Tanjungpinang (ANTARA) - Partai Golkar dan Partai Nasdem potensial berkoalisi mengusung Ansar Ahmad-Marlin Agustina sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau.
Ketua Tim Penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah Partai Nasdem Kepri Wan El Khenz yang dihubungi di Tanjungpinang, Selasa, tidak menampik informasi tersebut. Bahkan sinyal koalisi Golkar-Nasdem semakin kuat setelah pertemuan pimpinan umum kedua partai.
Koalisi Partai Golkar-Partai Nasdem sudah memenuhi persyaratan untuk mengusung Ansar-Marlin. Partai Golkar berhasil meraih delapan kursi di DPRD Kepri, sementara Partai Nasdem enam kursi pada Pemilu 2019.
"Sudah ada arahan dari DPP Nasdem untuk mengusung Ansar-Marlin. Ini disampaikan dalam rapat di Batam baru-baru ini," katanya.
Namun, DPP Partai Nasdem sampai sekarang belum menerbitkan surat keputusan terkait hal itu. Artinya, peta politik dapat saja berubah sebelum kedua partai menerbitkan surat keputusan.
"Bahkan setelah ada surat keputusan pun bisa berubah. Ini tergantung kondisi politik," ujarnya.
Wan El Khenz tidak ingin lagi menyinggung soal Marlin Agustina, istri dari Wali Kota Batam Rudi, yang sempat digadang-gadang berpasangan dengan Isdianto, yang saat ini menjabat sebagai Plt Gubernur Kepri. Padahal baru-baru ini, gambar spanduk Isdianto-Marlin tersebar di Kota Tanjungpinang, bersama Plt Wali Kota Tanjungpinang Rahma, yang juga mengurus DPW Partai Nasdem.
"Saya tidak mengetahui apakah beliau (Isdianto) mengetahui peta politik terakhir di internal Nasdem. Namun informasi Ansar berpasangan dengan Marlin sidah tersebar luas," tuturnya.
Ia mengemukakan hasil survei Pilkada Kepri 2020 yang dilakukan Partai Nasdem belum selesai. Hasil survei ini pun digunakan sebagai referensi DPP Partai Nasdem dalam mengambil kebijakan.
"Tentu ada pengaruh hasil survei terhadap kebijakan atau keputusan partai," ucapnya.
Ansar Ahmad saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI. Ansar juga pernah menjabat sebagai Bupati Bintan selama dua periode, dan Ketua DPD Partai Golkar Kepri selama tiga periode.
Ansar bersama pengurus Partai Golkar Kepri dalam berbagai kesempatan kerap melakukan kegiatan sosial di Batam, Natuna, Anambas dan daerah lainnya.
Sementara itu, Isdianto dalam berbagai kesempatan mengklaim sudah didukung Partai Hanura. Namun sampai sekarang belum diketahui Isdianto berpasangan dengan siapa setelah muncul informasi Ansar berpasangan dengan Marlin.
Sedangkan politisi lainnya yang memastikan dirinya bertarung pada Pilkada Kepri 2020 yakni Soerya Respationo. Mantan Wakil Gubernur Kepri itu digadang-gadang berpasangan dengan Iman Setiawan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Partai Gerindra Kepri.
Soerya yang juga Ketua PDIP Kepri juga didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa.
Soerya mengatakan pilkada bukan hanya sekadar sarana pemilih pemimpin, tetapi lebih daripada itu sebagai sarana memberi pendidikan politik kepada masyarakat. Pemilih harus mendapatkan tempat terhormat pada pilkada, dan diberi akses seluas-luasnya untuk mengetahui jejak rekam calon pemimpin daerah.
Pemimpin yang diharapkan masyarakat adalah figur yang berkomitmen, jujur, memiliki kapasitas dan kemampuan dalam memimpin pemerintahan.
"Saya ingin bertarung pada pilkada bukan untuk mendapatkan kekuasaan. Tetapi ingin mengabdi untuk kepentingan rakyat. Banyak hal yang harus diperbaiki di pemerintahan untuk kesejahteraan masyarakat," kata Soerya.
Ketua Tim Penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah Partai Nasdem Kepri Wan El Khenz yang dihubungi di Tanjungpinang, Selasa, tidak menampik informasi tersebut. Bahkan sinyal koalisi Golkar-Nasdem semakin kuat setelah pertemuan pimpinan umum kedua partai.
Koalisi Partai Golkar-Partai Nasdem sudah memenuhi persyaratan untuk mengusung Ansar-Marlin. Partai Golkar berhasil meraih delapan kursi di DPRD Kepri, sementara Partai Nasdem enam kursi pada Pemilu 2019.
"Sudah ada arahan dari DPP Nasdem untuk mengusung Ansar-Marlin. Ini disampaikan dalam rapat di Batam baru-baru ini," katanya.
Namun, DPP Partai Nasdem sampai sekarang belum menerbitkan surat keputusan terkait hal itu. Artinya, peta politik dapat saja berubah sebelum kedua partai menerbitkan surat keputusan.
"Bahkan setelah ada surat keputusan pun bisa berubah. Ini tergantung kondisi politik," ujarnya.
Wan El Khenz tidak ingin lagi menyinggung soal Marlin Agustina, istri dari Wali Kota Batam Rudi, yang sempat digadang-gadang berpasangan dengan Isdianto, yang saat ini menjabat sebagai Plt Gubernur Kepri. Padahal baru-baru ini, gambar spanduk Isdianto-Marlin tersebar di Kota Tanjungpinang, bersama Plt Wali Kota Tanjungpinang Rahma, yang juga mengurus DPW Partai Nasdem.
"Saya tidak mengetahui apakah beliau (Isdianto) mengetahui peta politik terakhir di internal Nasdem. Namun informasi Ansar berpasangan dengan Marlin sidah tersebar luas," tuturnya.
Ia mengemukakan hasil survei Pilkada Kepri 2020 yang dilakukan Partai Nasdem belum selesai. Hasil survei ini pun digunakan sebagai referensi DPP Partai Nasdem dalam mengambil kebijakan.
"Tentu ada pengaruh hasil survei terhadap kebijakan atau keputusan partai," ucapnya.
Ansar Ahmad saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI. Ansar juga pernah menjabat sebagai Bupati Bintan selama dua periode, dan Ketua DPD Partai Golkar Kepri selama tiga periode.
Ansar bersama pengurus Partai Golkar Kepri dalam berbagai kesempatan kerap melakukan kegiatan sosial di Batam, Natuna, Anambas dan daerah lainnya.
Sementara itu, Isdianto dalam berbagai kesempatan mengklaim sudah didukung Partai Hanura. Namun sampai sekarang belum diketahui Isdianto berpasangan dengan siapa setelah muncul informasi Ansar berpasangan dengan Marlin.
Sedangkan politisi lainnya yang memastikan dirinya bertarung pada Pilkada Kepri 2020 yakni Soerya Respationo. Mantan Wakil Gubernur Kepri itu digadang-gadang berpasangan dengan Iman Setiawan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Partai Gerindra Kepri.
Soerya yang juga Ketua PDIP Kepri juga didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa.
Soerya mengatakan pilkada bukan hanya sekadar sarana pemilih pemimpin, tetapi lebih daripada itu sebagai sarana memberi pendidikan politik kepada masyarakat. Pemilih harus mendapatkan tempat terhormat pada pilkada, dan diberi akses seluas-luasnya untuk mengetahui jejak rekam calon pemimpin daerah.
Pemimpin yang diharapkan masyarakat adalah figur yang berkomitmen, jujur, memiliki kapasitas dan kemampuan dalam memimpin pemerintahan.
"Saya ingin bertarung pada pilkada bukan untuk mendapatkan kekuasaan. Tetapi ingin mengabdi untuk kepentingan rakyat. Banyak hal yang harus diperbaiki di pemerintahan untuk kesejahteraan masyarakat," kata Soerya.