnya bagi dua pihak untuk kembali berunding dan "membuat kemajuan yang substansial", tetapi pandemi COVID-19 dapat membuat rencana bertemu tatap muka sebelum pemilihan presiden AS pada 3 November sulit terwujud.
Korea Utara pada bulan lalu meledakkan kantor penghubung di perbatasan sehingga meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan. Bagian bangunan yang diledakkan berada di bagian Korut.
Bangunan itu diledakkan sebelum Korut tiba-tiba menunda aksi militernya yang lain.
Sumber: Reuters
Baca juga: Trump tak berkomentar atas kemunculan kembali Kim Jong Un
Baca juga: Kim Jong Un muncul hadiri peresmian pembangunan pabrik pupuk
Baca juga: Trump ragukan Kim Jong Un penuhi janjinya terkait denuklirisasi
Korut juga mendesak Korea Selatan untuk "berhenti ikut campur" urusan dalam negeri Korea Utara.
Pernyataan itu disampaikan diplomat tersebut jelang kedatangan utusan Pemerintah AS ke Seoul, Korsel, demi membahas perundingan nuklir yang tertunda dengan Pemerintah Korut.
Direktur Jenderal Hubungan dengan AS Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Kwon Jong Gun menuduh Korsel salah menerjemahkan pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son Hui. Ia menepis "desas-desus" mengenai rencana pertemuan Pimpinan Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump.
Choe pada Sabtu (4/7) mengatakan Korut tidak lagi membutuhkan pertemuan baru antara negaranya dengan AS.
Baca juga: Korea Utara: Sikap terhadap Korea Selatan harus diubah layaknya musuh
Pernyataan itu disampaikan Choe beberapa hari setelah Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menawarkan diri jadi penghubung Kim dan Trump, mengusulkan agar dua kepala negara itu kembali bertemu sebelum pemilihan presiden AS pada November 2020.
"Ini waktunya bagi dia (Korsel) berhenti ikut campur urusan negara lain, tetapi tampaknya kebiasaan buruk itu sulit diobati," kata Kwon sebagaimana dikutip oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.
"Sekali lagi terus terang, kami tidak punya niat untuk duduk tatap muka bersama Amerika Serikat," kata dia.
Kim dan Trump bertemu untuk pertama kalinya di Singapura pada 2018. Pertemuan itu membawa harapan Pyongyang akan menghentikan program pengembangan nuklirnya lewat perundingan. Namun, negosiasi mulai terhambat setelah adanya beberapa pertemuan teknis dan pertemuan AS-Korut kedua di Vietnam pada 2019.
Baca juga: Media Korut tutup mulut terkait keberadaan Kim Jong Un
Wakil Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun, yang memimpin perundingan dengan Korut akan tiba di Seoul pada Selasa. Ia datang ke Seoul untuk menemui sejumlah pejabat Korea Selatan dan membahas cara menghidupkan kembali negosiasi dengan Korea Utara.
Biegun pada minggu lalu mengatakan saatnya bagi dua pihak untuk kembali berunding dan "membuat kemajuan yang substansial", tetapi pandemi COVID-19 dapat membuat rencana bertemu tatap muka sebelum pemilihan presiden AS pada 3 November sulit terwujud.
Korea Utara pada bulan lalu meledakkan kantor penghubung di perbatasan sehingga meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan. Bagian bangunan yang diledakkan berada di bagian Korut.
Bangunan itu diledakkan sebelum Korut tiba-tiba menunda aksi militernya yang lain.
Sumber: Reuters
Baca juga: Trump tak berkomentar atas kemunculan kembali Kim Jong Un
Baca juga: Kim Jong Un muncul hadiri peresmian pembangunan pabrik pupuk
Baca juga: Trump ragukan Kim Jong Un penuhi janjinya terkait denuklirisasi