Nanga Bulik (ANTARA) - Bupati Lamandau, Kalimantan Tengah Hendra Lesmana bersama Wakil Bupati Riko Porwanto, serta Dandim 1017/LMD Letkol Inf Hafes Isjafrin mendatangi desa-desa yang terisolir akibat kepungan banjir menggunakan perahu.
"Kami berusaha menembus desa yang terisolir akibat banjir, selain melihat langsung bagaimana kondisi masyarakat, juga sekaligus mengantarkan sembako untuk mereka," katanya di Nanga Bulik, Sabtu.
Menurut orang nomor satu di Bumi Bahaum Bakuba itu, akibat banjir yang sudah terjadi di 33 desa yang tersebar di tujuh kecamatan, ada sebanyak 1.500 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam.
Mirisnya, ada sebagian warga yang menjadikan jamban, tower air dan tempat tinggi lainnya untuk tempat mengungsi, karena air begitu cepat naik ke rumah mereka.
Untuk itu, bupati bersama rombongan membawa ratusan paket stok bahan pangan untuk disalurkan ke desa-desa yang masih dapat dijangkau, seperti Desa Penopa, Kecamatan Lamandau.
"Di desa ini ada sekitar 135 KK dari 3 RT yang rumahnya terendam, sementara masih ada puluhan desa yang mengalami nasib serupa," ujarnya.
Hendra mengakui bencana banjir pada tahun ini terbilang cukup parah, debit air di hulu sungai sangat tinggi, hingga akhirnya meluap dan menggenangi desa-desa yang permukiman warganya berada di bantaran sungai, bahkan saat ini luapan sungai juga telah menggenangi desa di bagian hilirnya.
Berdasarkan pantauan, Sungai Batangkawa airnya sudah meluap dan menggenangi dari Desa Kina dan desa di sekitarnya. Begitu pula di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bulik, Sungai Lamandau, Sungai Menthobi serta Sungai Belantikan Raya.
Bencana banjir yang menerjang Lamandau tidak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga memutus akses transportasi darat. Tercatat jalan trans nasional yang menghubungkan Kalteng dan Kalbar juga mengalami hal serupa sejak Kamis 20 Juli 2020.
"Ada sekitar total 30 titik wilayah yang tergenang air dengan ketinggian di bawah satu meter, diantaranya ada 11 titik yang ketinggian airnya mencapai satu hingga dua meter," ungkapnya.
Ia berharap kepada semua camat agar melakukan pemantauan secara terus menerus, serta melakukan perbaikan data berdasarkan perkembangan peristiwa yang terjadi dan kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Begitu pula terhadap masyarakat yang berada di perkotaan di wilayah bantaran sungai.
Ia mengungkapkan luapan air sungai yang begitu cepat naik, membuatnya bersama rombongan terpaksa harus mencegat kendaraan jenis dumtruk untuk sarana transportasi menuju kendaraan yang membawa mereka pulang, terlebih hari mulai gelap
"Satu yang menjadi nilai dasar kemanusian yaitu kepedulian, satu contoh masyarakat yang bahu membahu mendirikan dapur umum di Desa Bayat," demikian Hendra Lesmana.
"Kami berusaha menembus desa yang terisolir akibat banjir, selain melihat langsung bagaimana kondisi masyarakat, juga sekaligus mengantarkan sembako untuk mereka," katanya di Nanga Bulik, Sabtu.
Menurut orang nomor satu di Bumi Bahaum Bakuba itu, akibat banjir yang sudah terjadi di 33 desa yang tersebar di tujuh kecamatan, ada sebanyak 1.500 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam.
Mirisnya, ada sebagian warga yang menjadikan jamban, tower air dan tempat tinggi lainnya untuk tempat mengungsi, karena air begitu cepat naik ke rumah mereka.
Untuk itu, bupati bersama rombongan membawa ratusan paket stok bahan pangan untuk disalurkan ke desa-desa yang masih dapat dijangkau, seperti Desa Penopa, Kecamatan Lamandau.
"Di desa ini ada sekitar 135 KK dari 3 RT yang rumahnya terendam, sementara masih ada puluhan desa yang mengalami nasib serupa," ujarnya.
Hendra mengakui bencana banjir pada tahun ini terbilang cukup parah, debit air di hulu sungai sangat tinggi, hingga akhirnya meluap dan menggenangi desa-desa yang permukiman warganya berada di bantaran sungai, bahkan saat ini luapan sungai juga telah menggenangi desa di bagian hilirnya.
Berdasarkan pantauan, Sungai Batangkawa airnya sudah meluap dan menggenangi dari Desa Kina dan desa di sekitarnya. Begitu pula di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bulik, Sungai Lamandau, Sungai Menthobi serta Sungai Belantikan Raya.
Bencana banjir yang menerjang Lamandau tidak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga memutus akses transportasi darat. Tercatat jalan trans nasional yang menghubungkan Kalteng dan Kalbar juga mengalami hal serupa sejak Kamis 20 Juli 2020.
"Ada sekitar total 30 titik wilayah yang tergenang air dengan ketinggian di bawah satu meter, diantaranya ada 11 titik yang ketinggian airnya mencapai satu hingga dua meter," ungkapnya.
Ia berharap kepada semua camat agar melakukan pemantauan secara terus menerus, serta melakukan perbaikan data berdasarkan perkembangan peristiwa yang terjadi dan kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Begitu pula terhadap masyarakat yang berada di perkotaan di wilayah bantaran sungai.
Ia mengungkapkan luapan air sungai yang begitu cepat naik, membuatnya bersama rombongan terpaksa harus mencegat kendaraan jenis dumtruk untuk sarana transportasi menuju kendaraan yang membawa mereka pulang, terlebih hari mulai gelap
"Satu yang menjadi nilai dasar kemanusian yaitu kepedulian, satu contoh masyarakat yang bahu membahu mendirikan dapur umum di Desa Bayat," demikian Hendra Lesmana.